Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Genosida Gaza
Kamis, 02 Mei 2024 - 08:32 WIB
BOGOTA - Kolombia pada Kamis (2/5/2024) memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dengan alasan pemimpin Zionis telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Itu disampaikan Presiden Kolombia Gustavo Petro pada hari Rabu.
"Besok (Kamis) hubungan diplomatik dengan negara Israel akan terputus...karena presidennya melakukan genosida," kata Petro pada pertemuan massa May Day di Bogota—mengacu pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Petro telah menjadi kritikus keras atas serangan Israel di Gaza yang terjadi setelah serangan Hamas terhadap negara Yahudi itu pada 7 Oktober 2023.
Menurut data Zionis, serangan Hamas menewaskan sekitar 1.170 orang dan ratusan lainnya disandera. Namun, investigasi Haaretz mengungkap bahwa sebagian besar kematian di Israel itu disebabkan oleh insiden "friendly-fire" oleh tank dan helikopter militer Israel saat merespons serangan Hamas.
Serangan balasan tanpa pandang bulu Israel telah menewaskan sedikitnya 34.568 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Pada hari Rabu, Petro mengatakan kepada ribuan pendukungnya bahwa dunia tidak dapat menerima genosida, pemusnahan seluruh rakyat Palestina.
“Jika Palestina mati, maka umat manusia pun mati,” katanya yang disambut tepuk tangan meriah dari massa, beberapa di antaranya mengibarkan spanduk pro-Palestina.
Israel menanggapinya dengan menggambarkan Petro sebagai orang yang "anti-Semit dan penuh kebencian" dan mengatakan sikapnya sama saja dengan memberikan hadiah kepada Hamas.
“Presiden Kolombia telah berjanji untuk memberi penghargaan kepada para pembunuh dan pemerkosa Hamas—dan hari ini dia mewujudkannya,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, di X.
“Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk membela monster paling keji yang pernah dikenal umat manusia, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa,” ujar Katz.
Pada bulan Oktober, beberapa hari setelah dimulainya perang, Israel mengumumkan bahwa mereka menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang dikatakan Nazi tentang orang Yahudi perihal rakyat Gaza.
Israel pada saat itu menuduh Petro menyatakan dukungan terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Hamas dan memicu anti-Semitisme. Pemerintah Zionis akhirnya memanggil duta besar Kolombia.
Bogota kemudian meminta utusan Israel meninggalkan negara Amerika Selatan tersebut.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, juga menegaskan: "Masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional."
Pada bulan Februari, dia menangguhkan pembelian senjata Israel setelah puluhan orang tewas dalam perebutan bantuan pangan di wilayah Palestina yang dilanda perang—sebuah peristiwa yang menurutnya “disebut genosida dan mengingatkan Holocaust".
Angkatan Bersenjata Kolombia, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba, menggunakan senjata dan pesawat buatan Israel.
Negara ini memiliki sejarah hubungan diplomatik dan militer yang kuat dengan Israel dan Amerika Serikat.
Petro menyatakan dukungannya kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang juga memicu kemarahan Israel dengan mengatakan kampanye militer Zionis di Gaza bukanlah perang, melainkan genosida.
Kolombia dan Brasil mendukung pengaduan Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional di Den Haag, dan menuduh serangan Gaza merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Demonstran May Day Kolombia Sandra Gutierrez, seorang guru berusia 38 tahun, menyambut baik pengumuman presidennya pada hari Rabu.
“Seseorang tidak bisa menjadi kaki tangan para pembunuh,” katanya kepada AFP di alun-alun Plaza Bolivar.
Itu disampaikan Presiden Kolombia Gustavo Petro pada hari Rabu.
"Besok (Kamis) hubungan diplomatik dengan negara Israel akan terputus...karena presidennya melakukan genosida," kata Petro pada pertemuan massa May Day di Bogota—mengacu pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Petro telah menjadi kritikus keras atas serangan Israel di Gaza yang terjadi setelah serangan Hamas terhadap negara Yahudi itu pada 7 Oktober 2023.
Menurut data Zionis, serangan Hamas menewaskan sekitar 1.170 orang dan ratusan lainnya disandera. Namun, investigasi Haaretz mengungkap bahwa sebagian besar kematian di Israel itu disebabkan oleh insiden "friendly-fire" oleh tank dan helikopter militer Israel saat merespons serangan Hamas.
Serangan balasan tanpa pandang bulu Israel telah menewaskan sedikitnya 34.568 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Pada hari Rabu, Petro mengatakan kepada ribuan pendukungnya bahwa dunia tidak dapat menerima genosida, pemusnahan seluruh rakyat Palestina.
“Jika Palestina mati, maka umat manusia pun mati,” katanya yang disambut tepuk tangan meriah dari massa, beberapa di antaranya mengibarkan spanduk pro-Palestina.
Israel menanggapinya dengan menggambarkan Petro sebagai orang yang "anti-Semit dan penuh kebencian" dan mengatakan sikapnya sama saja dengan memberikan hadiah kepada Hamas.
“Presiden Kolombia telah berjanji untuk memberi penghargaan kepada para pembunuh dan pemerkosa Hamas—dan hari ini dia mewujudkannya,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, di X.
“Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk membela monster paling keji yang pernah dikenal umat manusia, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa,” ujar Katz.
Pada bulan Oktober, beberapa hari setelah dimulainya perang, Israel mengumumkan bahwa mereka menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang dikatakan Nazi tentang orang Yahudi perihal rakyat Gaza.
Israel pada saat itu menuduh Petro menyatakan dukungan terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Hamas dan memicu anti-Semitisme. Pemerintah Zionis akhirnya memanggil duta besar Kolombia.
Bogota kemudian meminta utusan Israel meninggalkan negara Amerika Selatan tersebut.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, juga menegaskan: "Masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional."
Pada bulan Februari, dia menangguhkan pembelian senjata Israel setelah puluhan orang tewas dalam perebutan bantuan pangan di wilayah Palestina yang dilanda perang—sebuah peristiwa yang menurutnya “disebut genosida dan mengingatkan Holocaust".
Angkatan Bersenjata Kolombia, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba, menggunakan senjata dan pesawat buatan Israel.
Negara ini memiliki sejarah hubungan diplomatik dan militer yang kuat dengan Israel dan Amerika Serikat.
Petro menyatakan dukungannya kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang juga memicu kemarahan Israel dengan mengatakan kampanye militer Zionis di Gaza bukanlah perang, melainkan genosida.
Kolombia dan Brasil mendukung pengaduan Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional di Den Haag, dan menuduh serangan Gaza merupakan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Demonstran May Day Kolombia Sandra Gutierrez, seorang guru berusia 38 tahun, menyambut baik pengumuman presidennya pada hari Rabu.
“Seseorang tidak bisa menjadi kaki tangan para pembunuh,” katanya kepada AFP di alun-alun Plaza Bolivar.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda