Bagaimana Nasib Perang Timur Tengah usai Trump Menang Pilpres AS? Ini Analisanya
Kamis, 07 November 2024 - 10:16 WIB
RIYADH - Donald Trump telah muncul sebagai pemenang pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 dan bersiap untuk kembali ke Gedung Putih empat tahun setelah hengkang.
Para pakar Timur Tengah mengatakan kemenangan Trump dapat membentuk hasil konflik maupun perang di kawasan tersebut.
Mengutip laporan Al Arabiya English, Kamis (7/11/2024), kebijakan diplomatik yang diawasi oleh Trump juga dapat secara dramatis membentuk kembali kebijakan AS di Timur Tengah, termasuk pendiriannya terhadap Iran dan perjanjian perdamaian regional.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih kemungkinan akan berdampak pada perang Israel terhadap Hamas di Gaza dan terhadap Hizbullah di Lebanon, kata direktur program MENA di lembaga think tank Chatham House, Sanam Vakil, kepada Al Arabiya English.
Dengan AS sebagai sekutu utama dan pendukung militer Israel, pemilihan umum (Pemilu) Amerika terjadi pada saat yang kritis bagi Timur Tengah.
"Saya pikir pemerintahan Trump—dan Presiden—khususnya, akan berupaya menghentikan kampanye militer aktif yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon," katanya.
"Namun, itu tidak berarti bahwa perdamaian sudah di depan mata," imbuh Vakil.
"Saya pikir yang kita hadapi adalah konflik tingkat panjang di mana Israel masih diberi izin untuk mengatasi masalah keamanannya dan melemahkan Poros Perlawanan, ya, tetapi tanpa penyelesaian politik atau negosiasi di depan mata," paparnya.
Para pakar Timur Tengah mengatakan kemenangan Trump dapat membentuk hasil konflik maupun perang di kawasan tersebut.
Mengutip laporan Al Arabiya English, Kamis (7/11/2024), kebijakan diplomatik yang diawasi oleh Trump juga dapat secara dramatis membentuk kembali kebijakan AS di Timur Tengah, termasuk pendiriannya terhadap Iran dan perjanjian perdamaian regional.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih kemungkinan akan berdampak pada perang Israel terhadap Hamas di Gaza dan terhadap Hizbullah di Lebanon, kata direktur program MENA di lembaga think tank Chatham House, Sanam Vakil, kepada Al Arabiya English.
Dengan AS sebagai sekutu utama dan pendukung militer Israel, pemilihan umum (Pemilu) Amerika terjadi pada saat yang kritis bagi Timur Tengah.
"Saya pikir pemerintahan Trump—dan Presiden—khususnya, akan berupaya menghentikan kampanye militer aktif yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon," katanya.
"Namun, itu tidak berarti bahwa perdamaian sudah di depan mata," imbuh Vakil.
"Saya pikir yang kita hadapi adalah konflik tingkat panjang di mana Israel masih diberi izin untuk mengatasi masalah keamanannya dan melemahkan Poros Perlawanan, ya, tetapi tanpa penyelesaian politik atau negosiasi di depan mata," paparnya.
tulis komentar anda