Israel Bombardir 21 Sekolah yang Menampung Warga Gaza

Minggu, 22 September 2024 - 15:02 WIB
Tentara Israel membombardir 21 sekolah di Gaza. Foto/AP
GAZA - Militer Israel telah mengebom sekitar 21 sekolah yang menampung ribuan warga Palestina yang mengungsi di Jalur Gaza sejak bulan lalu, menyebabkan 267 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka.

Setidaknya 22 warga Palestina tewas Sabtu dini hari ketika jet tempur Israel menyerang sebuah sekolah yang menampung warga sipil yang mengungsi di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza.

Kantor Media Pemerintah Kota Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka yang tewas dalam "pembantaian mengerikan" Israel termasuk 13 anak-anak, enam wanita, dan seorang bayi berusia tiga bulan.



Setidaknya 30 orang terluka, kata kementerian kesehatan, termasuk beberapa orang yang menderita luka bakar parah. Dua orang masih hilang.

Menurut Euro-Med Human Rights, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Jenewa, serangan itu "merupakan kejahatan baru yang akan ditambahkan ke serangkaian kejahatan perang potensial yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza."



Mereka menyebut serangan Israel terhadap sekolah-sekolah yang menampung orang-orang terlantar sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip-prinsip pembedaan, kebutuhan militer, dan proporsionalitas."

Hamas mengatakan Israel telah melakukan pembantaian warga Palestina "di bawah kedok AS."

Organisasi itu mengkritik upaya Israel untuk membenarkan serangannya terhadap sekolah-sekolah dan tempat penampungan di Gaza.

Kelompok hak asasi manusia itu juga menepis tuduhan tentara Israel bahwa mereka menargetkan orang-orang bersenjata selama serangannya terhadap sekolah-sekolah, dengan mengatakan, "Tidak ada bukti yang diberikan untuk membuktikan keabsahan klaim Israel."

Israel menewaskan lebih dari 990 petugas medis Palestina sejak 7 Oktober

Sementara itu, Menteri Kesehatan Palestina Majed Abu Ramadan mengatakan lebih dari 990 petugas medis dan pekerja kesehatan telah tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak rezim Tel Aviv memulai serangan udara dan daratnya di seluruh wilayah pesisir itu pada awal Oktober tahun lalu.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam, ia mengecam kematian lima karyawan Kementerian Kesehatan di Gaza setelah serangan udara Israel terhadap fasilitas penyimpanan kementerian di daerah Musbah di kota Rafah, Gaza selatan.

"Palestina telah kehilangan lebih dari 990 pekerja kesehatan sejak dimulainya agresi pendudukan di Jalur Gaza pada 7 Oktober, termasuk dokter, spesialis, perawat, profesional medis pendukung, administrator, dan paramedis," kata Abu Ramadan.

Ia menambahkan bahwa “pasukan pendudukan Israel menangkap lebih dari 300 karyawan, sementara banyak rumah sakit dihancurkan dan tidak beroperasi lagi.”

Abu Ramadan menyatakan bahwa serangan Israel telah menyebabkan “130 ambulans berhenti beroperasi, selain ratusan pelanggaran terhadap seluruh sistem kesehatan di Tepi Barat.”

“Penargetan yang disengaja tersebut merupakan tambahan dari serangkaian kejahatan dan kekerasan yang dilakukan oleh pendudukan terhadap petugas kesehatan di berbagai spesialisasi, serta pusat perawatan dan ambulans,” tambahnya.

Sejak Oktober, Israel telah menewaskan sedikitnya 41.270 orang di Gaza.

Pejabat senior kesehatan Palestina tersebut juga mengecam Israel yang terus menargetkan petugas kesehatan kemanusiaan, dengan mengatakan, “Pendudukan tersebut mengabaikan semua hukum internasional dan kemanusiaan.”

Ia menyerukan kepada masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan serta kesehatan dunia untuk “meningkatkan tekanan pada otoritas Israel agar segera menghentikan agresi, membuka perlintasan perbatasan untuk mengizinkan masuknya berbagai bentuk dukungan kesehatan, dan juga mengizinkan keluarnya ratusan pasien dan korban luka yang menderita kondisi kesehatan kritis.”

Sepanjang perang yang menghancurkan di Gaza, di mana lebih dari 41.000 warga Palestina telah terbunuh, Israel secara sistematis menyerang bangunan sipil, termasuk sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah, dengan mengklaim bahwa bangunan tersebut digunakan untuk tujuan militer.

Namun, rezim Zionis tidak pernah mampu membuktikan klaimnya yang tidak berdasar.

Berdasarkan aturan perang, menargetkan fasilitas sipil tersebut dapat merupakan kejahatan perang.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More