Perang Israel-Hamas Sudah Membunuh 122 Jurnalis, Terbanyak Wartawan Palestina
Selasa, 09 Juli 2024 - 11:03 WIB
GAZA - Perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah membunuh 122 jurnalis. Dari jumlah itu, sebanyak 117 di antaranya merupakan jurnalis Palestina.
Menurut penghitungan Al Jazeera, yang dirilis Selasa (9/7/2024), rincian para jurnalis yang tewas dalam perang tersebut adalah; 117 jurnalis Palestina, 3 jurnalis Lebanon (Farah Omar, Rabih al-Maamari, Issam Abdallah) dan 2 jurnalis Israel (Roee Idan, Yaniv Zohar).
Kelompok Reporters Without Borders (RSF) telah mengulangi seruannya kepada komunitas internasional untuk melindungi jurnalisme Palestina dan meningkatkan tekanan pada Israel agar mengakhiri pembantaian di Gaza.
Gaza masih belum bisa diakses dan menjadi sasaran pengeboman terus-menerus, namun hanya sedikit jurnalis yang diizinkan meninggalkan wilayah kantong Palestina tersebut.
Foto/Al Jazeera
Perlindungan adalah respons tegas dari jurnalis Gaza ketika ditanya oleh RSF apa yang paling mereka butuhkan di Gaza saat ini.
Mereka terus-menerus hidup dalam teror sejak 7 Oktober, termasuk kematian orang-orang tercinta dan kolega mereka.
Menurut penghitungan RSF, sejauh ini sudah ratusan jurnalis telah tewas akibat serangan udara, roket, dan tembakan Israel, termasuk setidaknya 22 orang dalam tugas mereka.
Meskipun ada seruan berulang kali dari LSM, termasuk RSF, agar perbatasan Rafah dibuka, hanya jurnalis yang tergabung dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dapat memasuki Gaza dan mereka dibatasi untuk meliput wilayah yang diizinkan Israel.
Sementara itu, Israel hanya mengizinkan segelintir jurnalis Gaza untuk dievakuasi.
Ketika pertempuran berjalan enam bulan pada Maret lalu, RSF menyerukan agar perang Israel-Hamas diakhiri.
”Perang enam bulan adalah enam bulan yang terlalu lama yang menyebabkan lebih dari 100 jurnalis terbunuh di Gaza. Pembantaian ini harus dihentikan. Wartawan di Gaza harus dilindungi, mereka yang berkeinginan untuk dievakuasi, dan gerbang Gaza harus dibuka untuk media internasional,” kata Kepala RSF Desk Timur Tengah Jonathan Dagher saat itu.
“Beberapa wartawan yang berhasil meninggalkan tempat tersebut menjadi saksi kenyataan mengerikan yang sama, yaitu para jurnalis diserang, dilukai, dan dibunuh. Pasukan Pertahanan Israel membungkam mereka yang terdorong oleh kewajiban untuk melaporkan fakta,” lanjut dia.
“RSF menyerukan kepada komunitas internasional, para pemimpinnya dan pemerintahnya, untuk melakukan segala upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Israel agar mengakhiri bencana ini. Jurnalisme Palestina harus dilindungi sebagai hal yang mendesak.”
Menurut penghitungan Al Jazeera, yang dirilis Selasa (9/7/2024), rincian para jurnalis yang tewas dalam perang tersebut adalah; 117 jurnalis Palestina, 3 jurnalis Lebanon (Farah Omar, Rabih al-Maamari, Issam Abdallah) dan 2 jurnalis Israel (Roee Idan, Yaniv Zohar).
Kelompok Reporters Without Borders (RSF) telah mengulangi seruannya kepada komunitas internasional untuk melindungi jurnalisme Palestina dan meningkatkan tekanan pada Israel agar mengakhiri pembantaian di Gaza.
Gaza masih belum bisa diakses dan menjadi sasaran pengeboman terus-menerus, namun hanya sedikit jurnalis yang diizinkan meninggalkan wilayah kantong Palestina tersebut.
Foto/Al Jazeera
Perlindungan adalah respons tegas dari jurnalis Gaza ketika ditanya oleh RSF apa yang paling mereka butuhkan di Gaza saat ini.
Mereka terus-menerus hidup dalam teror sejak 7 Oktober, termasuk kematian orang-orang tercinta dan kolega mereka.
Menurut penghitungan RSF, sejauh ini sudah ratusan jurnalis telah tewas akibat serangan udara, roket, dan tembakan Israel, termasuk setidaknya 22 orang dalam tugas mereka.
Meskipun ada seruan berulang kali dari LSM, termasuk RSF, agar perbatasan Rafah dibuka, hanya jurnalis yang tergabung dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dapat memasuki Gaza dan mereka dibatasi untuk meliput wilayah yang diizinkan Israel.
Sementara itu, Israel hanya mengizinkan segelintir jurnalis Gaza untuk dievakuasi.
Ketika pertempuran berjalan enam bulan pada Maret lalu, RSF menyerukan agar perang Israel-Hamas diakhiri.
”Perang enam bulan adalah enam bulan yang terlalu lama yang menyebabkan lebih dari 100 jurnalis terbunuh di Gaza. Pembantaian ini harus dihentikan. Wartawan di Gaza harus dilindungi, mereka yang berkeinginan untuk dievakuasi, dan gerbang Gaza harus dibuka untuk media internasional,” kata Kepala RSF Desk Timur Tengah Jonathan Dagher saat itu.
“Beberapa wartawan yang berhasil meninggalkan tempat tersebut menjadi saksi kenyataan mengerikan yang sama, yaitu para jurnalis diserang, dilukai, dan dibunuh. Pasukan Pertahanan Israel membungkam mereka yang terdorong oleh kewajiban untuk melaporkan fakta,” lanjut dia.
“RSF menyerukan kepada komunitas internasional, para pemimpinnya dan pemerintahnya, untuk melakukan segala upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Israel agar mengakhiri bencana ini. Jurnalisme Palestina harus dilindungi sebagai hal yang mendesak.”
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda