Panglima Tertinggi Negara Islam di Irak Jassim Al-Mazrouei Tewas Terbunuh

Rabu, 23 Oktober 2024 - 09:59 WIB
Anggota ISIS berada di atas kendaraan bersenjata berat. Foto/MAXPPP/Dabiq
BAGHDAD - Panglima tertinggi Negara Islam (sebelumnya disebut ISIS) di Irak Jassim Al-Mazrouei telah terbunuh, menurut Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani pada hari Selasa (22/10/2024).

Pengumuman tersebut mengonfirmasi pernyataan tentang pembunuhan Jassim Al-Mazrouei, yang juga dikenal sebagai Abu Abdul Qader, yang dikeluarkan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) akhir pekan lalu.

Dalam posting di X, perdana menteri Irak menulis, "Saya mengucapkan selamat kepada rakyat kita yang terhormat atas pembunuhan yang disebut (Wali Irak) dalam organisasi teroris IS, dan (8) para pemimpin senior organisasi tersebut..."

Al-Sudani menyoroti "operasi luar biasa" tersebut dilakukan oleh badan kontra terorisme dan keamanan nasional negara tersebut di bawah pengawasan Komando Operasi Gabungan (JOC) di Pegunungan Hamrin di Irak timur laut.



PM Irak memuji pasukan keamanan, menekankan, "Tidak ada tempat bagi teroris di Irak. Kami akan mengejar mereka ke tempat persembunyian mereka dan melenyapkan mereka sampai tanah Irak dibersihkan dari mereka dan tindakan keji mereka.”

JOC mengatakan operasi untuk melenyapkan komandan ISIS didukung oleh bantuan teknis dan intelijen dari pasukan ‘Koalisi Global’.

Pasukan Irak mengintensifkan operasi mereka melawan ISIS pada tahun 2024. Dalam wawancara dengan Bloomberg bulan lalu, al-Sudani mengklaim negara Timur Tengah itu tidak lagi membutuhkan pasukan AS di wilayahnya, karena “Irak pada tahun 2024 tidak sama dengan Irak pada tahun 2014” dan menambahkan, “Kami telah beralih dari perang ke stabilitas.”

Pada bulan September, Irak dan AS mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan Washington akan mengakhiri misi internasional yang dipimpin Amerika di Irak selama 12 bulan ke depan.

Namun, Pentagon kemudian mengklarifikasi meskipun misi AS berubah, itu tidak akan menjadi penarikan penuh.

AS menginvasi Irak pada tahun 2003 tanpa sanksi PBB, mengklaim negara itu memiliki senjata pemusnah massal, klaim yang kemudian terbukti salah.

Kampanye pengeboman AS yang 'mengejutkan dan mencengangkan' telah menghancurkan Irak dan menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein, membuat negara itu kacau dan menciptakan lahan subur bagi kelompok ekstremis seperti ISIS.

Setelah ISIS menyebar di beberapa wilayah Suriah dan Irak pada tahun 2014, pasukan AS kembali ke negara itu.

Operasi militer koalisi berakhir pada tahun 2021, menyisakan sekitar 2.500 tentara Amerika di sana.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More