Tidak Ada Masalah Teknologi, Rusia Siap Tandingi AS dalam Perlombaan Rudal Jarak Menengah
Sabtu, 06 Juli 2024 - 08:45 WIB
MOSKOW - Rusia berhak merancang dan memproduksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah sebagai tanggapan atas penarikan diri Amerika Serikat (AS) dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah dan pengembangan senjata semacam itu.
Penegasan itu diungkap Presiden Rusia Vladimir Putin pada konferensi pers yang diadakan setelah pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai pekan ini.
“Upaya Amerika Serikat untuk mengembangkan dan menyebarkan sistem rudal yang sebelumnya dilarang berdasarkan Perjanjian INF pada dasarnya membuat Rusia tidak punya pilihan selain menanggapinya dengan cara yang sama,” ungkap Dmitry Stefanovich, peneliti di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional yang berbasis di Moskow dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
“Rusia dipaksa terlibat dalam masalah ini,” papar Stefanovich, seraya mencatat perlombaan rudal jarak pendek dan menengah yang sesungguhnya kini tengah berlangsung di dunia, dan Rusia serta Amerika Serikat bukanlah satu-satunya peserta.
“Kami telah mengamati tindakan AS selama ini. Mungkin karena menahan diri atau mungkin ada, katakanlah, hal-hal yang lebih penting pada saat itu,” ungkap dia, seraya menambahkan, “Demonstrasi dan penyebaran sistem rudal Rusia yang baru mungkin akan segera menyusul.”
Menurut Stefanovich, sistem rudal darat Rusia yang baru mungkin mencakup versi rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan dari darat dan rudal jelajah hipersonik Zircon, serta (mungkin) rudal balistik Iskander baru dengan jangkauan yang lebih jauh.
Dia juga mengingat Rusia telah mengerjakan Rubezh, “rudal balistik antarbenua ringan” yang mungkin dapat diubah menjadi rudal jarak pendek atau menengah.
“Tidak ada masalah teknologi di sini,” tegas Stefanovich.
Tidak seperti sistem rudal berbasis udara dan laut, peluncur rudal berbasis darat lebih murah untuk dirawat dan disebarkan serta lebih sulit dideteksi karena dipindahkan di sekitar wilayah Rusia yang luas.
Mengenai wilayah tempat sistem rudal tersebut dapat dikerahkan, Stefanovich menyarankan wilayah tersebut dapat berupa Timur Jauh yang lebih dekat dengan tempat sistem rudal AS serupa muncul baru-baru ini, atau Distrik Militer Leningrad yang dibentuk sebagai respons terhadap pelanggaran NATO terhadap perbatasan barat Rusia.
Penegasan itu diungkap Presiden Rusia Vladimir Putin pada konferensi pers yang diadakan setelah pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai pekan ini.
“Upaya Amerika Serikat untuk mengembangkan dan menyebarkan sistem rudal yang sebelumnya dilarang berdasarkan Perjanjian INF pada dasarnya membuat Rusia tidak punya pilihan selain menanggapinya dengan cara yang sama,” ungkap Dmitry Stefanovich, peneliti di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional yang berbasis di Moskow dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
“Rusia dipaksa terlibat dalam masalah ini,” papar Stefanovich, seraya mencatat perlombaan rudal jarak pendek dan menengah yang sesungguhnya kini tengah berlangsung di dunia, dan Rusia serta Amerika Serikat bukanlah satu-satunya peserta.
“Kami telah mengamati tindakan AS selama ini. Mungkin karena menahan diri atau mungkin ada, katakanlah, hal-hal yang lebih penting pada saat itu,” ungkap dia, seraya menambahkan, “Demonstrasi dan penyebaran sistem rudal Rusia yang baru mungkin akan segera menyusul.”
Menurut Stefanovich, sistem rudal darat Rusia yang baru mungkin mencakup versi rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan dari darat dan rudal jelajah hipersonik Zircon, serta (mungkin) rudal balistik Iskander baru dengan jangkauan yang lebih jauh.
Dia juga mengingat Rusia telah mengerjakan Rubezh, “rudal balistik antarbenua ringan” yang mungkin dapat diubah menjadi rudal jarak pendek atau menengah.
“Tidak ada masalah teknologi di sini,” tegas Stefanovich.
Tidak seperti sistem rudal berbasis udara dan laut, peluncur rudal berbasis darat lebih murah untuk dirawat dan disebarkan serta lebih sulit dideteksi karena dipindahkan di sekitar wilayah Rusia yang luas.
Mengenai wilayah tempat sistem rudal tersebut dapat dikerahkan, Stefanovich menyarankan wilayah tersebut dapat berupa Timur Jauh yang lebih dekat dengan tempat sistem rudal AS serupa muncul baru-baru ini, atau Distrik Militer Leningrad yang dibentuk sebagai respons terhadap pelanggaran NATO terhadap perbatasan barat Rusia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda