Siapa Pavel Durov? CEO Telegram yang Jadi Musuh Bersama Negara-negara Barat

Minggu, 25 Agustus 2024 - 22:20 WIB
Pendiri Telegram ditangkap Prancis karena skandal tertentu. Foto/Gulf Business
LONDON - Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov ditangkap di Prancis pada Sabtu malam (24/8/2024). ,

Kedutaan Rusia di Prancis menuntut akses konsuler ke Durov dan hak-haknya dijamin, lapor kantor berita negara Rusia TASS. Kedutaan mengatakan Prancis sejauh ini "menghindari keterlibatan" dalam situasi dengan Durov.

Siapa Pavel Durov? CEO Telegram yang Jadi Musuh Bersama Negara-negara Barat

1. Pengusaha Muda yang Mendirikan Telegram

Pavel Durov, seorang pengusaha kelahiran Rusia berusia 39 tahun, adalah pendiri dan CEO miliarder aplikasi perpesanan Telegram. Forbes memperkirakan kekayaannya mencapai USD15,5 miliar.



2. Awalnya Mendirikan VKontakte, Facebook-nya Rusia

Perjalanan Durov ke dunia media sosial dimulai dengan VKontakte, yang sering dijuluki "Facebook Rusia," yang didirikannya bersama pada tahun 2006. VKontakte dengan cepat menjadi situs jejaring sosial terbesar di Rusia, tetapi juga membuat Durov berselisih dengan pemerintah Rusia.

Pada tahun 2014, di bawah tekanan untuk menutup komunitas oposisi di VKontakte, Durov menolak untuk mematuhi dan meninggalkan Rusia. Ia menjual sahamnya di VKontakte dan memulai pengasingannya sendiri.

3. Mendirikan Telegram yang Menjadi Kekuatan Geopolitik

Melansir Hindustan Times, pada tahun 2013, Durov meluncurkan Telegram, aplikasi pengiriman pesan yang menekankan privasi pengguna dengan fitur pengiriman pesan terenkripsi.

Sejak saat itu, Telegram telah menjadi pesaing tangguh bagi platform seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat. Saat ini, aplikasi tersebut memiliki ratusan juta pengguna di seluruh dunia, dengan tujuan untuk melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam tahun depan.

Telegram sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Soviet lainnya, di mana ia berfungsi sebagai sumber informasi penting, terutama dalam konteks perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Baik pejabat Rusia maupun Ukraina sangat bergantung pada platform tersebut, yang oleh beberapa analis disebut sebagai "medan perang virtual" untuk konflik tersebut.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More