Para Ilmuwan Pertanyakan Kemujaraban Vaksin Covid-19 Rusia
Rabu, 12 Agustus 2020 - 02:46 WIB
LONDON - Pengumuman Rusia bahwa mereka akan menyetujui vaksin Covid-19 setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia memicu kekhawatiran di antara para ahli kesehatan global. Para ahli mengatakan tanpa data uji coba yang lengkap, kemanjuran vaksin tersebut sulit dipercaya.
Bermaksud untuk menjadi yang pertama dalam perlombaan global untuk mengembangkan vaksin melawan penyakit pandemi, Rusia belum melakukan uji coba skala besar terhadap suntikan yang akan menghasilkan data untuk menunjukkan apakah vaksin itu berhasil - sesuatu yang ahli imunologi dan ahli penyakit menular katakan bisa menjadi "sembrono”.(Baca: Putin: Rusia Negara Pertama di Dunia yang Setujui Vaksin Covid-19 )
“Rusia pada dasarnya melakukan eksperimen tingkat populasi yang besar,” kata Ayfer Ali, spesialis penelitian obat-obatan di Fakultas Bisnis Warwick Inggris seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/8/2020).
Ia mengatakan persetujuan super cepat seperti itu dapat berarti bahwa potensi efek merugikan dari vaksin mungkin tidak terdeteksi. Ini, meski mungkin jarang, bisa berdampak serius.
Francois Balloux, pakar di Institut Genetika Universitas College London, mengatakan itu adalah keputusan yang sembrono dan bodoh.
“Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah tidak etis,” ujarnya.
"Masalah apa pun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga karena itu akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," jelasnya.
Komentar yang sama digaungkan oleh Danny Altmann, seorang profesor Imunologi di Imperial College London, yang mengatakan "kerusakan tambahan" dari penggunaan vaksin apa pun yang belum diketahui aman dan efektif akan memperburuk masalah saat ini tanpa dapat diatasi.
Bahkan ketika Rusia menyatakan kemenangan, lebih dari setengah lusin pembuat obat di seluruh dunia sedang dalam proses melakukan uji coba manusia tingkat lanjut berskala besar terhadap potensi vaksin Covid-19 mereka, masing-masing dengan puluhan ribu peserta sukarelawan.
Beberapa pelopor ini, termasuk Moderna, Pfizer dan AstraZeneca, mengatakan bahwa mereka berharap untuk mengetahui apakah vaksin mereka berfungsi dan aman pada akhir tahun ini.
Semua diharapkan untuk mempublikasikan hasil uji coba dan data keamanan mereka serta menyerahkannya kepada regulator di Amerika Serikat, Eropa dan tempat lain untuk pemeriksaan sebelum lisensi dapat diberikan.
Persetujuan vaksin oleh Kementerian Kesehatan Rusia dilakukan sebelum uji coba yang biasanya melibatkan ribuan peserta, umumnya dikenal sebagai uji coba Fase III. Uji coba semacam itu biasanya dianggap sebagai prekursor penting bagi vaksin untuk mendapatkan persetujuan regulasi.
Peter Kremsner, pakar di Rumah Sakit Universitas Jerman di Tuebingen yang sedang mengerjakan uji klinis kandidat vaksin dari CureVac, mengatakan langkah Rusia itu "sembrono".
“Biasanya Anda membutuhkan banyak orang untuk diuji sebelum Anda menyetujui suatu vaksin,” katanya.
“Saya pikir itu sembrono untuk melakukan itu jika banyak orang belum pernah diuji,” imbuhnya.
Para ahli mengatakan kurangnya data yang dipublikasikan tentang vaksin Rusia - termasuk bagaimana pembuatannya dan perincian tentang keamanan, tanggapan kekebalan dan apakah itu dapat mencegah infeksi Covid-19 - membuat para ilmuwan, otoritas kesehatan, dan masyarakat tidak tahu apa-apa.
"Tidak mungkin mengetahui apakah vaksin Rusia telah terbukti efektif tanpa menyerahkan makalah ilmiah untuk dianalisis," kata Keith Neal, seorang spesialis dalam epidemiologi penyakit menular di Universitas Nottingham Inggris.
Bermaksud untuk menjadi yang pertama dalam perlombaan global untuk mengembangkan vaksin melawan penyakit pandemi, Rusia belum melakukan uji coba skala besar terhadap suntikan yang akan menghasilkan data untuk menunjukkan apakah vaksin itu berhasil - sesuatu yang ahli imunologi dan ahli penyakit menular katakan bisa menjadi "sembrono”.(Baca: Putin: Rusia Negara Pertama di Dunia yang Setujui Vaksin Covid-19 )
“Rusia pada dasarnya melakukan eksperimen tingkat populasi yang besar,” kata Ayfer Ali, spesialis penelitian obat-obatan di Fakultas Bisnis Warwick Inggris seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/8/2020).
Ia mengatakan persetujuan super cepat seperti itu dapat berarti bahwa potensi efek merugikan dari vaksin mungkin tidak terdeteksi. Ini, meski mungkin jarang, bisa berdampak serius.
Francois Balloux, pakar di Institut Genetika Universitas College London, mengatakan itu adalah keputusan yang sembrono dan bodoh.
“Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah tidak etis,” ujarnya.
"Masalah apa pun dengan kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga karena itu akan semakin menghambat penerimaan vaksin di masyarakat," jelasnya.
Komentar yang sama digaungkan oleh Danny Altmann, seorang profesor Imunologi di Imperial College London, yang mengatakan "kerusakan tambahan" dari penggunaan vaksin apa pun yang belum diketahui aman dan efektif akan memperburuk masalah saat ini tanpa dapat diatasi.
Bahkan ketika Rusia menyatakan kemenangan, lebih dari setengah lusin pembuat obat di seluruh dunia sedang dalam proses melakukan uji coba manusia tingkat lanjut berskala besar terhadap potensi vaksin Covid-19 mereka, masing-masing dengan puluhan ribu peserta sukarelawan.
Beberapa pelopor ini, termasuk Moderna, Pfizer dan AstraZeneca, mengatakan bahwa mereka berharap untuk mengetahui apakah vaksin mereka berfungsi dan aman pada akhir tahun ini.
Semua diharapkan untuk mempublikasikan hasil uji coba dan data keamanan mereka serta menyerahkannya kepada regulator di Amerika Serikat, Eropa dan tempat lain untuk pemeriksaan sebelum lisensi dapat diberikan.
Persetujuan vaksin oleh Kementerian Kesehatan Rusia dilakukan sebelum uji coba yang biasanya melibatkan ribuan peserta, umumnya dikenal sebagai uji coba Fase III. Uji coba semacam itu biasanya dianggap sebagai prekursor penting bagi vaksin untuk mendapatkan persetujuan regulasi.
Peter Kremsner, pakar di Rumah Sakit Universitas Jerman di Tuebingen yang sedang mengerjakan uji klinis kandidat vaksin dari CureVac, mengatakan langkah Rusia itu "sembrono".
“Biasanya Anda membutuhkan banyak orang untuk diuji sebelum Anda menyetujui suatu vaksin,” katanya.
“Saya pikir itu sembrono untuk melakukan itu jika banyak orang belum pernah diuji,” imbuhnya.
Para ahli mengatakan kurangnya data yang dipublikasikan tentang vaksin Rusia - termasuk bagaimana pembuatannya dan perincian tentang keamanan, tanggapan kekebalan dan apakah itu dapat mencegah infeksi Covid-19 - membuat para ilmuwan, otoritas kesehatan, dan masyarakat tidak tahu apa-apa.
"Tidak mungkin mengetahui apakah vaksin Rusia telah terbukti efektif tanpa menyerahkan makalah ilmiah untuk dianalisis," kata Keith Neal, seorang spesialis dalam epidemiologi penyakit menular di Universitas Nottingham Inggris.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda