Kenyataan Pahit, Rakyat Palestina Merasa Dunia Tinggalkan Gaza
Jum'at, 28 Juni 2024 - 17:01 WIB
GAZA - Kenyataan pahit bagi rakyat Palestina di Gaza adalah mereka merasa sendirian, terkepung, dikepung, dan ditinggalkan, bahkan oleh mereka yang seharusnya menjadi saudara.
Pembantaian biadab oleh Israel selama hampir sembilan bulan telah merenggut nyawa lebih dari 37.000 warga Palestina, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Para korban tewas termasuk dokter dan perawat yang bertugas di rumah sakit, mahasiswa, dan orang-orang yang melakukan pekerjaan rumah tangga.
Seluruh keluarga telah dibantai di siang bolong, di tengah penghancuran sistematis Israel terhadap ribuan rumah di Gaza. Lebih dari 11.000 orang lainnya hilang, diyakini telah meninggal dan terkubur di bawah reruntuhan.
Namun, Amerika Serikat (AS) masih menyalahkan warga Palestina, sambil mengkritik pengadilan internasional (ICJ dan ICC) karena mencoba meminta pertanggungjawaban Israel atas genosida yang sedang berlangsung.
Warga Palestina telah ditinggalkan sendirian untuk membela diri terhadap serangan negara penjajah yang didukung oleh militer terkuat di dunia.
AS telah memasok Israel dengan persenjataan bernilai miliaran dolar, termasuk bom dan jet tempur, untuk memperpanjang genosida di Gaza.
Sementara itu, tragedi kemanusiaan di Gaza telah mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Beberapa rumah sakit yang tersisa berjuang untuk mengatasi masuknya warga sipil yang terluka.
“Rezim negara-negara Arab tidak melakukan apa pun selain mengeluarkan pernyataan kutukan yang malu-malu, sambil menjadi penengah antara penindas dan yang tertindas,” ungkap Dr Haidar Eid, Associate Professor di Departemen Sastra Inggris, Universitas Al-Aqsa, Jalur Gaza, Palestina.
Pembantaian biadab oleh Israel selama hampir sembilan bulan telah merenggut nyawa lebih dari 37.000 warga Palestina, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Para korban tewas termasuk dokter dan perawat yang bertugas di rumah sakit, mahasiswa, dan orang-orang yang melakukan pekerjaan rumah tangga.
Seluruh keluarga telah dibantai di siang bolong, di tengah penghancuran sistematis Israel terhadap ribuan rumah di Gaza. Lebih dari 11.000 orang lainnya hilang, diyakini telah meninggal dan terkubur di bawah reruntuhan.
Namun, Amerika Serikat (AS) masih menyalahkan warga Palestina, sambil mengkritik pengadilan internasional (ICJ dan ICC) karena mencoba meminta pertanggungjawaban Israel atas genosida yang sedang berlangsung.
Warga Palestina telah ditinggalkan sendirian untuk membela diri terhadap serangan negara penjajah yang didukung oleh militer terkuat di dunia.
AS telah memasok Israel dengan persenjataan bernilai miliaran dolar, termasuk bom dan jet tempur, untuk memperpanjang genosida di Gaza.
Sementara itu, tragedi kemanusiaan di Gaza telah mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Beberapa rumah sakit yang tersisa berjuang untuk mengatasi masuknya warga sipil yang terluka.
“Rezim negara-negara Arab tidak melakukan apa pun selain mengeluarkan pernyataan kutukan yang malu-malu, sambil menjadi penengah antara penindas dan yang tertindas,” ungkap Dr Haidar Eid, Associate Professor di Departemen Sastra Inggris, Universitas Al-Aqsa, Jalur Gaza, Palestina.
tulis komentar anda