Israel Caplok Wilayah Suriah saat Rezim Assad Runtuh, PBB Kirim Pasukan Tambahan
Kamis, 12 Desember 2024 - 14:03 WIB
"Sangat penting bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB diizinkan melaksanakan tugas yang diamanatkan tanpa hambatan," ujarnya.
"Misi tersebut secara konsisten meminta semua pihak untuk mempertahankan gencatan senjata," imbuh pejabat PBB tersebut.
"Yang penting bagi semua pihak adalah menahan diri dari tindakan apa pun yang melanggar perjanjian tentang Pelepasan tahun 1974 dan menghormati UNDOF dan mandatnya."
PBB, yang secara konsisten mengutuk keputusan Israel tahun 1981 untuk mencaplok bagian Dataran Tinggi Golan yang direbutnya pada tahun 1967, telah meminta Israel untuk segera menghentikan operasi militer di luar garis gencatan senjata.
"Pasukan penjaga perdamaian di UNDOF memberi tahu rekan-rekan Israel bahwa tindakan ini akan menjadi pelanggaran Perjanjian Pelepasan 1974 yang menyatakan bahwa tidak boleh ada pasukan atau aktivitas militer di area pemisahan," kata juru bicara Kantor Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric dalam jumpa pers hari Senin lalu.
"Israel dan Suriah harus terus menegakkan ketentuan perjanjian 1974 itu dan menjaga stabilitas di Golan."
Dalam pidato yang disampaikan dari Dataran Tinggi Golan pada hari sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa yang menyebabkan jatuhnya Assad melalui "tindakan keras IDF terhadap Hizbullah dan Iran", yang mendukung pemimpin Suriah tersebut selama perang saudara di negaranya yang pertama kali pecah pada tahun 2011.
Netanyahu menyebut serangan IDF ke zona penyangga Dataran Tinggi Golan sebagai "posisi pertahanan sementara" yang diambil karena perjanjian gencatan senjata tahun 1974 telah runtuh setelah pasukan Suriah meninggalkan posisi mereka.
Dia mengaku memerintahkan serangan itu. "Untuk memastikan tidak ada pasukan musuh yang menyusup tepat di sebelah perbatasan Israel," katanya.
"Dataran Tinggi Golan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Israel selamanya," imbuh dia.
"Misi tersebut secara konsisten meminta semua pihak untuk mempertahankan gencatan senjata," imbuh pejabat PBB tersebut.
"Yang penting bagi semua pihak adalah menahan diri dari tindakan apa pun yang melanggar perjanjian tentang Pelepasan tahun 1974 dan menghormati UNDOF dan mandatnya."
PBB, yang secara konsisten mengutuk keputusan Israel tahun 1981 untuk mencaplok bagian Dataran Tinggi Golan yang direbutnya pada tahun 1967, telah meminta Israel untuk segera menghentikan operasi militer di luar garis gencatan senjata.
"Pasukan penjaga perdamaian di UNDOF memberi tahu rekan-rekan Israel bahwa tindakan ini akan menjadi pelanggaran Perjanjian Pelepasan 1974 yang menyatakan bahwa tidak boleh ada pasukan atau aktivitas militer di area pemisahan," kata juru bicara Kantor Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric dalam jumpa pers hari Senin lalu.
"Israel dan Suriah harus terus menegakkan ketentuan perjanjian 1974 itu dan menjaga stabilitas di Golan."
Dalam pidato yang disampaikan dari Dataran Tinggi Golan pada hari sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa yang menyebabkan jatuhnya Assad melalui "tindakan keras IDF terhadap Hizbullah dan Iran", yang mendukung pemimpin Suriah tersebut selama perang saudara di negaranya yang pertama kali pecah pada tahun 2011.
Netanyahu menyebut serangan IDF ke zona penyangga Dataran Tinggi Golan sebagai "posisi pertahanan sementara" yang diambil karena perjanjian gencatan senjata tahun 1974 telah runtuh setelah pasukan Suriah meninggalkan posisi mereka.
Dia mengaku memerintahkan serangan itu. "Untuk memastikan tidak ada pasukan musuh yang menyusup tepat di sebelah perbatasan Israel," katanya.
"Dataran Tinggi Golan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Israel selamanya," imbuh dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda