5 Arah Kebijakan Panglima Militer Israel Baru yang Menyebut 2025 Adalah Tahun Perang
Senin, 10 Februari 2025 - 16:30 WIB
3. Memiliki Akar Politik Sayap Kanan
Keluarga Zamir menetap di Palestina selama Mandat Inggris pada tahun 1920-an setelah bermigrasi dari Yaman. Kakeknya, Aharon, adalah anggota Irgun—organisasi Zionis yang bertanggung jawab atas serangan teror terhadap pasukan Inggris dan warga sipil Palestina.Puluhan tahun kemudian, Eyal Zamir mendapati dirinya bertugas di bawah penerus politik organisasi teror Irgun, yang kemudian berkembang menjadi partai Likud, yang berkuasa saat Zamir diangkat menjadi sekretaris militer Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari tahun 2012 hingga 2015.
Pencalonannya yang berulang untuk posisi Kepala Staf Umum pada tahun 2018 dan 2022 diblokir, dilaporkan karena reputasinya sebagai "orang Netanyahu"—label yang membuatnya tidak populer di kalangan militer Israel, yang sering kali memiliki hubungan rumit dengan perdana menteri.
Namun, di luar afiliasi politiknya, pengangkatan Zamir penting karena alasan lain: latar belakang militernya menandai perubahan dalam prioritas strategis Israel.
Selama hampir setengah abad—kecuali Dan Halutz, yang berasal dari angkatan udara—semua kepala staf umum Israel telah direkrut dari pasukan terjun payung atau pasukan khusus.
Sebaliknya, Zamir berasal dari korps lapis baja. Kepala militer Israel terakhir dengan latar belakang serupa adalah David Elazar, yang mengundurkan diri secara memalukan menyusul kegagalan Israel dalam Perang Arab-Israel tahun 1973.
Baca Juga: Siapa Yousef bin Trad Al-Saadoun? Anggota Dewan Syura Saudi yang Meminta Trump Kirim Warga Israel ke Alaska dan Greenland
4. Mengembangkan Doktrin Zamir
Doktrin Zamir menandakan perubahan mendasar dalam strategi militer Israel—dari konflik asimetris dengan intensitas rendah menjadi peperangan darat berskala besar.Penekanannya pada divisi lapis baja dan berkurangnya ketergantungan pada kekuatan udara tidak hanya dilihat sebagai penyesuaian taktis tetapi juga penataan ulang strategis, mempersiapkan tentara untuk pertempuran yang berkepanjangan dan berintensitas tinggi di seluruh wilayah.
Ia adalah salah satu komandan kursus "pelatihan ulang" eselon atas menyusul kegagalan memalukan Perang Lebanon tahun 2006, yang mengungkap kelemahan Israel dalam peperangan darat. Pelajaran dari perang itu tampaknya telah membentuk pandangannya tentang kesiapan militer—memprioritaskan divisi lapis baja dan konfrontasi darat langsung.
Lihat Juga :