Kepala Keamanan Rusia Temui Kim Jong-un, Ada Apa Gerangan?
Sabtu, 14 September 2024 - 15:34 WIB
MOSKOW - Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergei Shoigu telah bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang dan membahas pendalaman kemitraan kedua negara, serta berjanji untuk lebih banyak bekerja sama.
“Sebagai bagian dari dialog strategis yang sedang berlangsung antara negara kita, pertukaran pandangan substantif dilakukan dengan rekan-rekan Korea tentang berbagai masalah dalam agenda bilateral dan internasional,” demikian laporan KCNA.
Mereka melakukan "pertukaran pandangan yang luas tentang situasi regional dan internasional", dan mencapai konsensus yang memuaskan tentang berbagai isu termasuk lebih banyak "kerja sama untuk mempertahankan kepentingan keselamatan bersama", kata kantor berita tersebut.
Kim meyakinkan mantan kepala pertahanan Rusia bahwa Pyongyang berkomitmen pada hubungannya dengan Moskow dan akan terus memperluas kerja sama dengan Kremlin sesuai dengan kemitraan strategis antara kedua negara.
Shoigu, yang memimpin delegasi Rusia, tiba di Pyongyang pada hari Jumat. Selama kunjungan sebelumnya pada bulan Juli, Shoigu telah mengisyaratkan dimulainya hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara.
Shoigu berdiri berdampingan dengan Kim saat melihat parade militer Korea Utara yang memamerkan rudal berkemampuan nuklir dan pesawat nirawak serang.
Keduanya juga mengunjungi pameran peralatan bersenjata pada peringatan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea.
Laporan media mengatakan Shoigu telah mengunjungi pabrik-pabrik yang mengerjakan dua desain pesawat nirawak baru, termasuk satu yang menyerupai pesawat nirawak serang ofensif utama yang digunakan oleh Angkatan Udara AS.
Amerika Serikat dan Ukraina mengklaim Korea Utara membantu Rusia melanjutkan operasi militer khususnya di Donbas dengan memasok amunisi sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer lainnya dari Moskow.
Moskow dan Pyongyang telah menolak klaim tersebut, sambil berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan puncak di Pyongyang pada bulan Juni, menandatangani perjanjian kemitraan baru yang mencakup klausul pertahanan bersama.
Rusia melihat dirinya dihadapkan dengan ancaman militer oleh negara-negara NATO yang dipimpin AS yang melancarkan apa yang disebutnya perang proksi melalui Ukraina.
Korea Utara juga melihat dirinya dihadapkan dengan ancaman serius yang ditimbulkan oleh apa yang digambarkan Kim sebagai "ekspansi sembrono" dari aliansi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di wilayah tersebut.
“Sebagai bagian dari dialog strategis yang sedang berlangsung antara negara kita, pertukaran pandangan substantif dilakukan dengan rekan-rekan Korea tentang berbagai masalah dalam agenda bilateral dan internasional,” demikian laporan KCNA.
Mereka melakukan "pertukaran pandangan yang luas tentang situasi regional dan internasional", dan mencapai konsensus yang memuaskan tentang berbagai isu termasuk lebih banyak "kerja sama untuk mempertahankan kepentingan keselamatan bersama", kata kantor berita tersebut.
Kim meyakinkan mantan kepala pertahanan Rusia bahwa Pyongyang berkomitmen pada hubungannya dengan Moskow dan akan terus memperluas kerja sama dengan Kremlin sesuai dengan kemitraan strategis antara kedua negara.
Shoigu, yang memimpin delegasi Rusia, tiba di Pyongyang pada hari Jumat. Selama kunjungan sebelumnya pada bulan Juli, Shoigu telah mengisyaratkan dimulainya hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara.
Shoigu berdiri berdampingan dengan Kim saat melihat parade militer Korea Utara yang memamerkan rudal berkemampuan nuklir dan pesawat nirawak serang.
Keduanya juga mengunjungi pameran peralatan bersenjata pada peringatan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea.
Laporan media mengatakan Shoigu telah mengunjungi pabrik-pabrik yang mengerjakan dua desain pesawat nirawak baru, termasuk satu yang menyerupai pesawat nirawak serang ofensif utama yang digunakan oleh Angkatan Udara AS.
Amerika Serikat dan Ukraina mengklaim Korea Utara membantu Rusia melanjutkan operasi militer khususnya di Donbas dengan memasok amunisi sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer lainnya dari Moskow.
Moskow dan Pyongyang telah menolak klaim tersebut, sambil berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan puncak di Pyongyang pada bulan Juni, menandatangani perjanjian kemitraan baru yang mencakup klausul pertahanan bersama.
Rusia melihat dirinya dihadapkan dengan ancaman militer oleh negara-negara NATO yang dipimpin AS yang melancarkan apa yang disebutnya perang proksi melalui Ukraina.
Korea Utara juga melihat dirinya dihadapkan dengan ancaman serius yang ditimbulkan oleh apa yang digambarkan Kim sebagai "ekspansi sembrono" dari aliansi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di wilayah tersebut.
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda