PM Hongaria Orban Bertemu Trump Bahas Misi Perdamaian Ukraina
Jum'at, 12 Juli 2024 - 21:30 WIB
WASHINGTON - Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban bertemu dengan calon presiden terdepan dari Partai Republik Donald Trump sebagai bagian dari upaya menyelesaikan konflik Ukraina.
Pemimpin Hongaria, yang telah berulang kali mengkritik pendekatan Barat terhadap permusuhan dan menyerukan gencatan senjata segera, melakukan perjalanan ke Rusia, Ukraina, dan China pekan lalu untuk membahas prospek penyelesaian damai.
Dia kemudian menghadiri pertemuan puncak tahunan NATO di Washington, tetapi tidak mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Menulis di X pada hari Kamis (11/7/2024), Orban mengatakan dia mengunjungi kediaman Trump di Mar-a-Lago di Florida sebagai bagian dari apa yang disebutnya "misi perdamaian 5.0."
"Kami membahas cara-cara untuk menciptakan perdamaian. Kabar baik hari ini: dia akan menyelesaikannya!" ungkap Perdana Menteri Hongaria mencatat, mengunggah foto dirinya berdiri di samping Trump, dengan keduanya tersenyum.
Calon presiden terdepan dari Partai Republik itu menanggapi Orban, menulis di jaringan Truth Social, "Terima kasih Viktor. Harus ada PERDAMAIAN, dan segera. Terlalu banyak orang yang tewas dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai!”
Orban sebelumnya memuji Trump sebagai “orang yang cinta damai,” yang di bawah pengawasannya AS “tidak memulai satu perang pun.”
Trump telah berulang kali berjanji mengakhiri konflik Ukraina dalam waktu 24 jam jika terpilih.
Sementara rincian rencana ini masih samar-samar, pekan lalu Politico melaporkan, mengutip sumber, bahwa Trump dapat mencapai kesepakatan di mana “NATO berkomitmen untuk tidak melakukan ekspansi lebih lanjut ke arah timur,” khususnya ke Ukraina dan Georgia sambil mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin “mengenai seberapa banyak wilayah Ukraina yang dapat dikuasai Moskow.”
Selama kunjungannya ke Kiev, pemimpin Hongaria itu meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyetujui gencatan senjata dengan Rusia, usulan yang ditolak oleh Rusia.
Zelensky juga menyatakan Orban tidak memiliki pengaruh yang diperlukan untuk menegosiasikan akhir konflik, dengan mencatat hanya AS, Uni Eropa (UE), atau China yang dapat mengisi peran itu.
Orban juga melakukan perjalanan ke Rusia dan bertemu dengan Putin dalam upaya menemukan, seperti yang dikatakannya, “jalan keluar terpendek” dari konflik Ukraina.
Banyak laporan media yang menyatakan perjalanan ini membuat marah banyak pejabat Barat.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Ukraina benar-benar merasa khawatir dengan upaya menegosiasikan perdamaian tanpa partisipasinya.
"Apa pun petualangan yang dilakukan tanpa persetujuan atau dukungan Ukraina bukanlah sesuatu yang konsisten dengan kebijakan kami, kebijakan luar negeri Amerika Serikat," tegas dia.
Pemimpin Hongaria, yang telah berulang kali mengkritik pendekatan Barat terhadap permusuhan dan menyerukan gencatan senjata segera, melakukan perjalanan ke Rusia, Ukraina, dan China pekan lalu untuk membahas prospek penyelesaian damai.
Dia kemudian menghadiri pertemuan puncak tahunan NATO di Washington, tetapi tidak mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Menulis di X pada hari Kamis (11/7/2024), Orban mengatakan dia mengunjungi kediaman Trump di Mar-a-Lago di Florida sebagai bagian dari apa yang disebutnya "misi perdamaian 5.0."
"Kami membahas cara-cara untuk menciptakan perdamaian. Kabar baik hari ini: dia akan menyelesaikannya!" ungkap Perdana Menteri Hongaria mencatat, mengunggah foto dirinya berdiri di samping Trump, dengan keduanya tersenyum.
Calon presiden terdepan dari Partai Republik itu menanggapi Orban, menulis di jaringan Truth Social, "Terima kasih Viktor. Harus ada PERDAMAIAN, dan segera. Terlalu banyak orang yang tewas dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai!”
Orban sebelumnya memuji Trump sebagai “orang yang cinta damai,” yang di bawah pengawasannya AS “tidak memulai satu perang pun.”
Trump telah berulang kali berjanji mengakhiri konflik Ukraina dalam waktu 24 jam jika terpilih.
Sementara rincian rencana ini masih samar-samar, pekan lalu Politico melaporkan, mengutip sumber, bahwa Trump dapat mencapai kesepakatan di mana “NATO berkomitmen untuk tidak melakukan ekspansi lebih lanjut ke arah timur,” khususnya ke Ukraina dan Georgia sambil mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin “mengenai seberapa banyak wilayah Ukraina yang dapat dikuasai Moskow.”
Selama kunjungannya ke Kiev, pemimpin Hongaria itu meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyetujui gencatan senjata dengan Rusia, usulan yang ditolak oleh Rusia.
Zelensky juga menyatakan Orban tidak memiliki pengaruh yang diperlukan untuk menegosiasikan akhir konflik, dengan mencatat hanya AS, Uni Eropa (UE), atau China yang dapat mengisi peran itu.
Orban juga melakukan perjalanan ke Rusia dan bertemu dengan Putin dalam upaya menemukan, seperti yang dikatakannya, “jalan keluar terpendek” dari konflik Ukraina.
Banyak laporan media yang menyatakan perjalanan ini membuat marah banyak pejabat Barat.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Ukraina benar-benar merasa khawatir dengan upaya menegosiasikan perdamaian tanpa partisipasinya.
"Apa pun petualangan yang dilakukan tanpa persetujuan atau dukungan Ukraina bukanlah sesuatu yang konsisten dengan kebijakan kami, kebijakan luar negeri Amerika Serikat," tegas dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda