Gaza Dilanda Pemadaman Informasi Total, Israel Perluas Serangan Sangat Kejam
Minggu, 29 Oktober 2023 - 01:30 WIB
JALUR GAZA - Layanan internet dan telepon seluler berhenti berfungsi di Gaza sejak Jumat malam (27/10/2023), setelah Israel “memperluas” operasi militernya melawan Hamas di daerah kantong Palestina.
Penyedia telekomunikasi terbesar di Gaza, Paltel, telah mengumumkan “putusnya seluruh layanan komunikasi dan Internet” karena meningkatnya serangan Israel.
“Pemboman hebat dalam satu jam terakhir menyebabkan hancurnya seluruh rute internasional yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar,” ungkap perusahaan itu.
Netblocks, perusahaan yang melacak konektivitas internet secara global, mengkonfirmasi pemadaman informasi tersebut, dan menyebutnya sebagai, “Gangguan terbesar terhadap konektivitas internet di Gaza sejak awal konflik dan akan dianggap banyak orang sebagai pemadaman internet total atau hampir total.”
Outlet media internasional, termasuk RT, sebagian kehilangan kontak dengan kru dan stringer mereka di lapangan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kepada organisasi berita bahwa Israel “tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” menurut surat yang dikirim ke Reuters dan AFP.
Ketua RT Arab, Maya Manna, mengatakan tidak ada kontak dengan koresponden dan fotografer yang beroperasi di daerah kantong Palestina hingga Jumat malam.
Satu-satunya pesan datang dari seorang anggota RT di daerah tersebut, yang menggambarkan, “Pengeboman yang sangat kejam.”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap anak-anak dan keluarga saya. Semua orang takut, semua orang ketakutan, dan ada teriakan di mana-mana di Jalur Gaza,” ujar Masoud Abu Jarash, reporter lokal, mengatakan kepada RT.
Menurut anggota kru NBC News, yang juga mengirim pesan kepada rekan-rekannya, “Semua internet, listrik, dan segalanya” telah terputus.
“Situasi yang kita hadapi saat ini sulit, sangat sulit dan sangat berbahaya. Kami diserang secara besar-besaran dengan artileri dan udara,” ujar staf yang tidak disebutkan namanya itu.
Badan anak-anak PBB juga kehilangan kontak dengan rekan-rekan mereka di Gaza.
Ketua UNICEF Catherine Russel mengatakan dia “sangat khawatir dengan keselamatan mereka dan satu malam lagi kengerian yang tak terkatakan yang menimpa 1 juta anak di Gaza.”
Badan amal kesehatan internasional Doctors Without Borders (MSF) mengatakan tidak ada kontak dengan beberapa rekan mereka dari Palestina.
“Kami sangat khawatir terhadap para pasien, staf medis dan ribuan keluarga yang berlindung di rumah sakit Al Shifa dan fasilitas kesehatan lainnya,” papar MSF, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi di salah satu pusat kesehatan terbesar di Gaza.
Israel menuduh Hamas mengubah rumah sakit menjadi “markas teror mereka,” merujuk secara khusus pada Al Shifa, dan bahkan menerbitkan “video ilustratif” yang katanya menunjukkan “lokasi berbeda di dalam dan di bawah rumah sakit yang digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan teroris.”
“Dengan memutus komunikasi dari Gaza, Israel berusaha menutupi kejahatan pendudukan tanpa pengawasan atau akuntabilitas, dan mencoba menciptakan citra kemenangan,” ungkap pejabat senior Hamas Osama Hamdan kepada Al Jazeera.
Penyedia telekomunikasi terbesar di Gaza, Paltel, telah mengumumkan “putusnya seluruh layanan komunikasi dan Internet” karena meningkatnya serangan Israel.
“Pemboman hebat dalam satu jam terakhir menyebabkan hancurnya seluruh rute internasional yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar,” ungkap perusahaan itu.
Netblocks, perusahaan yang melacak konektivitas internet secara global, mengkonfirmasi pemadaman informasi tersebut, dan menyebutnya sebagai, “Gangguan terbesar terhadap konektivitas internet di Gaza sejak awal konflik dan akan dianggap banyak orang sebagai pemadaman internet total atau hampir total.”
Outlet media internasional, termasuk RT, sebagian kehilangan kontak dengan kru dan stringer mereka di lapangan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kepada organisasi berita bahwa Israel “tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” menurut surat yang dikirim ke Reuters dan AFP.
Ketua RT Arab, Maya Manna, mengatakan tidak ada kontak dengan koresponden dan fotografer yang beroperasi di daerah kantong Palestina hingga Jumat malam.
Satu-satunya pesan datang dari seorang anggota RT di daerah tersebut, yang menggambarkan, “Pengeboman yang sangat kejam.”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap anak-anak dan keluarga saya. Semua orang takut, semua orang ketakutan, dan ada teriakan di mana-mana di Jalur Gaza,” ujar Masoud Abu Jarash, reporter lokal, mengatakan kepada RT.
Menurut anggota kru NBC News, yang juga mengirim pesan kepada rekan-rekannya, “Semua internet, listrik, dan segalanya” telah terputus.
“Situasi yang kita hadapi saat ini sulit, sangat sulit dan sangat berbahaya. Kami diserang secara besar-besaran dengan artileri dan udara,” ujar staf yang tidak disebutkan namanya itu.
Badan anak-anak PBB juga kehilangan kontak dengan rekan-rekan mereka di Gaza.
Ketua UNICEF Catherine Russel mengatakan dia “sangat khawatir dengan keselamatan mereka dan satu malam lagi kengerian yang tak terkatakan yang menimpa 1 juta anak di Gaza.”
Badan amal kesehatan internasional Doctors Without Borders (MSF) mengatakan tidak ada kontak dengan beberapa rekan mereka dari Palestina.
“Kami sangat khawatir terhadap para pasien, staf medis dan ribuan keluarga yang berlindung di rumah sakit Al Shifa dan fasilitas kesehatan lainnya,” papar MSF, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi di salah satu pusat kesehatan terbesar di Gaza.
Israel menuduh Hamas mengubah rumah sakit menjadi “markas teror mereka,” merujuk secara khusus pada Al Shifa, dan bahkan menerbitkan “video ilustratif” yang katanya menunjukkan “lokasi berbeda di dalam dan di bawah rumah sakit yang digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan teroris.”
“Dengan memutus komunikasi dari Gaza, Israel berusaha menutupi kejahatan pendudukan tanpa pengawasan atau akuntabilitas, dan mencoba menciptakan citra kemenangan,” ungkap pejabat senior Hamas Osama Hamdan kepada Al Jazeera.
(sya)
tulis komentar anda