3 Alasan Israel Tidak Ingin Berdamai dengan Iran, Salah Satunya Takut Ditinggal AS
Selasa, 29 Oktober 2024 - 16:45 WIB
Ucapan Pezeshkian itu diungkap dalam menanggapi aksi ‘sembrono’ Israel seperti menyerang infrastruktur komunikasi Hizbullah hingga pembunuhan pemimpin Hamas.
Sejalan dengan kondisi yang ada, ia sesumbar Iran akan menanggapinya pada waktu dan tempat yang tepat.
Sebagian orang mungkin belum mengetahui Iran dan Israel pernah menikmati hubungan harmonis dalam kurun waktu yang cukup lama.
Teheran bahkan menjadi salah satu negara mayoritas Muslim yang paling awal mengakui kemerdekaan Israel setelah Mesir.
Hubungan baik Iran dan Israel berjalan setidaknya sampai Mohammad Mosaddegh menjadi Perdana Menteri Iran pada 1951. Waktu itu, ia menjadi pelopor nasionalisasi industri minyak yang sebelumnya dimonopoli Inggris.
Saat menjabat, ia membuat gebrakan dengan memutuskan hubungan dari Israel karena menganggap Tel Aviv melayani kepentingan Barat di wilayahnya. Namun, ia digulingkan pada 1953, sehingga situasi di sana kembali berubah seperti semula.
Pada 1979, pemimpin Iran yang pro-Barat digulingkan dalam sebuah revolusi. Momen ini menandai lahirnya Republik Islam Iran yang baru bersama Ayatollah Khomeini yang menjadi pemimpin revolusi.
Segera, ia membuat Iran memutuskan semua hubungan dengan Israel. Sejak itu, Teheran juga memandang Tel Aviv sebagai musuh besarnya.
Menanggapi kondisi tersebut, Israel juga berlaku serupa. Demi mempertahankan keberadaannya di Timur Tengah, mereka senantiasa memerangi proksi Iran yang disebar di sejumlah negara, bahkan sampai sekarang.
Sejalan dengan kondisi yang ada, ia sesumbar Iran akan menanggapinya pada waktu dan tempat yang tepat.
2. Riwayat Tak Terlupakan
Sebagian orang mungkin belum mengetahui Iran dan Israel pernah menikmati hubungan harmonis dalam kurun waktu yang cukup lama.
Teheran bahkan menjadi salah satu negara mayoritas Muslim yang paling awal mengakui kemerdekaan Israel setelah Mesir.
Hubungan baik Iran dan Israel berjalan setidaknya sampai Mohammad Mosaddegh menjadi Perdana Menteri Iran pada 1951. Waktu itu, ia menjadi pelopor nasionalisasi industri minyak yang sebelumnya dimonopoli Inggris.
Saat menjabat, ia membuat gebrakan dengan memutuskan hubungan dari Israel karena menganggap Tel Aviv melayani kepentingan Barat di wilayahnya. Namun, ia digulingkan pada 1953, sehingga situasi di sana kembali berubah seperti semula.
Pada 1979, pemimpin Iran yang pro-Barat digulingkan dalam sebuah revolusi. Momen ini menandai lahirnya Republik Islam Iran yang baru bersama Ayatollah Khomeini yang menjadi pemimpin revolusi.
Segera, ia membuat Iran memutuskan semua hubungan dengan Israel. Sejak itu, Teheran juga memandang Tel Aviv sebagai musuh besarnya.
Menanggapi kondisi tersebut, Israel juga berlaku serupa. Demi mempertahankan keberadaannya di Timur Tengah, mereka senantiasa memerangi proksi Iran yang disebar di sejumlah negara, bahkan sampai sekarang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda