Soal Dalang Ledakan Beirut, Hajriyanto: Tunggu Hasil Investigasi Lebanon
Rabu, 05 Agustus 2020 - 22:44 WIB
JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Lebanon , Hajriyanto Y Thohari mengatakan, ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut berpotensi mengundang banyak spekulasi terkait siapa yang harus bertanggung jawab atas insiden tersebut. Karenanya, ia pun menghimbau agar semua pihak menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh pemerintah Lebanon.
"Yang perlu kita dengarkan dan perlu kita tunggu adalah hasil investigasi dari pemerintah Lebanon," kata Hajriyanto kepada Sindonews, Rabu (5/8/2020).
Hajriyanto menuturkan bahwa peristiwa ledakan dahsyat Lebanon berpotensi menimbulkan spekulasi karena keberadaan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di kawasan pelabuhan Beirut yang bahkan beberapa pejabat tinggi negara pun tidak tahu.(Baca: PM Lebanon Sebut 2.750 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Beirut )
"Bahkan Presiden Michel Aoun menyatakan kekagetannya," ujar Hajriyanto.
Karena itu, sambung Hajriyanto, ledakan tersebut berpotensi mengundang banyak spekulasi termasuk serangan dari luar, kesengajaan, atau sebuah sabotase. Terlebih lagi, banyak pengamat politik internasional yang menyebut Lebanon sebagai wilayah perang proksi di mana berbagai kepentingan politik negara-negara besar di dunia menanamkan pengaruhnya pada kekuatan-kekuatan yang ada di dalam negeri negara itu.(Baca: Trump Sebut Ledakan Beirut Serangan Bom, Inggris: Terlalu Dini Berspekulasi )
"Sampai hari ini tidak ada informasi resmi yang mengindikasikan adanya tindak kesengajaan atas ledakan itu, masih pada tataran adanya keamanan yang tidak baik terutama pengamanan terhadap barang yang mudah meledak," tutur Hajriyanto.
"Presiden dan Perdana Menteri Lebanon telah membuat pernyataan bahwa akan mengusut tuntas siapa penanggung jawab dari adanya timbunan amonium nitrat tersebut dan akan membawanya ke pengadilan. Nah kita tunggu itu," tandasnya.(Baca: PM Lebanon Memohon Bantuan Internasional Pasca Ledakan Beirut )
"Yang perlu kita dengarkan dan perlu kita tunggu adalah hasil investigasi dari pemerintah Lebanon," kata Hajriyanto kepada Sindonews, Rabu (5/8/2020).
Hajriyanto menuturkan bahwa peristiwa ledakan dahsyat Lebanon berpotensi menimbulkan spekulasi karena keberadaan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di kawasan pelabuhan Beirut yang bahkan beberapa pejabat tinggi negara pun tidak tahu.(Baca: PM Lebanon Sebut 2.750 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Beirut )
"Bahkan Presiden Michel Aoun menyatakan kekagetannya," ujar Hajriyanto.
Karena itu, sambung Hajriyanto, ledakan tersebut berpotensi mengundang banyak spekulasi termasuk serangan dari luar, kesengajaan, atau sebuah sabotase. Terlebih lagi, banyak pengamat politik internasional yang menyebut Lebanon sebagai wilayah perang proksi di mana berbagai kepentingan politik negara-negara besar di dunia menanamkan pengaruhnya pada kekuatan-kekuatan yang ada di dalam negeri negara itu.(Baca: Trump Sebut Ledakan Beirut Serangan Bom, Inggris: Terlalu Dini Berspekulasi )
"Sampai hari ini tidak ada informasi resmi yang mengindikasikan adanya tindak kesengajaan atas ledakan itu, masih pada tataran adanya keamanan yang tidak baik terutama pengamanan terhadap barang yang mudah meledak," tutur Hajriyanto.
"Presiden dan Perdana Menteri Lebanon telah membuat pernyataan bahwa akan mengusut tuntas siapa penanggung jawab dari adanya timbunan amonium nitrat tersebut dan akan membawanya ke pengadilan. Nah kita tunggu itu," tandasnya.(Baca: PM Lebanon Memohon Bantuan Internasional Pasca Ledakan Beirut )
(ber)
tulis komentar anda