Serangan Barbar Israel Gempur Bandara Beirut saat Pesawat Penumpang akan Lepas Landas
Jum'at, 15 November 2024 - 17:45 WIB
BEIRUT - Militer Israel mengebom target yang sangat dekat dengan bandara Beirut saat satu pesawat penumpang besar sedang meluncur hendak lepas landas di dekatnya.
Video yang dipublikasikan Sputnik Arabic pada hari Kamis (14/11/2024) menunjukkan serangan barbar Israel tersebut.
Satu bom besar Israel menghancurkan bangunan yang terletak hanya beberapa puluh meter dari landasan saat satu pesawat sedang bergerak, menurut rekaman tersebut.
Klip dimulai dengan satu pesawat terbang yang bergerak di sepanjang landasan di Bandara Internasional Rafic Hariri di Beirut.
Pada satu titik, ledakan besar mengguncang area tersebut, meratakan satu bangunan bertingkat rendah di dekatnya. Area sekitarnya dengan cepat tertutup oleh gumpalan asap abu-abu tebal dan debu.
Pesawat itu tampak tidak rusak dan terus meluncur setelah serangan. Tidak jelas apakah pesawat itu sedang bersiap untuk lepas landas atau bermanuver setelah mendarat.
Media telah melaporkan selama berminggu-minggu bahwa hanya satu maskapai penerbangan komersial yang masih beroperasi dari Beirut yakni Middle East Airlines (MEA) Lebanon.
Perusahaan itu masih melakukan puluhan penerbangan ke dan dari ibu kota Lebanon meskipun sering terjadi penembakan Israel yang terkadang mengenai target di dekat bandara.
Israel melancarkan serangan besar di Lebanon pada bulan September, menghantam Beirut dengan gelombang serangan udara.
Pasukan rezim apartheid Israel (IDF) juga telah memulai serangan darat. Kampanye tersebut menyusul eskalasi dramatis antara Zionis dan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Kedua belah pihak secara sporadis saling tembak selama setahun terakhir, dengan Hizbullah berusaha menghukum Israel atas operasi genosida di Gaza.
Invasi IDF berikutnya ke Lebanon juga menyusul operasi sabotase yang menargetkan perangkat komunikasi genggam Hizbullah yang melukai ribuan orang.
Militer Israel membunuh Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara.
Pada akhir September, Israel menyatakan hampir semua pemimpin militer kelompok itu telah dieliminasi, tetapi tetap melanjutkan operasinya.
Tindakan IDF di Lebanon telah memicu kekhawatiran internasional, terutama karena serangan yang menghantam pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di bagian selatan negara itu.
AS hanya mengatakan "sangat prihatin" dengan laporan serangan bulan lalu.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan salah satu insiden tersebut sebagai “tindakan yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan.”
Israel terus melanjutkan genosida di Gaza dan Lebanon tanpa sanksi internasional apapun. Negara-negara Arab hanya mengecam Israel, tanpa memberi sanksi pada rezim Zionis.
Video yang dipublikasikan Sputnik Arabic pada hari Kamis (14/11/2024) menunjukkan serangan barbar Israel tersebut.
Satu bom besar Israel menghancurkan bangunan yang terletak hanya beberapa puluh meter dari landasan saat satu pesawat sedang bergerak, menurut rekaman tersebut.
Klip dimulai dengan satu pesawat terbang yang bergerak di sepanjang landasan di Bandara Internasional Rafic Hariri di Beirut.
Pada satu titik, ledakan besar mengguncang area tersebut, meratakan satu bangunan bertingkat rendah di dekatnya. Area sekitarnya dengan cepat tertutup oleh gumpalan asap abu-abu tebal dan debu.
Pesawat itu tampak tidak rusak dan terus meluncur setelah serangan. Tidak jelas apakah pesawat itu sedang bersiap untuk lepas landas atau bermanuver setelah mendarat.
Media telah melaporkan selama berminggu-minggu bahwa hanya satu maskapai penerbangan komersial yang masih beroperasi dari Beirut yakni Middle East Airlines (MEA) Lebanon.
Perusahaan itu masih melakukan puluhan penerbangan ke dan dari ibu kota Lebanon meskipun sering terjadi penembakan Israel yang terkadang mengenai target di dekat bandara.
Israel melancarkan serangan besar di Lebanon pada bulan September, menghantam Beirut dengan gelombang serangan udara.
Pasukan rezim apartheid Israel (IDF) juga telah memulai serangan darat. Kampanye tersebut menyusul eskalasi dramatis antara Zionis dan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Kedua belah pihak secara sporadis saling tembak selama setahun terakhir, dengan Hizbullah berusaha menghukum Israel atas operasi genosida di Gaza.
Invasi IDF berikutnya ke Lebanon juga menyusul operasi sabotase yang menargetkan perangkat komunikasi genggam Hizbullah yang melukai ribuan orang.
Militer Israel membunuh Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara.
Pada akhir September, Israel menyatakan hampir semua pemimpin militer kelompok itu telah dieliminasi, tetapi tetap melanjutkan operasinya.
Tindakan IDF di Lebanon telah memicu kekhawatiran internasional, terutama karena serangan yang menghantam pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di bagian selatan negara itu.
AS hanya mengatakan "sangat prihatin" dengan laporan serangan bulan lalu.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan salah satu insiden tersebut sebagai “tindakan yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan.”
Israel terus melanjutkan genosida di Gaza dan Lebanon tanpa sanksi internasional apapun. Negara-negara Arab hanya mengecam Israel, tanpa memberi sanksi pada rezim Zionis.
Baca Juga
(sya)
tulis komentar anda