Israel Lumpuh Total, Mogok Kerja Nasional Tuntut Kesepakatan dengan Hamas
Senin, 02 September 2024 - 20:40 WIB
TEL AVIV - Bandara, sekolah, bank, dan rumah sakit di seluruh Israel tutup karena serikat pekerja terbesarnya menyerukan mogok kerja satu hari untuk memprotes kegagalan pemerintah mengamankan kesepakatan penyanderaan dengan Hamas.
Histadrut mengumumkan pemogokan nasional karena kemarahan publik meningkat menyusul penemuan jenazah enam warga Israel yang ditawan Hamas di Gaza selama akhir pekan.
Pada Minggu malam (1/9/2024), setelah setengah juta orang turun ke jalan di kota-kota besar di seluruh Israel menuntut Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengamankan kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para tawanan, kepala serikat pekerja, Arnon Bar-David, mengumumkan "mogok kerja total" mulai Senin (2/9/2024).
"Saya sampai pada kesimpulan bahwa hanya intervensi kita yang dapat mengguncang mereka yang perlu diguncang," tegas Bar-David.
Dia menekankan, "Kesepakatan tidak akan berjalan karena pertimbangan politik dan ini tidak dapat diterima."
Mogok kerja nasional tersebut awalnya dijadwalkan berakhir pada pukul 6 pagi pada hari Selasa, namun media Israel melaporkan Bar-David mengatakan kepada Pengadilan Perburuhan di Bat Yam bahwa penghentian tersebut akan berakhir pada pukul 6 sore pada hari Senin.
Bandara internasional Ben Gurion dilaporkan telah menangguhkan penerbangan selama dua jam sejak pukul 8 pagi pada hari Senin, dengan pengecualian untuk tujuh penerbangan ke tujuan di Amerika Serikat (AS), menurut berita Ynet.
Namun, penerbangan terjadwal tetap dibatalkan, dengan antrean meningkat setelah pukul 10 pagi, saat layanan diharapkan akan dilanjutkan, Times of Israel melaporkan.
Wali Kota Tel Aviv dan Givatayim mengatakan wilayah mereka akan mengamati pemogokan tersebut, dan lebih banyak lagi yang diharapkan akan bergabung dengan gerakan itu.
Sementara itu sekitar 1.000 pengunjuk rasa memblokir lalu lintas di satu jalan di Tel Aviv untuk menuntut pembebasan segera semua tawanan yang tersisa di Gaza.
Pemogokan tersebut didukung oleh kelompok kampanye Hostages and Missing Families Forum dan pemimpin oposisi Yair Lapid.
Kelompok tersebut mengecam "penundaan, sabotase, dan berbagai alasan" yang dilakukan pemerintah selama berbulan-bulan.
Mereka menambahkan, enam tawanan yang baru saja dibunuh itu "ingin tetap hidup" jika Netanyahu berhasil mendapatkan kesepakatan lebih awal.
Media Israel mengatakan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menulis surat kepada Jaksa Agung Gali Baharav-Miara pada hari Minggu untuk meminta putusan pengadilan terhadap mogok kerja tersebut, dengan mengatakan hal itu akan merugikan ekonomi dan tidak memiliki dasar hukum.
Ratusan orang Israel yang memprotes pemogokan tersebut dan mendesak agar perang dilanjutkan, berkumpul di depan kantor Netanyahu.
Menurut berita Ynet, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir berbicara kepada massa, meyakinkan mereka bahwa, "Kami menggunakan kekuasaan kami di pemerintahan untuk mencegah kesepakatan yang sembrono."
Kelompok tersebut untuk sementara memblokir pintu masuk kantor dan terdengar meneriakkan, "Menutup ekonomi adalah hadiah bagi Hamas."
Histadrut mengumumkan pemogokan nasional karena kemarahan publik meningkat menyusul penemuan jenazah enam warga Israel yang ditawan Hamas di Gaza selama akhir pekan.
Pada Minggu malam (1/9/2024), setelah setengah juta orang turun ke jalan di kota-kota besar di seluruh Israel menuntut Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengamankan kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para tawanan, kepala serikat pekerja, Arnon Bar-David, mengumumkan "mogok kerja total" mulai Senin (2/9/2024).
"Saya sampai pada kesimpulan bahwa hanya intervensi kita yang dapat mengguncang mereka yang perlu diguncang," tegas Bar-David.
Dia menekankan, "Kesepakatan tidak akan berjalan karena pertimbangan politik dan ini tidak dapat diterima."
Mogok kerja nasional tersebut awalnya dijadwalkan berakhir pada pukul 6 pagi pada hari Selasa, namun media Israel melaporkan Bar-David mengatakan kepada Pengadilan Perburuhan di Bat Yam bahwa penghentian tersebut akan berakhir pada pukul 6 sore pada hari Senin.
Bandara internasional Ben Gurion dilaporkan telah menangguhkan penerbangan selama dua jam sejak pukul 8 pagi pada hari Senin, dengan pengecualian untuk tujuh penerbangan ke tujuan di Amerika Serikat (AS), menurut berita Ynet.
Namun, penerbangan terjadwal tetap dibatalkan, dengan antrean meningkat setelah pukul 10 pagi, saat layanan diharapkan akan dilanjutkan, Times of Israel melaporkan.
Wali Kota Tel Aviv dan Givatayim mengatakan wilayah mereka akan mengamati pemogokan tersebut, dan lebih banyak lagi yang diharapkan akan bergabung dengan gerakan itu.
Sementara itu sekitar 1.000 pengunjuk rasa memblokir lalu lintas di satu jalan di Tel Aviv untuk menuntut pembebasan segera semua tawanan yang tersisa di Gaza.
Pemogokan tersebut didukung oleh kelompok kampanye Hostages and Missing Families Forum dan pemimpin oposisi Yair Lapid.
Kelompok tersebut mengecam "penundaan, sabotase, dan berbagai alasan" yang dilakukan pemerintah selama berbulan-bulan.
Mereka menambahkan, enam tawanan yang baru saja dibunuh itu "ingin tetap hidup" jika Netanyahu berhasil mendapatkan kesepakatan lebih awal.
Media Israel mengatakan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menulis surat kepada Jaksa Agung Gali Baharav-Miara pada hari Minggu untuk meminta putusan pengadilan terhadap mogok kerja tersebut, dengan mengatakan hal itu akan merugikan ekonomi dan tidak memiliki dasar hukum.
Ratusan orang Israel yang memprotes pemogokan tersebut dan mendesak agar perang dilanjutkan, berkumpul di depan kantor Netanyahu.
Menurut berita Ynet, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir berbicara kepada massa, meyakinkan mereka bahwa, "Kami menggunakan kekuasaan kami di pemerintahan untuk mencegah kesepakatan yang sembrono."
Kelompok tersebut untuk sementara memblokir pintu masuk kantor dan terdengar meneriakkan, "Menutup ekonomi adalah hadiah bagi Hamas."
(sya)
tulis komentar anda