Unjuk Kekuatan, Kapal Induk Nuklir AS Carl Vinson Sambangi Tetangga Indonesia
Rabu, 20 Desember 2023 - 11:33 WIB
Amerika telah berulang kali berkomitmen untuk membela Filipina sebagai sekutu perjanjiannya, meskipun perjanjian pertahanan bersama mereka pada tahun 1951 mencakup “serangan bersenjata” yang tidak mencakup insiden yang melibatkan penggunaan meriam air dan tabrakan.
Kapal-kapal China dan Filipina baru-baru ini saling berhadapan di perairan tidak jauh dari Singapura.
Awal bulan ini, Filipina mengeklaim bahwa sebuah kapal China menggunakan meriam air dan menabrak kapal Manila yang sedang menuju misi pasokan di Ayungin Shoal di Kepulauan Spratly.
Hal ini menyusul insiden sebelumnya ketika kapal Coast Guard China dituduh menggunakan meriam air terhadap kapal sipil Filipina di dekat Scarborough Shoal.
Kedua negara mempunyai klaim yang bersaing di Laut China Selatan di mana peristiwa tersebut terjadi.
China menegaskan hak historis atas hampir seluruh Laut China Selatan dan menolak klaim maritim Filipina. Beijing telah menentang keputusan pengadilan internasional di Den Haag pada tahun 2016 yang menolak klaim historis Beijing.
Filipina memberi militer Amerika akses ke sembilan lokasi di seluruh perairannya. Pengaturan ini dimaksudkan untuk memungkinkan AS tidak hanya memberikan bantuan bencana dan bantuan kemanusiaan dengan cepat tetapi juga merespons keadaan darurat di Laut China Selatan.
Carrier Strike Group One di Asia Tenggara, yang dipimpin oleh kapal induk bertenaga nuklir dan simbol kekuatan militer Amerika, telah berlayar ke Singapura dari Korea Selatan pada bulan November, di tengah ketegangan seputar rencana peluncuran roket yang membawa satelit ruang angkasa oleh Korea Utara.
“Tim ini—Carrier Strike Group One—sudah siap dan kami di sini melakukan operasi keamanan di wilayah tersebut,” kata Sardiello.
“Ini adalah simbol kuat dari tekad kami sebagai Angkatan Laut AS untuk berkomitmen terhadap penggunaan maritim bersama secara bebas dan terbuka dalam menghadapi paksaan atau agresi—kami tidak akan ke mana-mana," ujarnya, seperti dikutip Nikkei Asia, Rabu (20/12/2023).
Kapal-kapal China dan Filipina baru-baru ini saling berhadapan di perairan tidak jauh dari Singapura.
Awal bulan ini, Filipina mengeklaim bahwa sebuah kapal China menggunakan meriam air dan menabrak kapal Manila yang sedang menuju misi pasokan di Ayungin Shoal di Kepulauan Spratly.
Hal ini menyusul insiden sebelumnya ketika kapal Coast Guard China dituduh menggunakan meriam air terhadap kapal sipil Filipina di dekat Scarborough Shoal.
Kedua negara mempunyai klaim yang bersaing di Laut China Selatan di mana peristiwa tersebut terjadi.
China menegaskan hak historis atas hampir seluruh Laut China Selatan dan menolak klaim maritim Filipina. Beijing telah menentang keputusan pengadilan internasional di Den Haag pada tahun 2016 yang menolak klaim historis Beijing.
Filipina memberi militer Amerika akses ke sembilan lokasi di seluruh perairannya. Pengaturan ini dimaksudkan untuk memungkinkan AS tidak hanya memberikan bantuan bencana dan bantuan kemanusiaan dengan cepat tetapi juga merespons keadaan darurat di Laut China Selatan.
Carrier Strike Group One di Asia Tenggara, yang dipimpin oleh kapal induk bertenaga nuklir dan simbol kekuatan militer Amerika, telah berlayar ke Singapura dari Korea Selatan pada bulan November, di tengah ketegangan seputar rencana peluncuran roket yang membawa satelit ruang angkasa oleh Korea Utara.
“Tim ini—Carrier Strike Group One—sudah siap dan kami di sini melakukan operasi keamanan di wilayah tersebut,” kata Sardiello.
“Ini adalah simbol kuat dari tekad kami sebagai Angkatan Laut AS untuk berkomitmen terhadap penggunaan maritim bersama secara bebas dan terbuka dalam menghadapi paksaan atau agresi—kami tidak akan ke mana-mana," ujarnya, seperti dikutip Nikkei Asia, Rabu (20/12/2023).
tulis komentar anda