Kekuatan Militer Iran dan Hamas jika Berkoalisi, Siap Gempur Israel dari Berbagai Penjuru
Senin, 23 Oktober 2023 - 17:44 WIB
GAZA - Militer Iran dan Hamas jika berkoalisi akan menjadikan kekuatan militer yang tidak pernah disangka Israel sebelumnya.
Terlebih, serangan Hamas yang diluncurkan ke Israel beberapa waktu lalu merupakan yang terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan siapa pihak yang membantu Hamas dalam serangan tersebut.
Iran adalah salah satu nama yang muncul dibalik dugaan ini, pasalnya Iran dikenal sebagai pendukung lama Hamas. Terlepas dari itu, Iran memang dikenal sebagai negara timur tengah dengan kekuatan militer paling kuat.
Lantas bagaimana jika kekuatan Iran dan Hamas jika berkoalisi? akankah hal ini membuat Israel semakin tersudutkan? berikut ulasannya:
Kekuatan militer Iran mencakup pasukan darat, angkatan laut, angkatan udara, serta pasukan paramiliter seperti Pasukan Revolusioner Islam. Iran juga memiliki kemampuan nuklir yang selama beberapa tahun menjadi perhatian dunia.
Potensi militer Iran terletak pada kemampuan mereka untuk mengancam wilayah regional, khususnya negara-negara Arab di sekitarnya, seperti Arab Saudi dan Israel.
Iran memiliki kebijakan luar negeri yang ambisius dan telah mendukung kelompok-kelompok militan di wilayah ini.
Jika dilihat dari kekuatannya, Iran memiliki jumlah personel militer aktif sebanyak 575.000 pasukan yang terdiri dari tiga angkatan yakni laut, udara dan darat.
Kemudian Iran juga memiliki kekuatan militer udara yang cukup mumpuni, jumlah pesawat tempur yang dimiliki Iran mencapai 196 unit dan jumlah helikopter tempur mencapai 12 unit.
Sedangkan di angkatan darat, Iran memiliki sebanyak 4,071 unit tank dengan jumlah artillery yang mencapai ribuan. Kemudian di sektor laut, militer Iran juga didukung 19 kapal selam, kapal Fregat 7 unit.
Kemudian Hamas adalah kelompok militan yang berbasis di Jalur Gaza dan berjuang untuk hak dan kemerdekaan Palestina.
Meskipun Hamas adalah kelompok militan yang relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara, mereka memiliki kekuatan dalam konteks konflik Israel-Palestina.
Hamas memiliki kemampuan rudal yang dapat mencapai wilayah Israel, dan mereka memiliki pasukan tempur yang berkomitmen.
Dilansir dari Reuters, saat ini Hamas bukan lagi organisasi kecil yang 36 tahun lalu memprotes pendudukan Israel. Hamas terus membangun kekuatan yang bisa disebut sebagai “tentara mini”.
Petinggi Hamas mengatakan kelompok tersebut memiliki akademi militer yang melatih berbagai spesialisasi termasuk keamanan siber, dan memiliki unit komando angkatan laut di antara sayap militernya yang berkekuatan 40.000 orang.
Sebaliknya, pada tahun 1990an Hamas memiliki kurang dari 10.000 pejuang, menurut situs globalsecurity.org.
Sejak awal tahun 2000-an, kelompok tersebut telah konstruksi jaringan terowongan di bawah Gaza untuk membantu para pejuang keluar dari wilayah tersebut, mendirikan fasilitas produksi senjata, dan mengimpor senjata dari luar negeri.
Hal ini berdasarkan informasi dari sumber keamanan regional yang tidak ingin disebutkan namanya. Kelompok tersebut telah mengakuisisi sejumlah bom, mortir, roket, rudal anti-tank, dan rudal anti-pesawat, menurut pejabat-pejabat Hamas.
Peningkatan kemampuan ini telah menghasilkan konsekuensi yang semakin fatal selama bertahun-tahun.
Israel mengalami kerugian sembilan tentara selama serangan tahun 2008, dan pada tahun 2014, jumlah tersebut meningkat menjadi 66 orang.
Setelah konflik terbaru di Gaza pada tahun 2021, Hamas dan kelompok yang terafiliasi dengannya yang dikenal sebagai Jihad Islam Palestina berhasil menjaga sekitar 40% dari persediaan rudal mereka, yang merupakan target utama Israel.
Menurut Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika yang berbasis di AS, mereka berhasil menyimpan sekitar 11.750 rudal, dibandingkan dengan 23.000 rudal sebelum konflik tersebut.
Dalam serangan tanggal 7 Oktober, yang merupakan pelanggaran terburuk dalam pertahanan Israel dalam 50 tahun terakhir, Hamas menembakkan lebih dari 2.500 roket dan menewaskan 1.300 orang dan menyandera puluhan orang.
Jika dilihat dari kekuatan keduanya, masing - masing memiliki kekuatan militer yang cukup untuk membuat Israel kewalahan. Terlebih keduanya sama - sama memang memiliki ketegangan dengan Israel.
Terlebih, serangan Hamas yang diluncurkan ke Israel beberapa waktu lalu merupakan yang terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan siapa pihak yang membantu Hamas dalam serangan tersebut.
Iran adalah salah satu nama yang muncul dibalik dugaan ini, pasalnya Iran dikenal sebagai pendukung lama Hamas. Terlepas dari itu, Iran memang dikenal sebagai negara timur tengah dengan kekuatan militer paling kuat.
Lantas bagaimana jika kekuatan Iran dan Hamas jika berkoalisi? akankah hal ini membuat Israel semakin tersudutkan? berikut ulasannya:
Kekuatan Militer Iran dan Hamas Jika Berkoalisi
Iran adalah salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di Timur Tengah. Negara ini memiliki jumlah personel yang signifikan, berbagai peralatan militer canggih, dan kemampuan rudal yang kuat.Kekuatan militer Iran mencakup pasukan darat, angkatan laut, angkatan udara, serta pasukan paramiliter seperti Pasukan Revolusioner Islam. Iran juga memiliki kemampuan nuklir yang selama beberapa tahun menjadi perhatian dunia.
Potensi militer Iran terletak pada kemampuan mereka untuk mengancam wilayah regional, khususnya negara-negara Arab di sekitarnya, seperti Arab Saudi dan Israel.
Iran memiliki kebijakan luar negeri yang ambisius dan telah mendukung kelompok-kelompok militan di wilayah ini.
Jika dilihat dari kekuatannya, Iran memiliki jumlah personel militer aktif sebanyak 575.000 pasukan yang terdiri dari tiga angkatan yakni laut, udara dan darat.
Kemudian Iran juga memiliki kekuatan militer udara yang cukup mumpuni, jumlah pesawat tempur yang dimiliki Iran mencapai 196 unit dan jumlah helikopter tempur mencapai 12 unit.
Sedangkan di angkatan darat, Iran memiliki sebanyak 4,071 unit tank dengan jumlah artillery yang mencapai ribuan. Kemudian di sektor laut, militer Iran juga didukung 19 kapal selam, kapal Fregat 7 unit.
Kemudian Hamas adalah kelompok militan yang berbasis di Jalur Gaza dan berjuang untuk hak dan kemerdekaan Palestina.
Meskipun Hamas adalah kelompok militan yang relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara, mereka memiliki kekuatan dalam konteks konflik Israel-Palestina.
Hamas memiliki kemampuan rudal yang dapat mencapai wilayah Israel, dan mereka memiliki pasukan tempur yang berkomitmen.
Dilansir dari Reuters, saat ini Hamas bukan lagi organisasi kecil yang 36 tahun lalu memprotes pendudukan Israel. Hamas terus membangun kekuatan yang bisa disebut sebagai “tentara mini”.
Petinggi Hamas mengatakan kelompok tersebut memiliki akademi militer yang melatih berbagai spesialisasi termasuk keamanan siber, dan memiliki unit komando angkatan laut di antara sayap militernya yang berkekuatan 40.000 orang.
Sebaliknya, pada tahun 1990an Hamas memiliki kurang dari 10.000 pejuang, menurut situs globalsecurity.org.
Sejak awal tahun 2000-an, kelompok tersebut telah konstruksi jaringan terowongan di bawah Gaza untuk membantu para pejuang keluar dari wilayah tersebut, mendirikan fasilitas produksi senjata, dan mengimpor senjata dari luar negeri.
Hal ini berdasarkan informasi dari sumber keamanan regional yang tidak ingin disebutkan namanya. Kelompok tersebut telah mengakuisisi sejumlah bom, mortir, roket, rudal anti-tank, dan rudal anti-pesawat, menurut pejabat-pejabat Hamas.
Peningkatan kemampuan ini telah menghasilkan konsekuensi yang semakin fatal selama bertahun-tahun.
Israel mengalami kerugian sembilan tentara selama serangan tahun 2008, dan pada tahun 2014, jumlah tersebut meningkat menjadi 66 orang.
Setelah konflik terbaru di Gaza pada tahun 2021, Hamas dan kelompok yang terafiliasi dengannya yang dikenal sebagai Jihad Islam Palestina berhasil menjaga sekitar 40% dari persediaan rudal mereka, yang merupakan target utama Israel.
Menurut Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika yang berbasis di AS, mereka berhasil menyimpan sekitar 11.750 rudal, dibandingkan dengan 23.000 rudal sebelum konflik tersebut.
Dalam serangan tanggal 7 Oktober, yang merupakan pelanggaran terburuk dalam pertahanan Israel dalam 50 tahun terakhir, Hamas menembakkan lebih dari 2.500 roket dan menewaskan 1.300 orang dan menyandera puluhan orang.
Jika dilihat dari kekuatan keduanya, masing - masing memiliki kekuatan militer yang cukup untuk membuat Israel kewalahan. Terlebih keduanya sama - sama memang memiliki ketegangan dengan Israel.
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda