Eks Jenderal Zionis: Angkatan Darat Israel Kacau Total dalam Perang Gaza
Minggu, 25 Februari 2024 - 07:32 WIB
TEL AVIV - Seorang pensiunan jenderal militer Zionis mengungkap Angkatan Darat Israel dilanda kekacauan total dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Namun fakta itu ditutup-tutupi dari pandangan publik oleh media dan pemerintah Israel.
Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brik membeberkan informasi baru tentang kekacauan total Angkatan Darat Israel dalam perang di Gaza.
Menurutnya, meskipun ada perintah bungkam yang diberlakukan terhadap media Israel, terkadang informasi baru muncul dari medan perang. Hal itu, katanya, tidak terlihat bagus.
Brik, seorang analis militer penting di Israel, yang pernah menjalankan berbagai peran militer di masa lalu dan sekarang menjadi peneliti di Institut Internasional untuk Kontra-terorisme di Universitas Reichman Israel di Herzliya, mengungkap masalah itu kepada surat kabar Maariv.
“Ada kekacauan total. Peralatan, logistik, pangan, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk maju tidak berfungsi, karena Angkatan Darat memprivatisasi semuanya ke perusahaan swasta,” kata Brik.
“Tidak ada orang yang segera memperbaiki tank-tank. Puluhan tank terjebak hingga terseret keluar. Media, tentu saja, tidak membicarakannya tetapi hal-hal seperti ini tidak berhasil," bebernya, yang dilansir Minggu (25/2/2024).
Pensiunan jenderal tersebut mengaku sudah mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu."[Namun] tim perdana menteri tidak ingin mendengar kebenaran sehingga mereka menjauhkannya dari saya," paparnya.
“Saya katakan kepadanya bahwa Angkatan Darat belum siap berperang segera karena ada tentara yang belum berlatih selama lima tahun, dan ada kekurangan peralatan,” kata Brik.
“Saya mengatakan kepadanya, ‘Biarkan mereka berlatih dan memperlengkapi diri mereka sendiri karena saat ini masyarakatlah yang membeli peralatan tersebut'. Untungnya, (Netanyahu) mendengarkannya, menelepon menteri pertahanan, dan membekukan izin masuk ke Gaza selama dua minggu," imbuh dia.
Terlepas dari klaim Brik, penundaan invasi darat ke Gaza, yang ternyata berakhir buruk, adalah akibat dari ketakutan bahwa kelompok perlawanan Palestina sudah siap menghadapi skenario tersebut.
Menurut juru bicara sayap militer Hamas Brigade al-Qassam, Abu Ubidah, Hamas sendiri telah menghancurkan lebih dari 1.100 kendaraan militer Israel.
Sebagian besar peralatan yang hancur, hampir 1.000, adalah tank Merkava.
Selain itu, Brigade al-Quds dan kelompok perlawanan lainnya juga telah menghancurkan sejumlah besar persenjataan Israel, selain membunuh dan melukai ribuan tentara Zionis.
Para analis militer berpendapat bahwa kesengsaraan militer Israel di Gaza semakin parah karena penarikan pasukan Israel dalam waktu dekat akan dianggap sebagai kekalahan total, sementara jika perang berkepanjangan berarti kerugian militer yang lebih besar.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 29.606 warga Palestina telah terbunuh, dan 69.737 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai 7 Oktober 2023.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel mengatakan 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Badai al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.
Namun fakta itu ditutup-tutupi dari pandangan publik oleh media dan pemerintah Israel.
Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brik membeberkan informasi baru tentang kekacauan total Angkatan Darat Israel dalam perang di Gaza.
Menurutnya, meskipun ada perintah bungkam yang diberlakukan terhadap media Israel, terkadang informasi baru muncul dari medan perang. Hal itu, katanya, tidak terlihat bagus.
Brik, seorang analis militer penting di Israel, yang pernah menjalankan berbagai peran militer di masa lalu dan sekarang menjadi peneliti di Institut Internasional untuk Kontra-terorisme di Universitas Reichman Israel di Herzliya, mengungkap masalah itu kepada surat kabar Maariv.
“Ada kekacauan total. Peralatan, logistik, pangan, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk maju tidak berfungsi, karena Angkatan Darat memprivatisasi semuanya ke perusahaan swasta,” kata Brik.
“Tidak ada orang yang segera memperbaiki tank-tank. Puluhan tank terjebak hingga terseret keluar. Media, tentu saja, tidak membicarakannya tetapi hal-hal seperti ini tidak berhasil," bebernya, yang dilansir Minggu (25/2/2024).
Pensiunan jenderal tersebut mengaku sudah mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu."[Namun] tim perdana menteri tidak ingin mendengar kebenaran sehingga mereka menjauhkannya dari saya," paparnya.
“Saya katakan kepadanya bahwa Angkatan Darat belum siap berperang segera karena ada tentara yang belum berlatih selama lima tahun, dan ada kekurangan peralatan,” kata Brik.
“Saya mengatakan kepadanya, ‘Biarkan mereka berlatih dan memperlengkapi diri mereka sendiri karena saat ini masyarakatlah yang membeli peralatan tersebut'. Untungnya, (Netanyahu) mendengarkannya, menelepon menteri pertahanan, dan membekukan izin masuk ke Gaza selama dua minggu," imbuh dia.
Terlepas dari klaim Brik, penundaan invasi darat ke Gaza, yang ternyata berakhir buruk, adalah akibat dari ketakutan bahwa kelompok perlawanan Palestina sudah siap menghadapi skenario tersebut.
Menurut juru bicara sayap militer Hamas Brigade al-Qassam, Abu Ubidah, Hamas sendiri telah menghancurkan lebih dari 1.100 kendaraan militer Israel.
Sebagian besar peralatan yang hancur, hampir 1.000, adalah tank Merkava.
Selain itu, Brigade al-Quds dan kelompok perlawanan lainnya juga telah menghancurkan sejumlah besar persenjataan Israel, selain membunuh dan melukai ribuan tentara Zionis.
Para analis militer berpendapat bahwa kesengsaraan militer Israel di Gaza semakin parah karena penarikan pasukan Israel dalam waktu dekat akan dianggap sebagai kekalahan total, sementara jika perang berkepanjangan berarti kerugian militer yang lebih besar.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 29.606 warga Palestina telah terbunuh, dan 69.737 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai 7 Oktober 2023.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel mengatakan 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Badai al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.
(mas)
tulis komentar anda