Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Hilang, Israel Menduga Tewas tapi Tak Punya Bukti
Selasa, 24 September 2024 - 13:43 WIB
GAZA - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah hilang kontak. Intelijen militer Israel menduga Sinwar telah tewas dalam serangan baru-baru ini di Gaza, namun Zionis tidak memiliki bukti untuk menguatkan dugaan tersebut.
Seperti intelijen militer Israel, laporan dari lembaga penyiaran publik Israel; Kan, dan sejumlah outlet berita seperti Haaretz, Maariv dan Walla, juga menduga Sinwar telah tewas.
Sebaliknya, Shin Bet (badan intelijen dalam negeri Israel) meyakini pemimpin baru Hamas itu masih hidup.
Menurut The Times of Israel, beberapa laporannya mengutip sumber yang menyatakan bahwa pemimpin Hamas yang sulit ditangkap itu—yang telah bersembunyi di terowongan-terowongan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober—memiliki riwayat menghilang dari radar sebelum muncul kembali untuk menyampaikan pesan-pesan yang terkait dengan negosiasi gencatan senjata atau isu-isu lainnya.
Pejabat keamanan Zionis, yang dikutip oleh beberapa media, mencatat bahwa setiap pernyataan tentang kematian Sinwar saat ini bersifat spekulatif dan tidak memiliki dasar yang kuat.
Haaretz, mengutip sejumlah sumber, melaporkan pada Selasa (24/9/2024), bahwa Israel mengebom terowongan-terowongan di daerah-daerah tempat Sinwar diduga bersembunyi, tetapi tidak ada bukti pasti bahwa dia terluka atau terbunuh.
Sinwar mungkin sengaja menjaga citranya tetap "low profile".
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkomentar singkat terkait maraknya laporan menghilangnya Sinwar.
"Kami tidak memiliki informasi yang mengonfirmasi atau membantah masalah tersebut," kata IDF.
Sejak serangan 7 Oktober di Israel Selatan—yang diyakini telah diatur oleh Sinwar—Israel telah menargetkan tokoh-tokoh penting internal Hamas, termasuk Panglima Militer Mohammad Deif, dan kepala Brigade Khan Younis Rafa'a Salameh.
Pemimpin Hamas pendahulu Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh, dan wakilnya; Saleh al-Arouri, telah tewas dalam serangan di Teheran dan Beirut, masing-masing, beberapa bulan lalu.
Yahya Sinwar dan saudaranya, Mohammed Sinwar, tetap menjadi target bernilai tinggi bagi pasukan Israel, namun upaya untuk menemukan mereka terbukti tidak berhasil.
Keduanya menggunakan metode komunikasi yang rumit dan rahasia dari tempat persembunyian, yang melibatkan perantara dan catatan tulisan tangan.
Seperti intelijen militer Israel, laporan dari lembaga penyiaran publik Israel; Kan, dan sejumlah outlet berita seperti Haaretz, Maariv dan Walla, juga menduga Sinwar telah tewas.
Sebaliknya, Shin Bet (badan intelijen dalam negeri Israel) meyakini pemimpin baru Hamas itu masih hidup.
Menurut The Times of Israel, beberapa laporannya mengutip sumber yang menyatakan bahwa pemimpin Hamas yang sulit ditangkap itu—yang telah bersembunyi di terowongan-terowongan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober—memiliki riwayat menghilang dari radar sebelum muncul kembali untuk menyampaikan pesan-pesan yang terkait dengan negosiasi gencatan senjata atau isu-isu lainnya.
Pejabat keamanan Zionis, yang dikutip oleh beberapa media, mencatat bahwa setiap pernyataan tentang kematian Sinwar saat ini bersifat spekulatif dan tidak memiliki dasar yang kuat.
Haaretz, mengutip sejumlah sumber, melaporkan pada Selasa (24/9/2024), bahwa Israel mengebom terowongan-terowongan di daerah-daerah tempat Sinwar diduga bersembunyi, tetapi tidak ada bukti pasti bahwa dia terluka atau terbunuh.
Sinwar mungkin sengaja menjaga citranya tetap "low profile".
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkomentar singkat terkait maraknya laporan menghilangnya Sinwar.
"Kami tidak memiliki informasi yang mengonfirmasi atau membantah masalah tersebut," kata IDF.
Sejak serangan 7 Oktober di Israel Selatan—yang diyakini telah diatur oleh Sinwar—Israel telah menargetkan tokoh-tokoh penting internal Hamas, termasuk Panglima Militer Mohammad Deif, dan kepala Brigade Khan Younis Rafa'a Salameh.
Pemimpin Hamas pendahulu Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh, dan wakilnya; Saleh al-Arouri, telah tewas dalam serangan di Teheran dan Beirut, masing-masing, beberapa bulan lalu.
Yahya Sinwar dan saudaranya, Mohammed Sinwar, tetap menjadi target bernilai tinggi bagi pasukan Israel, namun upaya untuk menemukan mereka terbukti tidak berhasil.
Keduanya menggunakan metode komunikasi yang rumit dan rahasia dari tempat persembunyian, yang melibatkan perantara dan catatan tulisan tangan.
(mas)
tulis komentar anda