AS Tak akan Perlakukan Ukraina seperti saat Israel Diserang Iran

Selasa, 16 April 2024 - 19:15 WIB
Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby. Foto/AP
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) tidak akan menembak jatuh drone dan rudal Rusia yang ditembakkan ke Ukraina, berbeda dengan cara pasukan Amerika melindungi Israel dari serangan Iran akhir pekan lalu.

Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menegaskan hal itu kepada wartawan pada hari Senin (15/4/2024).

AS, Inggris, dan Prancis membantu Israel menghalau serangan besar-besaran yang dilancarkan Iran sebagai pembalasan atas apa yang disebut Teheran sebagai serangan Israel terhadap konsulatnya di Damaskus awal bulan ini.



Kirby ditanya dalam pengarahan harian apakah taktik yang sama dapat digunakan dalam konflik Ukraina.

“Saya tahu pertanyaan ini akan datang,” jawab dia. “Lihat: konflik yang berbeda, wilayah udara yang berbeda, gambaran ancaman yang berbeda. Dan (Presiden Joe Biden) sudah jelas sejak awal (permusuhan di Ukraina) bahwa AS tidak akan terlibat dalam konflik tersebut dalam peran tempur.”

Negara-negara Barat telah berjanji memberikan bantuan kepada Kiev “selama diperlukan” untuk mengalahkan Rusia.

Namun, mereka berulang kali menolak gagasan berperang langsung menghadapi pasukan Rusia.

Bahkan pemerintah Prancis, yang tidak mengesampingkan pengerahan pasukan ke Ukraina, memperjelas misi hipotetis apa pun adalah membebaskan tentara Ukraina dari tugas non-tempur, sehingga Kiev dapat mengirim lebih banyak pasukannya ke garis depan.



Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron ditanyai pertanyaan yang sama dengan Kirby saat wawancara dengan LBC pada hari Senin.

“Sebenarnya, menempatkan pasukan NATO secara langsung dalam konflik dengan pasukan Rusia, menurut saya itu akan menjadi eskalasi yang berbahaya,” ujar dia.

“Daripada pesawat-pesawat Barat di atas langit mencoba menembak jatuh, Ukraina justru memerlukan sistem pertahanan udara,” saran Cameron.

Moskow memandang konflik Ukraina sebagai perang proksi yang dipimpin AS terhadap Rusia, di mana warga Ukraina digunakan sebagai ‘umpan meriam’.

Mereka telah memperingatkan akan menganggap aset militer apa pun yang terlibat langsung dalam permusuhan sebagai target yang sah, terlepas dari siapa yang mengoperasikannya.

Pernyataan dari beberapa pejabat Barat tampaknya mendukung pandangan Rusia mengenai situasi tersebut.

Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu mengklaim, “AS dan sekutunya mendapatkan nilai luar biasa dari uang yang dibelanjakan untuk Ukraina, karena orang-orang itu yang tidak memiliki satupun pasukan Amerika di lapangan, berjuang untuk Barat.”

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Barat yang terlibat dalam konflik dengan Rusia, melindungi Kiev seperti yang mereka lakukan saat membantu Israel menghadapi serangan udara Iran akhir pekan lalu.

Zelensky mengeluarkan seruan tersebut melalui postingan Telegram pada Senin (15/4/2024), memuji “tindakan sekutu” untuk membantu Israel.

Menurut klaim Israel dan Barat, sebagian besar proyektil yang ditembakkan Iran ditembak jatuh bahkan sebelum mencapai wilayah udara negara tersebut, terutama oleh jet tempur Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

“Hal ini menunjukkan betapa efektifnya persatuan dalam membela diri melawan teror jika didasarkan pada kemauan politik yang cukup. Israel, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Yordania bertindak bersama dan dengan efisiensi maksimum,” tegas Zelensky.

Presiden Ukraina mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang terseret ke dalam perang karena tindakan mereka terhadap Iran,” sambil mencatat, “Israel bukan anggota NATO, jadi tidak diperlukan tindakan apa pun, seperti memicu Pasal 5.”

Zelensky kemudian mendesak negara-negara Barat memberikan dukungan yang sama kepada Ukraina dan melindunginya dari serangan jarak jauh Rusia.

“Langit Eropa bisa saja menerima tingkat perlindungan yang sama sejak dulu jika Ukraina menerima dukungan penuh serupa dari mitra-mitranya dalam mencegat drone dan rudal,” ujar dia, dan berjanji mengangkat masalah ini dengan para pendukung negara tersebut.

Selama konflik, Kiev telah berulang kali mendesak negara-negara Barat memberikan perlindungan dari serangan udara Rusia, hingga membentuk zona larangan terbang yang diberlakukan NATO di Ukraina.

Namun ide-ide ini tidak pernah membuahkan hasil karena adanya kekhawatiran tindakan tersebut akan menyeret Barat ke dalam perang habis-habisan dengan Rusia.

Moskow telah berulang kali memperingatkan pihaknya akan menganggap upaya pihak mana pun sebagai upaya langsung masuk ke dalam konflik di pihak Kiev.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More