Profil Pimpinan Hamas dan Fatah, Ismail Haniyeh dan Mahmoud Abbas
Kamis, 25 Juli 2024 - 14:35 WIB
GAZA - Hamas dan Fatah merupakan dua organisasi politik militer di Palestina yang memperjuangkan kemerdekaan negara tersebut dengan berbagai cara. Meski sama-sama memperjuangkan Palestina, kedua organisasi ini sempat terpecah di tahun 2006 ketika Hamas memenangkan Pemilu 2006.
Untuk saat ini Hamas menjadi satu-satunya penguasa di Gaza sejak tahun 2007 silam. Menurut BBC, organisasi ini memiliki sayap bersenjata dan diperkirakan memiliki sekitar 30.000 pejuang.
Hingga saat ini Hamas telah ditandai sebagai organisasi yang berkomitmen untuk menolak keberadaan Israel di Tanah Suci. Tak heran jika kelompok ini seringkali melancarkan berbagai serangan ke Negeri Yahudi.
Sementara Fatah adalah Partai Politik yang terlahir dari fraksi terbesar dalam PLO. Berbeda dengan Hamas yang lebih berfokus pada militer, Fatah muncul sebagai kekuatan yang dominan dalam dunia politik di Palestina.
Keduanya baru-baru ini telah menandatangani deklarasi pembentukan "pemerintahan rekonsiliasi nasional" sementara untuk Tepi Barat dan Gaza dalam sebuah pertemuan yang dimediasi oleh China.
Ini adalah kesepakatan rekonsiliasi terbaru yang disepakati Hamas dan Fatah dalam hubungan mereka yang telah lama renggang sejak tahun 2006.
Foto/EPA
Ismail Abdel Salam Ahmed Haniyeh adalah pemimpin Hamas yang masih aktif untuk saat ini. Dialah sosok yang bertanggung jawab dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 lalu, membuatnya jadi sosok yang paling diburu oleh IDF.
Karena menjadi sosok yang diburu, pertemuan untuk membahas deklarasi pembentukan "pemerintahan rekonsiliasi nasional" akhirnya diserahkan pada perwakilan Hamas, Mussa Abu Marzuk.
Ismail Haniyeh lahir pada 29 Januari 1962 di kamp pengungsi Al-Shati di Jalur Gaza. Dia merupakan lulusan dari jurusan Sastra Arab di Universitas Islam Gaza.
Ismail pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina periode 2006-2014. Pada saat itu dirinya pernah mendapat ancaman pembunuhan dari Wakil Perdana Menteri Israel.
Bergabungnya Ismail ke Gaza dimulai pada tahun 2014 ketika ditunjuk menjadi Ketua Hamas di Jalur Gaza. Barulah pada tahun 2017, dirinya diangkat menjadi pemimpin organisasi tersebut menggantikan ketua sebelumnya, Khaled Meshaal.
Foto/EPA
Mahmoud Abbas atau nom de guerre Abu Mazen lahir pada 26 Maret 1935 di Safed, Palestina. Dia tercatat pernah menimba ilmu di jurusan hukum Universitas Damaskus.
Abbas lalu menjalani pendidikan pascasarjana di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa, di mana ia mendapatkan gelar Candidate of Sciences, atau setara dengan gelar PhD.
Setelah lulus, ia memulai karier sebagai pegawai Departemen Pendidikan di Qatar pada awal tahun 1960-an. Dirinya juga sempat menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di 1983.
Abbas juga pernah dipercaya menjadi Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat di tahun 2004, dan terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Pada saat itu juga dirinya menunjuk Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri.
Setahun setelahnya, hubungan antara Hamas dan Fatah mulai renggang. Ini disebabkan oleh pemikiran Mahmoud Abbas yang beranggapan jika perlu untuk mengakui negara Israel demi tercipta perdamaian.
Pemikiran tersebut langsung ditentang oleh Hamas yang sangat menolak keberadaan Israel. Setelah lama bersitegang, kini kedua organisasi itu mulai menunjukkan kebersamaannya.
Untuk saat ini Hamas menjadi satu-satunya penguasa di Gaza sejak tahun 2007 silam. Menurut BBC, organisasi ini memiliki sayap bersenjata dan diperkirakan memiliki sekitar 30.000 pejuang.
Hingga saat ini Hamas telah ditandai sebagai organisasi yang berkomitmen untuk menolak keberadaan Israel di Tanah Suci. Tak heran jika kelompok ini seringkali melancarkan berbagai serangan ke Negeri Yahudi.
Sementara Fatah adalah Partai Politik yang terlahir dari fraksi terbesar dalam PLO. Berbeda dengan Hamas yang lebih berfokus pada militer, Fatah muncul sebagai kekuatan yang dominan dalam dunia politik di Palestina.
Keduanya baru-baru ini telah menandatangani deklarasi pembentukan "pemerintahan rekonsiliasi nasional" sementara untuk Tepi Barat dan Gaza dalam sebuah pertemuan yang dimediasi oleh China.
Ini adalah kesepakatan rekonsiliasi terbaru yang disepakati Hamas dan Fatah dalam hubungan mereka yang telah lama renggang sejak tahun 2006.
Profil Pimpinan Hamas dan Fatah
1. Ismail Haniyeh - Pemimpin Hamas
Foto/EPA
Ismail Abdel Salam Ahmed Haniyeh adalah pemimpin Hamas yang masih aktif untuk saat ini. Dialah sosok yang bertanggung jawab dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 lalu, membuatnya jadi sosok yang paling diburu oleh IDF.
Karena menjadi sosok yang diburu, pertemuan untuk membahas deklarasi pembentukan "pemerintahan rekonsiliasi nasional" akhirnya diserahkan pada perwakilan Hamas, Mussa Abu Marzuk.
Ismail Haniyeh lahir pada 29 Januari 1962 di kamp pengungsi Al-Shati di Jalur Gaza. Dia merupakan lulusan dari jurusan Sastra Arab di Universitas Islam Gaza.
Ismail pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina periode 2006-2014. Pada saat itu dirinya pernah mendapat ancaman pembunuhan dari Wakil Perdana Menteri Israel.
Bergabungnya Ismail ke Gaza dimulai pada tahun 2014 ketika ditunjuk menjadi Ketua Hamas di Jalur Gaza. Barulah pada tahun 2017, dirinya diangkat menjadi pemimpin organisasi tersebut menggantikan ketua sebelumnya, Khaled Meshaal.
Baca Juga
2. Mahmoud Abbas - Pemimpin Fatah
Foto/EPA
Mahmoud Abbas atau nom de guerre Abu Mazen lahir pada 26 Maret 1935 di Safed, Palestina. Dia tercatat pernah menimba ilmu di jurusan hukum Universitas Damaskus.
Abbas lalu menjalani pendidikan pascasarjana di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa, di mana ia mendapatkan gelar Candidate of Sciences, atau setara dengan gelar PhD.
Setelah lulus, ia memulai karier sebagai pegawai Departemen Pendidikan di Qatar pada awal tahun 1960-an. Dirinya juga sempat menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di 1983.
Abbas juga pernah dipercaya menjadi Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat di tahun 2004, dan terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Pada saat itu juga dirinya menunjuk Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri.
Setahun setelahnya, hubungan antara Hamas dan Fatah mulai renggang. Ini disebabkan oleh pemikiran Mahmoud Abbas yang beranggapan jika perlu untuk mengakui negara Israel demi tercipta perdamaian.
Pemikiran tersebut langsung ditentang oleh Hamas yang sangat menolak keberadaan Israel. Setelah lama bersitegang, kini kedua organisasi itu mulai menunjukkan kebersamaannya.
(ahm)
tulis komentar anda