Jenderal Tertinggi Zionis Perintahkan Tentara Israel Bersiap Invasi Darat Lebanon
Kamis, 26 September 2024 - 07:31 WIB
TEL AVIV - Letnan Jenderal Herzi Halevi, jenderal tertinggi rezim Zionis, telah memerintahkan tentara Israel untuk bersiap menjalankan opsi invasi darat melawan Hizbullah di Lebanon.
Perintah disampaikan pada hari Rabu ketika Angkatan Udara Israel melakukan ratusan serangan mematikan di seluruh negeri Lebanon.
"Kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan medan bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah," kata Halevi kepada brigade tank tempur Zionis, menurut pernyataan dari militer Israel, yang dilansir AFP, Kamis (26/9/2024).
Halevi adalah Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) atau Panglima Militer negara Yahudi tersebut.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Zionis pada hari Rabu menewaskan 51 orang dan melukai 223 lainnya, termasuk di daerah pegunungan di luar benteng tradisional Hizbullah.
Sedangkan Hizbullah mengatakan pasukannya telah menargetkan markas badan mata-mata Israel, Mossad, di pinggiran Tel Aviv pada pagi hari—pertama kalinya mereka menembakkan rudal balistik dalam hampir setahun bentrokan lintas batas yang dipicu oleh perang Gaza.
Sebagai respons, Israel mengatakan telah menyerang 60 situs intelijen Hizbullah, di antara ratusan target kelompok itu yang diserang di seluruh Lebanon.
Hal itu terjadi di tengah meningkatnya bentrokan lintas batas, setelah serangan Israel pada hari Senin menewaskan sedikitnya 558 orang dalam hari kekerasan paling mematikan sejak perang saudara Lebanon tahun 1975-1990.
Nour Hamad, seorang mahasiswa berusia 22 tahun di kota Baalbek, Lebanon timur, menggambarkan kehidupannya "dalam keadaan teror" sepanjang pekan.
"Kami menghabiskan empat atau lima hari tanpa tidur, tidak tahu apakah kami akan bangun di pagi hari," katanya.
Di Tel Aviv, sirene meraung-raung menyusul peluncuran rudal Hizbullah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Warga Tel Aviv, Hedva Fadlon (61), mengatakan kepada AFP: "Situasinya sulit. Kami merasakan tekanan dan ketegangan...Saya rasa tidak seorang pun di dunia ini ingin hidup seperti ini."
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan serangan Hizbullah terhadap Tel Aviv sangat memprihatinkan.
"Tetapi masih ada waktu dan ruang untuk solusi diplomatik di sini untuk meredakan ketegangan dan mencegah perang habis-habisan," katanya.
Militer Israel mengatakan lebih dari 280 target Hizbullah telah diserang di seluruh Lebanon pada hari Rabu, menambahkan serangan itu masih berlangsung.
"Jet tempur menyerang 60 target teroris milik direktorat intelijen Hizbullah," kata militer.
Militer juga mengatakan dua brigade pasukan cadangan tengah dikerahkan untuk misi operasional di wilayah utara, seraya menambahkan bahwa ini akan memungkinkan kelanjutan pertempuran melawan organisasi Hizbullah.
Dewan Keamanan PBB mengatakan akan mengadakan pertemuan darurat mengenai krisis tersebut di New York pada hari Rabu, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa situasinya kritis.
Perintah disampaikan pada hari Rabu ketika Angkatan Udara Israel melakukan ratusan serangan mematikan di seluruh negeri Lebanon.
"Kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan medan bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah," kata Halevi kepada brigade tank tempur Zionis, menurut pernyataan dari militer Israel, yang dilansir AFP, Kamis (26/9/2024).
Halevi adalah Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) atau Panglima Militer negara Yahudi tersebut.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Zionis pada hari Rabu menewaskan 51 orang dan melukai 223 lainnya, termasuk di daerah pegunungan di luar benteng tradisional Hizbullah.
Sedangkan Hizbullah mengatakan pasukannya telah menargetkan markas badan mata-mata Israel, Mossad, di pinggiran Tel Aviv pada pagi hari—pertama kalinya mereka menembakkan rudal balistik dalam hampir setahun bentrokan lintas batas yang dipicu oleh perang Gaza.
Sebagai respons, Israel mengatakan telah menyerang 60 situs intelijen Hizbullah, di antara ratusan target kelompok itu yang diserang di seluruh Lebanon.
Hal itu terjadi di tengah meningkatnya bentrokan lintas batas, setelah serangan Israel pada hari Senin menewaskan sedikitnya 558 orang dalam hari kekerasan paling mematikan sejak perang saudara Lebanon tahun 1975-1990.
Nour Hamad, seorang mahasiswa berusia 22 tahun di kota Baalbek, Lebanon timur, menggambarkan kehidupannya "dalam keadaan teror" sepanjang pekan.
"Kami menghabiskan empat atau lima hari tanpa tidur, tidak tahu apakah kami akan bangun di pagi hari," katanya.
Di Tel Aviv, sirene meraung-raung menyusul peluncuran rudal Hizbullah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Warga Tel Aviv, Hedva Fadlon (61), mengatakan kepada AFP: "Situasinya sulit. Kami merasakan tekanan dan ketegangan...Saya rasa tidak seorang pun di dunia ini ingin hidup seperti ini."
Israel Kerahkan Pasukan Cadangan
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan serangan Hizbullah terhadap Tel Aviv sangat memprihatinkan.
"Tetapi masih ada waktu dan ruang untuk solusi diplomatik di sini untuk meredakan ketegangan dan mencegah perang habis-habisan," katanya.
Militer Israel mengatakan lebih dari 280 target Hizbullah telah diserang di seluruh Lebanon pada hari Rabu, menambahkan serangan itu masih berlangsung.
"Jet tempur menyerang 60 target teroris milik direktorat intelijen Hizbullah," kata militer.
Militer juga mengatakan dua brigade pasukan cadangan tengah dikerahkan untuk misi operasional di wilayah utara, seraya menambahkan bahwa ini akan memungkinkan kelanjutan pertempuran melawan organisasi Hizbullah.
Dewan Keamanan PBB mengatakan akan mengadakan pertemuan darurat mengenai krisis tersebut di New York pada hari Rabu, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa situasinya kritis.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda