Jenderal Legendaris Israel: Bunuh Para Pemimpin Iran, Rezimnya Akan Runtuh!
Kamis, 15 Agustus 2024 - 11:19 WIB
TEL AVIV - Seorang jenderal legendaris Zionis menyerukan militer Israel untuk menyerang Iran dan membunuh para pemimpinnya sehingga membuat rezim para mullah runtuh.
Brigadir Jenderal (Purn) Tsuri Sagi (90) membuat seruan tersebut meski kondisi fisiknya telah melemah. Dia dikenal sebagai jenderal legendaris yang melatih pasukan khusus Iran di bawah pemerintahan Shah dan membantu membangun militer Kurdi di Irak utara.
Dia terlibat perang pada pertengahan tahun 1950-an di bawah komando langsung Ariel Sharon dan Rafael Eitan dan selanjutnya dalam setiap perang besar Israel termasuk Perang Lebanon Pertama tahun 1982.
Seruannya kepada militer Israel untuk membunuh para pemimpin Iran disampaikan saat berbincang dengan sejarawan militer Uri Milstein.
"Saya membangun sistem pertahanan Iran di Provinsi Khuzestan [barat daya]," kata Sagi.
Berbicara tentang perang saat ini di perbatasan Israel, dia mengatakan bahwa Israel perlu berhenti takut pada Republik Islam Iran dan menyerangnya di tempat yang menyakitkan: Pulau Kharg, selatan Khuzestan. "Itu saja," ujarnya, seperti dikutip JNS, Kamis (15/8/2024).
Pulau Kharg adalah pulau kecil (12,3 mil persegi), terletak 16 mil di lepas pantai Iran di Teluk Persia. Terminal minyak pulau itu menyumbang lebih dari 90% ekspor minyak mentah Iran.
“Yang harus dilakukan Israel hanyalah mengirim beberapa pesawat nirawak ke pulau itu. Ini akan mengirimkan pesan yang jelas kepada Iran. Jika mereka tidak mengerti, tingkatkan situasi. Pertama dengan lembut, lalu dengan keras jika perlu. Mereka akan memerintahkan proksi mereka untuk berhenti menembaki kita. Kita bisa menahan mereka,” katanya.
Dia tidak percaya Iran menginginkan perang total dengan Israel.
Dia juga skeptis bahwa rezim para mullah berencana menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara Yahudi tersebut.
"Kami pikir kami tahu niat Hamas di selatan, dan lihat apa yang terjadi. Tidak seorang pun dapat membuat prediksi di rumah sakit jiwa ini," katanya, mengecam serangan Hamas 7 Oktober 2023.
Lebih jauh, lanjut Sagi, Iran dengan bom atom akan menyebabkan perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah dan konsekuensi bencana bagi keamanan Israel.
Dia mendesak Israel untuk menanggapi setiap ancaman dengan serius guna menghindari terulangnya peristiwa 7 Oktober.
Dia mengatakan orang Iran dia kenal baik. "Namun, para penguasa Iran religius dan sangat tidak populer. Israel perlu membunuh para pemimpin mereka dan rezim itu akan runtuh," serunya.
"Rakyat Iran telah mencintai kita sejak zaman Xerxes. Setiap kali protes antipemerintah meletus, Amerika hanya duduk di samping dan tidak melakukan apa pun. Mossad dan CIA harus mengorganisasi operasi bawah tanah untuk menyingkirkan para pemimpin Iran—dan rezim itu akan jatuh," paparnya.
Pada hari Minggu, juru bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Ali Mohammad Naeini mengatakan bahwa Israel akan menerima respons tegas atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli lalu.
Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf menegaskan bahwa membalas dendam atas kematian Haniyeh merupakan "tugas agama dan nasional."
Haniyeh terbunuh pada tanggal 31 Juli saat mengunjungi Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru negara tersebut, Masoud Pezeshkian.
Brigadir Jenderal (Purn) Tsuri Sagi (90) membuat seruan tersebut meski kondisi fisiknya telah melemah. Dia dikenal sebagai jenderal legendaris yang melatih pasukan khusus Iran di bawah pemerintahan Shah dan membantu membangun militer Kurdi di Irak utara.
Dia terlibat perang pada pertengahan tahun 1950-an di bawah komando langsung Ariel Sharon dan Rafael Eitan dan selanjutnya dalam setiap perang besar Israel termasuk Perang Lebanon Pertama tahun 1982.
Seruannya kepada militer Israel untuk membunuh para pemimpin Iran disampaikan saat berbincang dengan sejarawan militer Uri Milstein.
"Saya membangun sistem pertahanan Iran di Provinsi Khuzestan [barat daya]," kata Sagi.
Berbicara tentang perang saat ini di perbatasan Israel, dia mengatakan bahwa Israel perlu berhenti takut pada Republik Islam Iran dan menyerangnya di tempat yang menyakitkan: Pulau Kharg, selatan Khuzestan. "Itu saja," ujarnya, seperti dikutip JNS, Kamis (15/8/2024).
Pulau Kharg adalah pulau kecil (12,3 mil persegi), terletak 16 mil di lepas pantai Iran di Teluk Persia. Terminal minyak pulau itu menyumbang lebih dari 90% ekspor minyak mentah Iran.
“Yang harus dilakukan Israel hanyalah mengirim beberapa pesawat nirawak ke pulau itu. Ini akan mengirimkan pesan yang jelas kepada Iran. Jika mereka tidak mengerti, tingkatkan situasi. Pertama dengan lembut, lalu dengan keras jika perlu. Mereka akan memerintahkan proksi mereka untuk berhenti menembaki kita. Kita bisa menahan mereka,” katanya.
Dia tidak percaya Iran menginginkan perang total dengan Israel.
Dia juga skeptis bahwa rezim para mullah berencana menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara Yahudi tersebut.
"Kami pikir kami tahu niat Hamas di selatan, dan lihat apa yang terjadi. Tidak seorang pun dapat membuat prediksi di rumah sakit jiwa ini," katanya, mengecam serangan Hamas 7 Oktober 2023.
Lebih jauh, lanjut Sagi, Iran dengan bom atom akan menyebabkan perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah dan konsekuensi bencana bagi keamanan Israel.
Dia mendesak Israel untuk menanggapi setiap ancaman dengan serius guna menghindari terulangnya peristiwa 7 Oktober.
Dia mengatakan orang Iran dia kenal baik. "Namun, para penguasa Iran religius dan sangat tidak populer. Israel perlu membunuh para pemimpin mereka dan rezim itu akan runtuh," serunya.
"Rakyat Iran telah mencintai kita sejak zaman Xerxes. Setiap kali protes antipemerintah meletus, Amerika hanya duduk di samping dan tidak melakukan apa pun. Mossad dan CIA harus mengorganisasi operasi bawah tanah untuk menyingkirkan para pemimpin Iran—dan rezim itu akan jatuh," paparnya.
Pada hari Minggu, juru bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Ali Mohammad Naeini mengatakan bahwa Israel akan menerima respons tegas atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli lalu.
Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf menegaskan bahwa membalas dendam atas kematian Haniyeh merupakan "tugas agama dan nasional."
Haniyeh terbunuh pada tanggal 31 Juli saat mengunjungi Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru negara tersebut, Masoud Pezeshkian.
(mas)
tulis komentar anda