Rusia Peringatkan Serangan Israel di Fasilitas Nuklir Sipil Iran akan Jadi Provokasi Serius

Jum'at, 11 Oktober 2024 - 21:30 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov. Foto/anadolu
VIENTIANE - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov memperingatkan pada Jumat (11/10/2024) bahwa serangan Israel terhadap fasilitas nuklir sipil Iran akan menjadi "provokasi serius."

Berbicara dalam konferensi pers di Vientiane, Laos, Lavrov menekankan meskipun ketegangan meningkat, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang memantau secara ketat aktivitas nuklir Iran, belum melaporkan tanda-tanda militerisasi dalam program nuklir republik Islam tersebut.

“Kami lebih suka berpedoman pada fakta. Di hampir setiap negara, ada politisi dan anggota parlemen yang menyatakan posisi yang tidak mencerminkan strategi praktis atau kebijakan aktual pemerintah mereka. Kami telah melihat ini berkali-kali sebelumnya,” ujar dia.

Dia menekankan, “Jika ada rencana atau ancaman untuk menyerang fasilitas nuklir damai Republik Islam Iran yang terwujud, itu memang akan menjadi provokasi yang sangat serius.”



Pekan ini, parlemen Iran menyarankan negara itu mungkin mempertimbangkan menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), mengantisipasi potensi serangan rudal oleh Israel.

Israel melanjutkan serangan udara dan daratnya ke Lebanon, serta terus menghancurkan Gaza.

Pekan lalu, Iran meluncurkan rudal ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah Iran akan "membayar" atas serangan tersebut.

Sementara itu, menanggapi pernyataan beberapa pejabat Ukraina tentang kemungkinan pembicaraan damai dengan Rusia, Lavrov mengatakan Moskow belum melihat proposal serius apa pun.

Ketika ditanya tentang hasil KTT Asia Timur ke-19, Lavrov mengatakan deklarasi akhir tidak dapat diadopsi karena upaya negara-negara Barat untuk mempolitisasinya dengan memasukkan kecaman terhadap Rusia dan China.

Lavrov juga mengkritik Jepang atas langkah-langkahnya baru-baru ini menuju remiliterisasi, serta upaya AS menciptakan aliansi konfrontatif di Asia yang bertujuan menahan China, termasuk di bidang ekonomi.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More