Dituduh Coba Ubah Konstitusi, Presiden Marcos Jr Terancam Digulingkan
Selasa, 30 Januari 2024 - 08:49 WIB
MANILA - Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan menggulingkan penggantinya, Presiden Ferdinand Marcos Jr. Ancaman ini muncul setelah presiden dan sekutunya dituduh mencoba mengubah konstitusi agar dapat melanggengkan kekuasaan.
Ancaman Duterte, yang disampaikan dalam pidatonya pada hari Minggu, telah menandai rusaknya hubungan antara dua keluarga politik yang kuat di Filipina.
Perseteruan politik yang memanas itu mengikuti spekulasi lama tentang permusuhan antarkeluarga.
Putri Duterte, Sara Duterte, mencalonkan diri bersama Marcos Jr pada pemilu 2022, menang telak, dan sekarang menjadi wakil presidennya. Namun, keretakan muncul dalam aliansi mereka.
Marcos Jr telah membalas ancaman Duterte dengan menyebut pendahulunya itu sebagai pecandu narkoba.
"Saya pikir itu karena fentanil,” ketika ditanya tentang pernyataan Duterte.
Menurut Marcos Jr, narkoba tersebut—yang Duterte akui di masa lalu digunakan untuk menghilangkan rasa sakit setelah kecelakaan sepeda motor—telah mengganggu penilaiannya.
"Dia telah mengonsumsi narkoba tersebut dalam waktu yang sangat lama. Setelah lima, enam tahun, narkoba tersebut akan berdampak padanya," ujarnya, seperti dikutip The Guardian, Selasa (30/1/2024).
Dalam pidatonya, Duterte memperingatkan Marcos Jr agar tidak melakukan amandeman apa pun terhadap konstitusi, dan mengancam bahwa presiden bisa digulingkan seperti ayahnya.
Ayah Marcos Jr, mendiang diktator Ferdinand Marcos Sr, memerintah Filipina selama lebih dari dua dekade hingga dia digulingkan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat atau People Power Revolution yang damai pada bulan Februari 1986. Keluarga Marcos terpaksa meninggalkan negara itu, dan mencari pengasingan di Hawaii.
Konstitusi tahun 1987, yang mulai berlaku setahun setelah Marcos Sr digulingkan, menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat satu kali masa jabatan enam tahun, sebagai perlindungan terhadap kediktatoran.
Marcos Jr mendukung perubahan konstitusi untuk memungkinkan promosi investasi asing. Namun, Duterte mengeklaim sekutu presiden menyuap pejabat lokal untuk menghapus aturan batasan masa jabatan.
Namun Duterte tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Duterte juga berulang kali menuduh Marcos Jr, yang dikenal sebagai Bongbong, menggunakan narkoba, dengan mengatakan: “Bongbong Marcos sedang mabuk saat itu. Sekarang dia presiden, dia masih mabuk. Kita punya presiden yang kecanduan narkoba! Bajingan itu!” katanya, yang dilansir situs berita Rappler.
Duterte mengatakan nama Marcos Jr masuk dalam daftar yang dibuat oleh badan penegakan narkoba Filipina. Namun agensi telah membantah klaim Duterte.
Duterte, yang dilarang oleh konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada tahun 2022, selalu memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Marcos Jr, dan sebelumnya menyebutnya sebagai anak manja dan pemimpin yang lemah.
Dia tidak mendukungnya pada pemilu lalu, dan secara terbuka mengungkapkan rasa frustrasinya karena putrinya tidak mencalonkan diri untuk jabatan puncak.
Ada spekulasi luas bahwa Sara Duterte akan ikut serta dalam pemilihan presiden tahun 2028, namun hal ini menempatkan kedua keluarga tersebut pada jalur yang bertentangan.
Marcos Jr menerapkan kebijakan luar negeri yang berbeda dengan Duterte, mengambil sikap yang lebih keras terhadap China di Laut China Selatan yang disengketakan dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat.
Hubungan antara keluarga tersebut juga tegang oleh laporan bahwa penyelidik dari pengadilan pidana internasional, yang menyelidiki tindakan brutal Duterte dalam pemberantasan narkoba, mengunjungi Filipina pada bulan Desember. Laporan tersebut belum dapat dikonfirmasi, dan Marcos Jr mengatakan dia tidak akan bekerja sama dengan pengadilan.
Pada hari Minggu, putra Duterte yang juga Wali Kota Davao; Sebastian Duterte, menyerukan pengunduran diri Marcos Jr.
Menurutnya, presiden telah menjalankan kebijakan luar negeri yang berbahaya dan bertanggung jawab atas meningkatnya kriminalitas.
“Presiden, kalau tidak punya rasa cinta dan cita-cita terhadap negara, mundurlah,” ujarnya dalam acara forum publik.
Sara Duterte mengatakan pada hari Senin bahwa komentar saudara laki-lakinya berasal dari “cinta persaudaraan” dan menuduh dia menjadi sasaran “perlakuan tercela” oleh “beberapa sektor di lingkungan presiden”.
Ancaman Duterte, yang disampaikan dalam pidatonya pada hari Minggu, telah menandai rusaknya hubungan antara dua keluarga politik yang kuat di Filipina.
Perseteruan politik yang memanas itu mengikuti spekulasi lama tentang permusuhan antarkeluarga.
Putri Duterte, Sara Duterte, mencalonkan diri bersama Marcos Jr pada pemilu 2022, menang telak, dan sekarang menjadi wakil presidennya. Namun, keretakan muncul dalam aliansi mereka.
Marcos Jr telah membalas ancaman Duterte dengan menyebut pendahulunya itu sebagai pecandu narkoba.
"Saya pikir itu karena fentanil,” ketika ditanya tentang pernyataan Duterte.
Menurut Marcos Jr, narkoba tersebut—yang Duterte akui di masa lalu digunakan untuk menghilangkan rasa sakit setelah kecelakaan sepeda motor—telah mengganggu penilaiannya.
"Dia telah mengonsumsi narkoba tersebut dalam waktu yang sangat lama. Setelah lima, enam tahun, narkoba tersebut akan berdampak padanya," ujarnya, seperti dikutip The Guardian, Selasa (30/1/2024).
Dalam pidatonya, Duterte memperingatkan Marcos Jr agar tidak melakukan amandeman apa pun terhadap konstitusi, dan mengancam bahwa presiden bisa digulingkan seperti ayahnya.
Ayah Marcos Jr, mendiang diktator Ferdinand Marcos Sr, memerintah Filipina selama lebih dari dua dekade hingga dia digulingkan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat atau People Power Revolution yang damai pada bulan Februari 1986. Keluarga Marcos terpaksa meninggalkan negara itu, dan mencari pengasingan di Hawaii.
Konstitusi tahun 1987, yang mulai berlaku setahun setelah Marcos Sr digulingkan, menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat satu kali masa jabatan enam tahun, sebagai perlindungan terhadap kediktatoran.
Marcos Jr mendukung perubahan konstitusi untuk memungkinkan promosi investasi asing. Namun, Duterte mengeklaim sekutu presiden menyuap pejabat lokal untuk menghapus aturan batasan masa jabatan.
Namun Duterte tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Duterte juga berulang kali menuduh Marcos Jr, yang dikenal sebagai Bongbong, menggunakan narkoba, dengan mengatakan: “Bongbong Marcos sedang mabuk saat itu. Sekarang dia presiden, dia masih mabuk. Kita punya presiden yang kecanduan narkoba! Bajingan itu!” katanya, yang dilansir situs berita Rappler.
Duterte mengatakan nama Marcos Jr masuk dalam daftar yang dibuat oleh badan penegakan narkoba Filipina. Namun agensi telah membantah klaim Duterte.
Duterte, yang dilarang oleh konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada tahun 2022, selalu memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Marcos Jr, dan sebelumnya menyebutnya sebagai anak manja dan pemimpin yang lemah.
Dia tidak mendukungnya pada pemilu lalu, dan secara terbuka mengungkapkan rasa frustrasinya karena putrinya tidak mencalonkan diri untuk jabatan puncak.
Ada spekulasi luas bahwa Sara Duterte akan ikut serta dalam pemilihan presiden tahun 2028, namun hal ini menempatkan kedua keluarga tersebut pada jalur yang bertentangan.
Marcos Jr menerapkan kebijakan luar negeri yang berbeda dengan Duterte, mengambil sikap yang lebih keras terhadap China di Laut China Selatan yang disengketakan dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat.
Hubungan antara keluarga tersebut juga tegang oleh laporan bahwa penyelidik dari pengadilan pidana internasional, yang menyelidiki tindakan brutal Duterte dalam pemberantasan narkoba, mengunjungi Filipina pada bulan Desember. Laporan tersebut belum dapat dikonfirmasi, dan Marcos Jr mengatakan dia tidak akan bekerja sama dengan pengadilan.
Pada hari Minggu, putra Duterte yang juga Wali Kota Davao; Sebastian Duterte, menyerukan pengunduran diri Marcos Jr.
Menurutnya, presiden telah menjalankan kebijakan luar negeri yang berbahaya dan bertanggung jawab atas meningkatnya kriminalitas.
“Presiden, kalau tidak punya rasa cinta dan cita-cita terhadap negara, mundurlah,” ujarnya dalam acara forum publik.
Sara Duterte mengatakan pada hari Senin bahwa komentar saudara laki-lakinya berasal dari “cinta persaudaraan” dan menuduh dia menjadi sasaran “perlakuan tercela” oleh “beberapa sektor di lingkungan presiden”.
(mas)
tulis komentar anda