Respons Iran Disebut Dibayar 9 Ton Emas karena Bantu Venezuela
Sabtu, 02 Mei 2020 - 13:27 WIB
TEHERAN - Pemerintah dan media Amerika Serikat (AS) menuduh Iran telah membantu membangun kembali industri minyak Venezuela yang telah lumpuh. Caracas disebut membayarnya dengan 9 ton emas karena kehabisan devisa.
Pemerintah Iran membantah tuduhan Amerika bahwa Teheran telah membantu Caracas membangun kembali industri minyaknya. Menurut Teheran, tuduhan itu dirancang untuk meningkatkan tekanan dan mengganggu hubungan dagang kedua negara.
Namun, Iran enggan mengomentai klaim bahwa Caracas yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro menyerahkan sekitar 9 ton emas batangan kepada Teheran.
Tuduhan AS disampaikan oleh Elliott Abrams, utusan terkemuka Amerika dalam upaya Washington untuk menggulingkan pemimpin sosialis Venezuela Nicolas Maduro. Abrams mengatakan Caracas kekurangan uang sehingga membayar bantuan Teheran dengan dengan emas. (Baca: Kehabisan Uang, Venezuela Bayar Bantuan Iran dengan 9 Ton Emas )
Klaim jumlah emas batangan yang mencapai 9 ton itu merupakan laporan Bloomberg yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui pengangkutan emas-emas tersebut dengan pesawat milik Mahan Air, Iran.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan mengatakan tuduhan Abrams tidak berdasar. "Washington berusaha meningkatkan tekanan pada pemerintah Venezuela dan mengganggu perdagangan antara Iran dan Venezuela," kata kementerian itu yang disampaikan juru bicaranya, Seyed Abbas Mousavi.
"Kebijakan AS terhadap Venezuela termasuk sanksi ekonomi, ancaman militer dan dewan transisi baru-baru ini telah gagal," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip dari France24, Sabtu (2/5/2020).
"Washington sekarang berusaha menciptakan hambatan dalam rencana Venezuela untuk membangun kembali kilang minyaknya dan menghasilkan produk minyak seperti bensin, yang kekurangan pasokan karena sanksi AS yang kejam."
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menjatuhkan sanksi sepihak yang bertujuan mengakhiri ekspor minyak dari Iran dan Venezuela, yang keduanya adalah produsen minyak mentah utama dunia.
Venezuela memiliki cadangan minyak yang terbukti terbesar di dunia, tetapi analis mengatakan bahwa sektor tersebut beroperasi di bawah kapasitas.
Ekonomi negara warisan mendiang Hugo Chavez itu telah runtuh, dengan jutaan orang melarikan diri karena mereka kekurangan barang-barang kebutuhan pokok.
Iran juga mendapat pukulan dari sanksi AS setelah Trump menarik diri dari perjanjian nuklir dan menerapkannya kembali sanksi terhadap Teheran pada 2018.
Presiden Maduro telah bertahan lebih dari setahun melawan upaya pimpinan AS untuk menyingkirkannya. Pemimpin sosialis ini mampu mempertahankan kekuasaan karena mendapat dukungan militer Venezeula.
Iran telah berulang kali menyatakan dukungannya kepada Maduro dan tidak mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden yang mendeklarasikan diri setelah kalah pemilu. Sebaliknya, AS dan sekutu Barat dan Amerika Latin-nya mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
Pemerintah Iran membantah tuduhan Amerika bahwa Teheran telah membantu Caracas membangun kembali industri minyaknya. Menurut Teheran, tuduhan itu dirancang untuk meningkatkan tekanan dan mengganggu hubungan dagang kedua negara.
Namun, Iran enggan mengomentai klaim bahwa Caracas yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro menyerahkan sekitar 9 ton emas batangan kepada Teheran.
Tuduhan AS disampaikan oleh Elliott Abrams, utusan terkemuka Amerika dalam upaya Washington untuk menggulingkan pemimpin sosialis Venezuela Nicolas Maduro. Abrams mengatakan Caracas kekurangan uang sehingga membayar bantuan Teheran dengan dengan emas. (Baca: Kehabisan Uang, Venezuela Bayar Bantuan Iran dengan 9 Ton Emas )
Klaim jumlah emas batangan yang mencapai 9 ton itu merupakan laporan Bloomberg yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui pengangkutan emas-emas tersebut dengan pesawat milik Mahan Air, Iran.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan mengatakan tuduhan Abrams tidak berdasar. "Washington berusaha meningkatkan tekanan pada pemerintah Venezuela dan mengganggu perdagangan antara Iran dan Venezuela," kata kementerian itu yang disampaikan juru bicaranya, Seyed Abbas Mousavi.
"Kebijakan AS terhadap Venezuela termasuk sanksi ekonomi, ancaman militer dan dewan transisi baru-baru ini telah gagal," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip dari France24, Sabtu (2/5/2020).
"Washington sekarang berusaha menciptakan hambatan dalam rencana Venezuela untuk membangun kembali kilang minyaknya dan menghasilkan produk minyak seperti bensin, yang kekurangan pasokan karena sanksi AS yang kejam."
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menjatuhkan sanksi sepihak yang bertujuan mengakhiri ekspor minyak dari Iran dan Venezuela, yang keduanya adalah produsen minyak mentah utama dunia.
Venezuela memiliki cadangan minyak yang terbukti terbesar di dunia, tetapi analis mengatakan bahwa sektor tersebut beroperasi di bawah kapasitas.
Ekonomi negara warisan mendiang Hugo Chavez itu telah runtuh, dengan jutaan orang melarikan diri karena mereka kekurangan barang-barang kebutuhan pokok.
Iran juga mendapat pukulan dari sanksi AS setelah Trump menarik diri dari perjanjian nuklir dan menerapkannya kembali sanksi terhadap Teheran pada 2018.
Presiden Maduro telah bertahan lebih dari setahun melawan upaya pimpinan AS untuk menyingkirkannya. Pemimpin sosialis ini mampu mempertahankan kekuasaan karena mendapat dukungan militer Venezeula.
Iran telah berulang kali menyatakan dukungannya kepada Maduro dan tidak mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden yang mendeklarasikan diri setelah kalah pemilu. Sebaliknya, AS dan sekutu Barat dan Amerika Latin-nya mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
(min)
tulis komentar anda