Iran Mungkin Pikir Ulang untuk Serangan Balas Dendam Terhadap Israel
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 07:47 WIB
TEL AVIV - Iran mungkin mempertimbangkan kembali rencananya untuk melakukan serangan multi-cabang terhadap Israel sebagai balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Analisa itu disampaikan para pejabat senior Amerika Serikat (AS), yang dikutip Politico, Jumat (9/8/2024).
Haniyeh dibunuh di Teheran pada Rabu (31/7/2024) dini hari, beberapa jam setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Setelah insiden itu, Iran berjanji untuk memberikan "hukuman keras" kepada Israel, yang tidak membantah atau pun mengakui peran apa pun dalam pembunuhan itu.
Washington memperkirakan serangan rudal dan pesawat tak berawak skala besar terhadap negara Yahudi itu akan segera terjadi, tetapi serangan semacam itu sejauh ini belum terwujud.
Laporan Politico menyebutkan bahwa alasan Iran tak kunjung serang Israel adalah upaya diplomatik oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden—yang telah terlibat dalam diplomasi yang intens dalam beberapa hari terakhir untuk memastikan bahwa sekutu Amerika di Timur Tengah melobi Teheran untuk mempertimbangkan kembali rencananya menyerang Israel.
Menurut dua pejabat senior AS Washington memperingatkan Teheran melalui perantara: "Serangan besar-besaran hanya akan mengobarkan ketegangan dan berisiko menimbulkan konfrontasi langsung antara kedua negara."
Pihak berwenang Iran awalnya menolak argumen AS bahwa pembunuhan Haniyeh tidak memerlukan respons skala besar karena disebabkan oleh bom yang ditanam dalam operasi rahasia, dan bukan bagian dari serangan yang lebih besar terhadap Iran, kata sumber-sumber AS tersebut.
Namun, lanjut mereka, sekarang Teheran semakin setuju dengan interpretasi peristiwa tersebut.
Argumen lain yang digunakan oleh Washington adalah fakta bahwa tidak ada warga negara Iran yang tewas dalam serangan terhadap Haniyeh, imbuh para pejabat AS.
"Teheran tampaknya telah melakukan kalibrasi ulang dan AS tidak memperkirakan serangan terhadap Israel dalam waktu dekat," kata kedua sumber tersebut.
Namun, mereka menambahkan bahwa respons Iran terhadap pembunuhan Haniyeh masih bisa terjadi.
The Washington Post melaporkan pada hari Selasa bahwa Israel baru memberi tahu AS tentang pembunuhan Haniyeh setelah kejadian, yang menyebabkan "kejutan dan kemarahan" di Gedung Putih.
Berbicara pada pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, pada hari Rabu, Pejabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani menyebut: "Pembunuhan Haniyeh hanya satu contoh kejahatan teroris rezim Israel di kawasan tersebut dan sekitarnya."
"Dengan AS mencegah Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan yang tepat terhadap agresi rezim Israel, Iran tidak punya pilihan selain menggunakan hak bawaannya untuk melegitimasi pertahanan," katanya.
Analisa itu disampaikan para pejabat senior Amerika Serikat (AS), yang dikutip Politico, Jumat (9/8/2024).
Haniyeh dibunuh di Teheran pada Rabu (31/7/2024) dini hari, beberapa jam setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Setelah insiden itu, Iran berjanji untuk memberikan "hukuman keras" kepada Israel, yang tidak membantah atau pun mengakui peran apa pun dalam pembunuhan itu.
Washington memperkirakan serangan rudal dan pesawat tak berawak skala besar terhadap negara Yahudi itu akan segera terjadi, tetapi serangan semacam itu sejauh ini belum terwujud.
Laporan Politico menyebutkan bahwa alasan Iran tak kunjung serang Israel adalah upaya diplomatik oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden—yang telah terlibat dalam diplomasi yang intens dalam beberapa hari terakhir untuk memastikan bahwa sekutu Amerika di Timur Tengah melobi Teheran untuk mempertimbangkan kembali rencananya menyerang Israel.
Menurut dua pejabat senior AS Washington memperingatkan Teheran melalui perantara: "Serangan besar-besaran hanya akan mengobarkan ketegangan dan berisiko menimbulkan konfrontasi langsung antara kedua negara."
Pihak berwenang Iran awalnya menolak argumen AS bahwa pembunuhan Haniyeh tidak memerlukan respons skala besar karena disebabkan oleh bom yang ditanam dalam operasi rahasia, dan bukan bagian dari serangan yang lebih besar terhadap Iran, kata sumber-sumber AS tersebut.
Namun, lanjut mereka, sekarang Teheran semakin setuju dengan interpretasi peristiwa tersebut.
Argumen lain yang digunakan oleh Washington adalah fakta bahwa tidak ada warga negara Iran yang tewas dalam serangan terhadap Haniyeh, imbuh para pejabat AS.
Baca Juga
"Teheran tampaknya telah melakukan kalibrasi ulang dan AS tidak memperkirakan serangan terhadap Israel dalam waktu dekat," kata kedua sumber tersebut.
Namun, mereka menambahkan bahwa respons Iran terhadap pembunuhan Haniyeh masih bisa terjadi.
The Washington Post melaporkan pada hari Selasa bahwa Israel baru memberi tahu AS tentang pembunuhan Haniyeh setelah kejadian, yang menyebabkan "kejutan dan kemarahan" di Gedung Putih.
Berbicara pada pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, pada hari Rabu, Pejabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani menyebut: "Pembunuhan Haniyeh hanya satu contoh kejahatan teroris rezim Israel di kawasan tersebut dan sekitarnya."
"Dengan AS mencegah Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan yang tepat terhadap agresi rezim Israel, Iran tidak punya pilihan selain menggunakan hak bawaannya untuk melegitimasi pertahanan," katanya.
(mas)
tulis komentar anda