Turki Batasi Ekspor 54 Produk ke Israel terkait Invasi Gaza
Selasa, 09 April 2024 - 17:30 WIB
ANKARA - Turki menghentikan ekspor beberapa produk ke Israel sebagai tanggapan atas invasi Zionis ke Gaza. Langkah pemerintah Turki diumumkan dalam pernyataan pada Selasa (9/4/2024).
Kementerian Perdagangan Turki mengatakan, “Israel terus secara terang-terangan melanggar hukum internasional, mengabaikan seruan gencatan senjata dan penyediaan bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa henti. Seruan ini mencakup keputusan Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Internasional.”
“Keputusan Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional mengikat secara hukum,” ungkap pernyataan kementerian tersebut. “Turki telah berulang kali menyatakan mereka akan memantau implementasi semua keputusan ini.”
Efektif segera, kementerian telah membatasi ekspor 54 produk ke Israel, yang mencakup barang-barang seperti kabel aluminium, baja, semen, bahan konstruksi, granit, bahan kimia, pestisida, granit, oli mesin, bahan bakar jet, dan batu bata.
“Keputusan ini akan tetap berlaku sampai Israel, bertindak sesuai kewajibannya berdasarkan hukum internasional, mengumumkan gencatan senjata segera di Gaza dan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan yang cukup dan tidak terputus ke Jalur Gaza,” papar pernyataan itu.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengumumkan Turki akan mengambil tindakan tertentu terhadap Israel menyusul penolakan Israel memberikan akses udara ke Gaza untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Perkembangan ini terjadi setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki mengalami kekalahan dalam pemilu lokal tanggal 31 Maret, kalah suara dari Partai Kesejahteraan Baru Islam Turki (YRP), yang berhasil meraih kemenangan atas AKP di beberapa kota.
Ada konsensus bahwa permasalahan perekonomian negara, termasuk menurunnya dana pensiun dan gaji riil di tengah inflasi yang tidak terkendali, memainkan peran utama dalam kekalahan AKP dalam pemilu.
Meskipun berlanjutnya perdagangan Turki dengan Israel bukanlah masalah terbesar yang mendorong para pemilih konservatif untuk tetap tinggal di rumah atau berpindah partai, hal ini merupakan salah satu faktor yang bahkan diakui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan partai awal pekan ini mengenai hasil pemilu, menurut sumber partai.
Berbicara tentang kekalahan AKP dalam pemilu terburuk sejak tahun 2002, Erdogan mengatakan pada pekan lalu, “Sayangnya, bahkan dalam isu seperti krisis Gaza, di mana kita telah melakukan segala yang kita bisa dan membayar akibatnya, kita gagal menangkis serangan politik dan meyakinkan beberapa orang."
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan perang Israel berikutnya di Gaza, yang oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disebut sebagai genosida, Turki secara bertahap meningkatkan kritiknya terhadap Tel Aviv.
Mereka menarik duta besarnya untuk konsultasi, menunda perundingan energi, dan mendukung Palestina di panggung internasional, mulai dari Majelis Umum PBB hingga negara-negara barat melalui Gaza Contact Group.
Ankara juga melontarkan gagasan sistem penjaminan untuk mencapai solusi dua negara.
Pada bulan-bulan awal konflik, ketika negara-negara barat mendukung perang Israel di Gaza, Erdogan menggunakan platformnya untuk mengungkap tindakan genosida yang dilakukan Israel.
Menurut data pemerintah Israel, Turki juga merupakan donor kemanusiaan terbesar ke Gaza, bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA), sementara puluhan pasien Palestina telah melakukan perjalanan ke Turki dari Gaza untuk perawatan medis.
Namun mereka menghindari langkah-langkah yang lebih bersifat menghukum, dengan alasan langkah-langkah tersebut tidak berhasil di masa lalu ketika Ankara menghadapi krisis lain dengan Tel Aviv.
Meskipun perdagangan bilateral dengan Israel telah menurun sebesar 33% sejak 7 Oktober, namun hal tersebut masih terus berlanjut.
Tahun lalu, ketika anggota parlemen Turki dan kalangan pro-pemerintah memboikot perusahaan-perusahaan yang dituduh mendukung Israel, seorang jurnalis Turki mulai menyoroti perdagangan Turki-Israel.
Metin Cihan, yang tinggal di pengasingan di Jerman karena masa lalunya melaporkan pembunuhan seorang gadis Turki, menggali data sumber terbuka tentang perdagangan maritim.
“Sementara pembantaian Israel terus berlanjut, saya membuat daftar kapal-kapal yang dikirim dari Turki ke Israel,” tulis dia di X pada 12 November, termasuk nama puluhan kapal.
Dia kemudian membagikan daftar lainnya, dengan menyatakan, “Kita melakukan pengiriman dari pelabuhan kita ke Israel dengan rata-rata tujuh kapal sehari. Kita mengirim 13 kapal lagi kemarin.”
Saat dia mulai secara rutin mempublikasikan nama-nama kapal yang berlayar antara Israel dan Turki, cuitannya mendapat jutaan penayangan. “Logistik minyak mentah, bahan bakar, besi dan baja, dan lain-lain. Israel disediakan melalui pelabuhan kita,” ujar dia.
Cihan juga mengungkap orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang dekat dengan pemerintah yang berdagang dengan Israel.
Kementerian Perdagangan Turki mengatakan, “Israel terus secara terang-terangan melanggar hukum internasional, mengabaikan seruan gencatan senjata dan penyediaan bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa henti. Seruan ini mencakup keputusan Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Internasional.”
“Keputusan Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional mengikat secara hukum,” ungkap pernyataan kementerian tersebut. “Turki telah berulang kali menyatakan mereka akan memantau implementasi semua keputusan ini.”
Efektif segera, kementerian telah membatasi ekspor 54 produk ke Israel, yang mencakup barang-barang seperti kabel aluminium, baja, semen, bahan konstruksi, granit, bahan kimia, pestisida, granit, oli mesin, bahan bakar jet, dan batu bata.
“Keputusan ini akan tetap berlaku sampai Israel, bertindak sesuai kewajibannya berdasarkan hukum internasional, mengumumkan gencatan senjata segera di Gaza dan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan yang cukup dan tidak terputus ke Jalur Gaza,” papar pernyataan itu.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengumumkan Turki akan mengambil tindakan tertentu terhadap Israel menyusul penolakan Israel memberikan akses udara ke Gaza untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Baca Juga
Perkembangan ini terjadi setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki mengalami kekalahan dalam pemilu lokal tanggal 31 Maret, kalah suara dari Partai Kesejahteraan Baru Islam Turki (YRP), yang berhasil meraih kemenangan atas AKP di beberapa kota.
Ada konsensus bahwa permasalahan perekonomian negara, termasuk menurunnya dana pensiun dan gaji riil di tengah inflasi yang tidak terkendali, memainkan peran utama dalam kekalahan AKP dalam pemilu.
Meskipun berlanjutnya perdagangan Turki dengan Israel bukanlah masalah terbesar yang mendorong para pemilih konservatif untuk tetap tinggal di rumah atau berpindah partai, hal ini merupakan salah satu faktor yang bahkan diakui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan partai awal pekan ini mengenai hasil pemilu, menurut sumber partai.
Berbicara tentang kekalahan AKP dalam pemilu terburuk sejak tahun 2002, Erdogan mengatakan pada pekan lalu, “Sayangnya, bahkan dalam isu seperti krisis Gaza, di mana kita telah melakukan segala yang kita bisa dan membayar akibatnya, kita gagal menangkis serangan politik dan meyakinkan beberapa orang."
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan perang Israel berikutnya di Gaza, yang oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disebut sebagai genosida, Turki secara bertahap meningkatkan kritiknya terhadap Tel Aviv.
Mereka menarik duta besarnya untuk konsultasi, menunda perundingan energi, dan mendukung Palestina di panggung internasional, mulai dari Majelis Umum PBB hingga negara-negara barat melalui Gaza Contact Group.
Ankara juga melontarkan gagasan sistem penjaminan untuk mencapai solusi dua negara.
Pada bulan-bulan awal konflik, ketika negara-negara barat mendukung perang Israel di Gaza, Erdogan menggunakan platformnya untuk mengungkap tindakan genosida yang dilakukan Israel.
Menurut data pemerintah Israel, Turki juga merupakan donor kemanusiaan terbesar ke Gaza, bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA), sementara puluhan pasien Palestina telah melakukan perjalanan ke Turki dari Gaza untuk perawatan medis.
Namun mereka menghindari langkah-langkah yang lebih bersifat menghukum, dengan alasan langkah-langkah tersebut tidak berhasil di masa lalu ketika Ankara menghadapi krisis lain dengan Tel Aviv.
Meskipun perdagangan bilateral dengan Israel telah menurun sebesar 33% sejak 7 Oktober, namun hal tersebut masih terus berlanjut.
Tahun lalu, ketika anggota parlemen Turki dan kalangan pro-pemerintah memboikot perusahaan-perusahaan yang dituduh mendukung Israel, seorang jurnalis Turki mulai menyoroti perdagangan Turki-Israel.
Metin Cihan, yang tinggal di pengasingan di Jerman karena masa lalunya melaporkan pembunuhan seorang gadis Turki, menggali data sumber terbuka tentang perdagangan maritim.
“Sementara pembantaian Israel terus berlanjut, saya membuat daftar kapal-kapal yang dikirim dari Turki ke Israel,” tulis dia di X pada 12 November, termasuk nama puluhan kapal.
Dia kemudian membagikan daftar lainnya, dengan menyatakan, “Kita melakukan pengiriman dari pelabuhan kita ke Israel dengan rata-rata tujuh kapal sehari. Kita mengirim 13 kapal lagi kemarin.”
Saat dia mulai secara rutin mempublikasikan nama-nama kapal yang berlayar antara Israel dan Turki, cuitannya mendapat jutaan penayangan. “Logistik minyak mentah, bahan bakar, besi dan baja, dan lain-lain. Israel disediakan melalui pelabuhan kita,” ujar dia.
Cihan juga mengungkap orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang dekat dengan pemerintah yang berdagang dengan Israel.
(sya)
tulis komentar anda