3 Tindakan Rasis Israel Terhadap Warga Muslim di Tel Aviv

Senin, 18 November 2024 - 16:05 WIB
Ada tiga tindakan rasis Israel terhadap warga Muslim di Tel Aviv, salah satunya dalam hal akses pekerjaan. Foto/Jerusalem Post
TEL AVIV - Israel kerap dikritik para aktivis hak asasi manusia (HAM) karena tindakan rasis dan diskriminatif terhadap warga Muslim, baik yang berada di Israel maupun wilayah Palestina yang diduduki.

Tel Aviv, sebagai pusat ekonomi dan budaya Israel, tidak terkecuali dalam hal ini. Ironisnya, Israel mengeklaim sebagai negara paling demokratis di Timur Tengah.

3 Tindakan Rasis Israel Terhadap Warga Muslim di Tel Aviv





1. Pembedaan dalam Akses Pekerjaanhingga Kesejahteraan Sosial



Di Tel Aviv, salah satu bentuk diskriminasi yang paling jelas terhadap warga Muslim adalah dalam akses pekerjaan dan kesejahteraan sosial.



Meskipun Muslim Arab adalah sekitar 20% dari total populasi Israel, mereka menghadapi tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan warga Yahudi, terutama di pusat-pusat perkotaan seperti Tel Aviv.

Banyak perusahaan di Tel Aviv lebih memilih untuk mempekerjakan warga Yahudi daripada Muslim Arab, meskipun warga Muslim seringkali memiliki kualifikasi yang setara.

Ketika Muslim melamar pekerjaan, mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan panggilan wawancara, atau mereka ditolak secara langsung setelah wawancara karena latar belakang etnis dan agama mereka.

Dalam hal pendidikan, sekolah-sekolah Arab di Israel, termasuk di Tel Aviv, cenderung menerima anggaran yang lebih rendah dan fasilitas yang kurang memadai dibandingkan dengan sekolah-sekolah Yahudi.

Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam kesempatan pendidikan dan keterampilan yang akhirnya berimbas pada kesempatan kerja yang terbatas bagi warga Muslim Arab di Tel Aviv.

Warga Muslim yang tinggal di daerah-daerah yang lebih miskin di Tel Aviv atau pinggiran kota sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses yang adil terhadap layanan kesehatan dan perumahan yang layak.

Diskriminasi dalam kebijakan perumahan juga sangat jelas, di mana banyak pemukiman yang tidak menerima keluarga Muslim untuk tinggal di dalamnya.

2. Pelanggaran HAM di Perbatasan dan Pemeriksaan Keamanan



Pemeriksaan keamanan yang ketat di bandara Ben Gurion dan pos pemeriksaan yang ada di Tel Aviv dan kota-kota lainnya sering kali menjadi bentuk diskriminasi yang nyata terhadap warga Muslim, baik yang berstatus sebagai warga negara Israel maupun yang berasal dari wilayah yang diduduki.

Contoh, warga Muslim sering kali dikenakan pemeriksaan ekstra ketat berdasarkan latar belakang etnis dan agama mereka, bukan berdasarkan individu dan pola perilaku mereka.

Warga Muslim sering diperlakukan secara berbeda dan diawasi lebih ketat dibandingkan warga Yahudi, meskipun tidak ada bukti bahwa mereka lebih berisiko. Pemeriksaan ini sering kali melibatkan tanya jawab yang merendahkan, penahanan yang tidak sah, dan penundaan yang tidak adil saat mereka mencoba untuk bepergian.

Banyak warga Muslim, terutama yang memiliki identitas Palestina, merasa diawasi secara berlebihan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka mungkin dipaksa untuk menunjukkan identifikasi yang lebih sering, dan aplikasi untuk izin bepergian atau visa sering kali ditolak atau diperlambat tanpa penjelasan yang jelas.

Media Israel sering kali menggambarkan warga Muslim dalam stereotip negatif, memperburuk prasangka terhadap mereka.

Warga Muslim di Tel Aviv dan sekitarnya sering diperlakukan sebagai ancaman teroris, meskipun sebagian besar dari mereka adalah warga negara yang sah yang tidak terlibat dalam kegiatan ekstremis.

3. Kekerasan Polisi dan Penegakan Hukum yang Tidak Seimbang



Penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum terhadap warga Muslim juga merupakan masalah besar di Tel Aviv.

Beberapa insiden menunjukkan bagaimana polisi Israel terkadang menggunakan kekerasan berlebihan terhadap warga Muslim, baik dalam protes maupun dalam interaksi sehari-hari.

Ketika warga Muslim, khususnya berlatar belakang Palestina, mengadakan protes atau demonstrasi untuk menuntut hak-hak mereka, mereka sering kali menghadapi tindakan keras dari polisi.

Dalam banyak kasus, polisi menggunakan gas air mata, pentungan, dan bahkan tembakan peluru karet untuk membubarkan massa.

Protes yang dihadapi oleh warga Muslim sering kali ditanggapi dengan cara yang lebih agresif dibandingkan dengan protes yang dilakukan oleh warga Yahudi.

Pada beberapa kesempatan, polisi atau kelompok pemukim Yahudi melakukan kekerasan terhadap warga Muslim tanpa adanya tindakan hukum yang jelas. Warga Muslim sering kali dilaporkan menjadi korban serangan rasial yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Yahudi, dan di banyak kasus, tidak ada langkah hukum yang tegas diambil untuk menghukum pelaku serangan tersebut.

Dalam banyak kasus, meskipun warga Muslim menjadi korban kekerasan atau pelanggaran hak, mereka sering kali tidak mendapatkan keadilan yang setara di sistem peradilan Israel.

Pelaku pelanggaran terhadap warga Muslim sering kali tidak dihukum dengan serius, sementara korban mungkin terjebak dalam proses hukum yang panjang dan penuh tantangan.

Sumber: Laporan Human Rights Watch (HRW), Al Jazeera, dan Amnesty International.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More