Israel Siapkan Serangan Habis-habisan, Ratusan Ribu Warga Palestina Ketakutan dan Tinggalkan Rafah

Minggu, 12 Mei 2024 - 10:12 WIB
Pekan lalu Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan “berdiri sendiri” dan berperang dengan “kuku” jika perlu.

IDF menginstruksikan warga untuk mengevakuasi pusat Rafah pada Sabtu pagi, melalui selebaran dan pesan di media sosial. Para analis mengatakan hal ini menunjukkan bahwa pasukan Israel akan maju ke pusat Rafah paling cepat pada hari Minggu, dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga ke seluruh kota.

Dalam sebuah pernyataan, IDF mengatakan: “Pasukanterus bertindak melawan organisasi Hamas, yang menggunakan penduduk Gaza sebagai tameng manusia untuk kegiatan teroris dan infrastrukturnya.”

Sekitar satu juta orang yang mengungsi dari tempat lain di Gaza telah berlindung di Rafah selama berbulan-bulan. Kota ini sekarang “kosong”, kata para pejabat PBB di sana mengatakan kepada Observer, dan sejumlah besar orang diperkirakan akan meninggalkan kota pada hari Minggu dalam salah satu pengungsian terbesar selama berbulan-bulan.

“Kami sekarang berada dalam ketegangan dan kecemasan yang ekstrem,” kata Dina Zayed (54), yang telah berada di Rafah selama enam bulan sejak melarikan diri dari Gaza utara tak lama setelah perang dimulai.

“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami. Kita sedang menuju ke arah yang tidak diketahui. Semua orang merasakan hal yang sama. Hari-hari mendatang kami akan sulit.”

Ada kekhawatiran besar terhadap keamanan mereka yang melarikan diri ke “zona kemanusiaan yang diperluas”, yang ditetapkan oleh IDF di al-Mawasi di pantai, di mana para pekerja bantuan mengatakan kondisinya sudah sangat mengerikan.

Muhammad Qahman (54) mengatakan dia prihatin dengan kondisi di al-Mawasi, garis pantai berpasir dan bukit pasir yang dipenuhi ratusan ribu pengungsi yang kewalahan dengan pasokan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan yang tidak mencukupi. Sanitasi yang minim menyebabkan penyebaran penyakit dengan cepat.

“Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan. Kami sekarang sedang mempersiapkan barang-barang kami untuk menuju ke daerah yang ditunjuk oleh tentara Israel, yang seharusnya aman dan merupakan daerah kemanusiaan, tapi itu hanya kebohongan,” kata Qahman yang sudah tinggal di Rafah sejak Januari lalu.

Penutupan perbatasan Rafah ke Mesir dan kesulitan mencapai persimpangan Kerem Shalom dengan Israel karena pertempuran menyebabkan terbatasnya bantuan yang mencapai Gaza bagian selatan dan tengah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More