Erdogan Kunjungi Mesir, Pertama Kali dalam 12 Tahun
Kamis, 15 Februari 2024 - 15:45 WIB
KAIRO - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di ibu kota Mesir pada Rabu (14/2/2024) dalam kunjungan pertamanya sejak tahun 2012.
Ini merupakan langkah terbesar menuju penguatan hubungan antara kedua kekuatan regional tersebut.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyambut Erdogan di Tarmac dan keduanya saling berjabat tangan.
Setelah bertahun-tahun mereka menganggap satu sama lain sebagai persona non grata, terutama karena kudeta Sisi pada tahun 2013 terhadap pendahulunya Mohamed Morsi, sekutu Erdogan, hubungan antara kedua pemimpin telah membaik sejak tahun 2021.
Membaiknya hubungan kedua pemimpin tak dapat dipisahkan dari upaya diplomasi di balik layar.
Buah pertama dari upaya ini muncul selama Piala Dunia di Qatar pada tahun 2022, ketika Erdogan dan Sisi bertemu untuk pertama kalinya.
Kedua pemimpin menandatangani beberapa perjanjian pada Rabu. Mereka menganjurkan era baru dalam hubungan, peningkatan perdagangan menjadi USD15 miliar per tahun dalam beberapa tahun, dan kerja sama diplomatik di Timur Tengah dan Afrika.
“Mesir saat ini adalah mitra dagang utama Turki di Afrika,” papar Sisi dalam konferensi pers dengan Erdogan di Kairo.
Kunjungan Erdogan terjadi di tengah upaya intensif internasional, yang dipimpin Mesir, Qatar dan Amerika Serikat, untuk menengahi gencatan senjata baru antara Israel dan Hamas.
Delegasi Israel berada di Kairo pada Selasa, sementara delegasi Hamas diperkirakan tiba pada Rabu malam.
Presiden Turki mengatakan diskusi dengan Sisi akan fokus pada perang Israel di Gaza dan upaya mengakhiri serangan yang telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Selama konferensinya dengan Sisi, Erdogan mengecam “kebijakan pendudukan dan pembantaian yang dilakukan pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.”
Dia juga meminta masyarakat internasional “untuk tidak membiarkan kegilaan yang mengarah pada genosida terjadi”, mengacu pada invasi Israel yang akan segera terjadi di kota paling selatan Gaza, Rafah.
Sisi juga mengkritik Israel atas “hambatan yang memperlambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.”
Hubungan Turki-Mesir sangat penting tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi kawasan, dan harus dievaluasi sebagai bagian dari perubahan keadaan, menurut para analis.
Mehmet Ozkan, profesor di Universitas Pertahanan Nasional di Turki, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, “Setelah tanggal 7 Oktober, ketika Israel melancarkan serangannya di Gaza menyusul serangan besar-besaran yang dipimpin Hamas di kota-kota Israel selatan, para pelaku regional telah menyadari ada kebutuhan akan komunikasi."
Negara-negara mulai dari Sudan hingga Ethiopia dan Libya juga terkena dampak langsung dari sifat hubungan antara Kairo dan Ankara, karena kedua negara mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik regional.
“Ini adalah peralihan dari sikap keras kepala strategis ke hubungan strategis,” pungkas Ozkan.
Ini merupakan langkah terbesar menuju penguatan hubungan antara kedua kekuatan regional tersebut.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyambut Erdogan di Tarmac dan keduanya saling berjabat tangan.
Setelah bertahun-tahun mereka menganggap satu sama lain sebagai persona non grata, terutama karena kudeta Sisi pada tahun 2013 terhadap pendahulunya Mohamed Morsi, sekutu Erdogan, hubungan antara kedua pemimpin telah membaik sejak tahun 2021.
Membaiknya hubungan kedua pemimpin tak dapat dipisahkan dari upaya diplomasi di balik layar.
Buah pertama dari upaya ini muncul selama Piala Dunia di Qatar pada tahun 2022, ketika Erdogan dan Sisi bertemu untuk pertama kalinya.
Kedua pemimpin menandatangani beberapa perjanjian pada Rabu. Mereka menganjurkan era baru dalam hubungan, peningkatan perdagangan menjadi USD15 miliar per tahun dalam beberapa tahun, dan kerja sama diplomatik di Timur Tengah dan Afrika.
“Mesir saat ini adalah mitra dagang utama Turki di Afrika,” papar Sisi dalam konferensi pers dengan Erdogan di Kairo.
Kunjungan Erdogan terjadi di tengah upaya intensif internasional, yang dipimpin Mesir, Qatar dan Amerika Serikat, untuk menengahi gencatan senjata baru antara Israel dan Hamas.
Delegasi Israel berada di Kairo pada Selasa, sementara delegasi Hamas diperkirakan tiba pada Rabu malam.
Presiden Turki mengatakan diskusi dengan Sisi akan fokus pada perang Israel di Gaza dan upaya mengakhiri serangan yang telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Selama konferensinya dengan Sisi, Erdogan mengecam “kebijakan pendudukan dan pembantaian yang dilakukan pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.”
Dia juga meminta masyarakat internasional “untuk tidak membiarkan kegilaan yang mengarah pada genosida terjadi”, mengacu pada invasi Israel yang akan segera terjadi di kota paling selatan Gaza, Rafah.
Sisi juga mengkritik Israel atas “hambatan yang memperlambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.”
Hubungan Turki-Mesir sangat penting tidak hanya bagi kedua negara tetapi juga bagi kawasan, dan harus dievaluasi sebagai bagian dari perubahan keadaan, menurut para analis.
Mehmet Ozkan, profesor di Universitas Pertahanan Nasional di Turki, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, “Setelah tanggal 7 Oktober, ketika Israel melancarkan serangannya di Gaza menyusul serangan besar-besaran yang dipimpin Hamas di kota-kota Israel selatan, para pelaku regional telah menyadari ada kebutuhan akan komunikasi."
Negara-negara mulai dari Sudan hingga Ethiopia dan Libya juga terkena dampak langsung dari sifat hubungan antara Kairo dan Ankara, karena kedua negara mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik regional.
“Ini adalah peralihan dari sikap keras kepala strategis ke hubungan strategis,” pungkas Ozkan.
(sya)
tulis komentar anda