Israel Bunuh Bos Hamas Yahya Sinwar, Opini Publik Arab Terpecah
Minggu, 20 Oktober 2024 - 05:49 WIB
“Mudah untuk berbicara tentang perlawanan atau melawan Israel, tetapi kenyataan berbicara sebaliknya,” ujarnya.
“Ada orang yang meninggal setiap hari, dan kita harus menjaga darah mereka. Kami hanya beberapa langkah lagi untuk mendeklarasikan negara Palestina karena gerakan politik, tetapi hari ini, Gaza telah kehilangan segalanya,” paparnya.
Anwar al-Khalidi, analis politik Arab Saudi lainnya, mengatakan dia memperkirakan perang di Gaza akan segera berakhir sekarang setelah Sinwar terbunuh, meskipun Israel kemungkinan akan terus menyerang target lain di wilayah tersebut.
“Israel pasti akan mengebom milisi Iran di Irak dan Yaman dan akan terus menyerang Suriah, dan kita mungkin melihat Iran juga menjadi sasaran,” katanya kepada The Media Line, yang dilansir Minggu (20/10/2024).
Al-Khalidi mencatat bahwa Sinwar hanya difoto dua kali sejak serangan 7 Oktober. “Yang pertama adalah ketika dia melarikan diri di terowongan, dan yang kedua adalah ketika ia dilikuidasi oleh Israel,” katanya.
“Yahya Sinwar adalah pemimpin Palestina terakhir di Palestina yang memiliki kontak langsung dengan Iran dan Qatar, dan karena itu diperkirakan akan terjadi kekacauan besar dalam gerakan tersebut dalam beberapa hari mendatang, baik melalui operasi balas dendam terhadap para sandera yang ditawan oleh gerakan tersebut atau bahkan penyerahan sandera sebagai imbalan untuk menghentikan perang di Gaza,” lanjut al-Khalidi.
Humam Shaalan, mantan perwira militer Irak, membuat prediksi serupa.
“Sejauh yang saya ketahui tentang Hamas, tidak akan ada komandan lapangan baru, jadi kita mungkin akan melihat berakhirnya perang di Gaza, yang pada dasarnya telah menjadi medan perang sekunder bagi tentara Israel,” katanya kepada The Media Line.
Shaalan mencirikan Sinwar sebagai “bukan komandan lapangan yang berpengalaman”. “Dia melakukan kesalahan besar yang akhirnya menyebabkan kematiannya,” katanya.
“Sekarang bola ada di tangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu,” lanjut Shaalan. “Komandan lapangan Hamas terakhir telah tewas, dan Netanyahu memiliki dua pilihan: menyatakan kemenangan dan menghentikan perang, terutama karena kami memperkirakan masalah penyanderaan akan segera berakhir, atau melanjutkan pertempuran, yang kemudian akan menjadi masa sulit bagi Netanyahu di hadapan masyarakat internasional.”
“Ada orang yang meninggal setiap hari, dan kita harus menjaga darah mereka. Kami hanya beberapa langkah lagi untuk mendeklarasikan negara Palestina karena gerakan politik, tetapi hari ini, Gaza telah kehilangan segalanya,” paparnya.
Anwar al-Khalidi, analis politik Arab Saudi lainnya, mengatakan dia memperkirakan perang di Gaza akan segera berakhir sekarang setelah Sinwar terbunuh, meskipun Israel kemungkinan akan terus menyerang target lain di wilayah tersebut.
“Israel pasti akan mengebom milisi Iran di Irak dan Yaman dan akan terus menyerang Suriah, dan kita mungkin melihat Iran juga menjadi sasaran,” katanya kepada The Media Line, yang dilansir Minggu (20/10/2024).
Al-Khalidi mencatat bahwa Sinwar hanya difoto dua kali sejak serangan 7 Oktober. “Yang pertama adalah ketika dia melarikan diri di terowongan, dan yang kedua adalah ketika ia dilikuidasi oleh Israel,” katanya.
“Yahya Sinwar adalah pemimpin Palestina terakhir di Palestina yang memiliki kontak langsung dengan Iran dan Qatar, dan karena itu diperkirakan akan terjadi kekacauan besar dalam gerakan tersebut dalam beberapa hari mendatang, baik melalui operasi balas dendam terhadap para sandera yang ditawan oleh gerakan tersebut atau bahkan penyerahan sandera sebagai imbalan untuk menghentikan perang di Gaza,” lanjut al-Khalidi.
Humam Shaalan, mantan perwira militer Irak, membuat prediksi serupa.
“Sejauh yang saya ketahui tentang Hamas, tidak akan ada komandan lapangan baru, jadi kita mungkin akan melihat berakhirnya perang di Gaza, yang pada dasarnya telah menjadi medan perang sekunder bagi tentara Israel,” katanya kepada The Media Line.
Shaalan mencirikan Sinwar sebagai “bukan komandan lapangan yang berpengalaman”. “Dia melakukan kesalahan besar yang akhirnya menyebabkan kematiannya,” katanya.
“Sekarang bola ada di tangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu,” lanjut Shaalan. “Komandan lapangan Hamas terakhir telah tewas, dan Netanyahu memiliki dua pilihan: menyatakan kemenangan dan menghentikan perang, terutama karena kami memperkirakan masalah penyanderaan akan segera berakhir, atau melanjutkan pertempuran, yang kemudian akan menjadi masa sulit bagi Netanyahu di hadapan masyarakat internasional.”
tulis komentar anda