Ketika Hillary Clinton Diteriaki Penjahat Perang saat Berpidato
Senin, 12 Februari 2024 - 09:42 WIB
WASHINGTON - Momen tidak mengenakkan dialami mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton saat berpidato di Coumbia University di New York. Dia diteriaki "penjahat perang" oleh para demonstran pro-Palestina.
Itu terjadi pada hari Jumat pekan lalu. Clinton naik panggung untuk menyampaikan pidato tentang kekerasan seksual terkait konflik di Columbia University, di mana dia menjadi profesor urusan internasional dan masyarakat.
“Hillary Diane Rodham Clinton, Anda adalah penjahat perang!” teriak seorang demonstran pria, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (12/2/2024).
“Rakyat Libya, rakyat Irak, rakyat Suriah, rakyat Yaman, rakyat Palestina dan juga rakyat Amerika tidak akan pernah memaafkan Anda,” lanjut demonstran tersebut. “Anda akan terbakar”," imbuh dia.
Mantan calon presiden itu kemudian memulai pidatonya, namun kembali disela dan diteriaki oleh pengunjuk rasa kedua.
“Anda pernah melakukan ini sebelumnya...Anda mengeksploitasi kekerasan seksual di Libya sehingga Anda bisa membenarkan militerisasi AS,” seru pengunjuk rasa.
“Jika Anda marah terhadap kekerasan seksual, Anda tentu berbicara tentang kekerasan seksual di Palestina dan kekerasan seksual yang mereka alami setiap hari.”
“Orang-orang bebas untuk melakukan protes,” jawab Clinton."Tetapi mereka tidak bebas untuk mengganggu acara atau kelas dan itu akan menjadi standar yang kami ikuti di sini dan ke depan.”
Clinton menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS dari tahun 2009 hingga 2013 di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.
Sebagai diplomat utama AS, dia melobi Obama untuk meningkatkan lebih banyak pengerahan pasukan ke Afghanistan, mempersenjatai jihadis anti-pemerintah di Suriah, dan menganjurkan intervensi NATO di Libya.
Setelah pemimpin Libya Muammar Gaddafi digulingkan dan dieksekusi oleh pemberontak yang didukung AS, Clinton membual kepada CBS News: “Kami datang. Kami melihat. Dia meninggal."
Clinton secara konsisten mengambil sikap pro-Israel selama masa jabatannya di Departemen Luar Negeri, mendukung pengeboman Israel di Lebanon pada tahun 2006.
Dia juga mengkritik seruan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas saat ini, dengan alasan bahwa jeda dalam pertempuran akan memberikan manfaat bagi militan Palestina untuk memiliki kesempatan guna mempersenjatai kembali dan melanggengkan siklus kekerasan.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield berbicara setelah Clinton. Dia juga disela oleh pengunjuk rasa, yang meneriakkan: “Bebas, bebaskan Palestina” saat mereka dikawal keluar dari aula.
Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel merespons dengan meluncurkan perang besar-besaran ke Gaza hingga hari ini, yang menewaskan lebih dari 28.000 orang.
Beberapa bulan setelah perang Gaza pecah, para pengunjuk rasa pro-Palestina mencela Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, merusak gerbang Gedung Putih, dan berbaris menuju rumah Biden di Delaware.
Itu terjadi pada hari Jumat pekan lalu. Clinton naik panggung untuk menyampaikan pidato tentang kekerasan seksual terkait konflik di Columbia University, di mana dia menjadi profesor urusan internasional dan masyarakat.
“Hillary Diane Rodham Clinton, Anda adalah penjahat perang!” teriak seorang demonstran pria, seperti dikutip dari Anadolu, Senin (12/2/2024).
“Rakyat Libya, rakyat Irak, rakyat Suriah, rakyat Yaman, rakyat Palestina dan juga rakyat Amerika tidak akan pernah memaafkan Anda,” lanjut demonstran tersebut. “Anda akan terbakar”," imbuh dia.
Mantan calon presiden itu kemudian memulai pidatonya, namun kembali disela dan diteriaki oleh pengunjuk rasa kedua.
“Anda pernah melakukan ini sebelumnya...Anda mengeksploitasi kekerasan seksual di Libya sehingga Anda bisa membenarkan militerisasi AS,” seru pengunjuk rasa.
“Jika Anda marah terhadap kekerasan seksual, Anda tentu berbicara tentang kekerasan seksual di Palestina dan kekerasan seksual yang mereka alami setiap hari.”
“Orang-orang bebas untuk melakukan protes,” jawab Clinton."Tetapi mereka tidak bebas untuk mengganggu acara atau kelas dan itu akan menjadi standar yang kami ikuti di sini dan ke depan.”
Clinton menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS dari tahun 2009 hingga 2013 di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.
Sebagai diplomat utama AS, dia melobi Obama untuk meningkatkan lebih banyak pengerahan pasukan ke Afghanistan, mempersenjatai jihadis anti-pemerintah di Suriah, dan menganjurkan intervensi NATO di Libya.
Setelah pemimpin Libya Muammar Gaddafi digulingkan dan dieksekusi oleh pemberontak yang didukung AS, Clinton membual kepada CBS News: “Kami datang. Kami melihat. Dia meninggal."
Clinton secara konsisten mengambil sikap pro-Israel selama masa jabatannya di Departemen Luar Negeri, mendukung pengeboman Israel di Lebanon pada tahun 2006.
Dia juga mengkritik seruan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas saat ini, dengan alasan bahwa jeda dalam pertempuran akan memberikan manfaat bagi militan Palestina untuk memiliki kesempatan guna mempersenjatai kembali dan melanggengkan siklus kekerasan.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield berbicara setelah Clinton. Dia juga disela oleh pengunjuk rasa, yang meneriakkan: “Bebas, bebaskan Palestina” saat mereka dikawal keluar dari aula.
Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel merespons dengan meluncurkan perang besar-besaran ke Gaza hingga hari ini, yang menewaskan lebih dari 28.000 orang.
Beberapa bulan setelah perang Gaza pecah, para pengunjuk rasa pro-Palestina mencela Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, merusak gerbang Gedung Putih, dan berbaris menuju rumah Biden di Delaware.
(mas)
tulis komentar anda