Jihad Islam Tegaskan Gencatan Senjata di Lebanon Hancurkan Ilusi Israel

Kamis, 28 November 2024 - 20:45 WIB
Warga memegang bendera, merayakan dengan konvoi kendaraan setelah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon mulai berlaku di wilayah Dahieh, Beirut, Lebanon pada 27 November 2024. Foto/Houssam Shbaro/Anadolu Agency
JALUR GAZA - Gerakan Jihad Islam di Palestina menegaskan gencatan senjata antara rezim Zionis dan Lebanon adalah "pencapaian penting yang menghancurkan upaya Israel membentuk kembali Timur Tengah berdasarkan ilusinya."

"Kami menganggap perjanjian gencatan senjata sebagai pencapaian penting yang mematahkan jalan kesombongan dan kebrutalan serta upaya menciptakan Timur Tengah yang disesuaikan dengan ilusi (Israel) dengan mengorbankan rakyat negara kami, kesucian kami, dan hak-hak kami di tanah air kami," tegas pernyataan Jihad Islam.

Kelompok pejuang Palestina itu menegaskan, "Kami menghargai keteguhan dan pengorbanan rakyat Lebanon, yang telah menunjukkan solidaritas yang tak tergoyahkan dengan rakyat Palestina dalam menghadapi pendudukan Zionis dan agresi brutalnya."

Perjanjian gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel mulai berlaku pada pukul 4 pagi pada hari Rabu, waktu setempat, mengakhiri pertempuran antara kedua belah pihak yang telah berlangsung sejak 8 Oktober 2023, dan yang telah meningkat sejak September.



Israel telah membantai 3.823 warga Lebanon selama dua bulan terakhir, dan melukai 15.859 orang, termasuk sejumlah besar anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan 1,4 juta orang mengungsi.

Sebagian besar korban dan orang yang mengungsi tercatat sejak 23 September, menurut pemantauan kantor berita Anadolu terhadap data resmi Lebanon yang telah diumumkan hingga Selasa malam.

Gencatan senjata mulai berlaku saat perang genosida Israel di Jalur Gaza berlanjut, yang telah menewaskan atau melukai 150.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 11.000 orang hilang, diduga tewas, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More