Para Wanita Ikut 'Festival Telanjang' di Jepang, Pertama Kalinya dalam 1.250 Tahun
Jum'at, 23 Februari 2024 - 10:15 WIB
TOKYO - Para wanita secara resmi mengikuti "Festival Telanjang" di sebuah kuil di Jepang tengah pada hari Kamis (22/2/2024). Keikutsertaan mereka adalah yang pertama kali dalam 1.250 tahun sejarah acara tersebut.
Mereka mengenakan jubah ungu dan bernyanyi dengan penuh semangat sambil membawa bambu besar sebagai persembahan.
Tujuh kelompok perempuan mengambil bagian dalam ritual yang diklaim dapat mengusir roh jahat dan para peserta berdoa untuk kebahagiaan.
Meski dinamakan "Festival Telanjang", mereka yang ambil bagian tidak telanjang.
Banyak wanita mengenakan "Happi Coats"—jubah yang mencapai pinggul—dan celana pendek yang biasanya dikenakan di festival Jepang, meskipun pria hanya mengenakan cawat yang mirip dengan yang dikenakan pegulat sumo.
“Saya mendengar bahwa perempuan dapat berpartisipasi, jadi saya benar-benar ingin mengambil bagian untuk membantu menghadirkan kegembiraan di kota dan festival ini,” kata Emi Tachibana, seorang pegawai negeri sipil berusia 59 tahun, salah satu peserta.
Naruhito Tsunoda, seorang pendeta di kuil tersebut, mengatakan bahwa tidak pernah ada larangan bagi perempuan untuk berpartisipasi, dan beberapa bahkan pernah memberikan persembahan kecil secara individu sebelumnya.
Namun, ketika sebuah kelompok perempuan bertanya pada tahun lalu apakah mereka bisa bergabung, menjawab "ya" adalah hal yang mudah.
Mereka mengenakan jubah ungu dan bernyanyi dengan penuh semangat sambil membawa bambu besar sebagai persembahan.
Tujuh kelompok perempuan mengambil bagian dalam ritual yang diklaim dapat mengusir roh jahat dan para peserta berdoa untuk kebahagiaan.
Meski dinamakan "Festival Telanjang", mereka yang ambil bagian tidak telanjang.
Banyak wanita mengenakan "Happi Coats"—jubah yang mencapai pinggul—dan celana pendek yang biasanya dikenakan di festival Jepang, meskipun pria hanya mengenakan cawat yang mirip dengan yang dikenakan pegulat sumo.
“Saya mendengar bahwa perempuan dapat berpartisipasi, jadi saya benar-benar ingin mengambil bagian untuk membantu menghadirkan kegembiraan di kota dan festival ini,” kata Emi Tachibana, seorang pegawai negeri sipil berusia 59 tahun, salah satu peserta.
Naruhito Tsunoda, seorang pendeta di kuil tersebut, mengatakan bahwa tidak pernah ada larangan bagi perempuan untuk berpartisipasi, dan beberapa bahkan pernah memberikan persembahan kecil secara individu sebelumnya.
Namun, ketika sebuah kelompok perempuan bertanya pada tahun lalu apakah mereka bisa bergabung, menjawab "ya" adalah hal yang mudah.
tulis komentar anda