PM Lebanon Sebut 2.750 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Beirut
Rabu, 05 Agustus 2020 - 08:22 WIB
BEIRUT - Perdana Menteri (PM) Lebanon Hassan Diab mengatakan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut menjadi penyebab ledakan mengerikan Selasa malam. Data sementara 73 orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka.
Sebagian besar area di Beirut, Ibu Kota Lebanon, hancur. Hari ini, Rabu (5/8/2020), pemerintah Lebanon menyatakan sebagai hari berkabung nasional. (Baca: Ledakan Beirut Membunuh 73 Orang, Trump: Itu Serangan Bom )
"Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa mengambil langkah-langkah pencegahan," katanya dalam pertemuan dewan pertahanan, yang disampaikan seorang juru bicaranya pada konferensi pers, Rabu (5/8/2020) dini hari.
"Itu tidak bisa diterima dan kita tidak bisa diam tentang masalah ini," katanya lagi, seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump menyebut ledakan di Beirut adalah serangan bom. Keyakinannya itu berdasarkan analisis para petinggi militer Amerika. (Baca: Bak Kiamat, Ledakan di Beirut Tewaskan 10 Orang dan Ratusan Terluka )
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia mengirim simpati terdalam Amerika kepada rakyat Lebanon setelah ledakan di Pelabuhan Beirut. "Doa kami ditujukan kepada semua korban dan keluarga mereka," kata Trump.
"AS siap membantu. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat Lebanon dan kami akan berada di sana untuk membantu," katanya lagi.
"Sepertinya itu serangan yang mengerikan," ujarnya, ktika seorang jurnalis meminta klarifikasi atas pernyataannya. Trump kemudian berkata, "itu semacam bom." (Baca juga: Israel dan Lebanon Saling Bantah Jadi Biang Ledakan Beirut )
"Itu akan terlihat seperti (serangan) yang didasarkan pada ledakan. Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasakan itu. Ini bukan semacam peristiwa ledakan manufaktur. Ini sepertinya (serangan), menurut mereka, mereka akan tahu lebih baik daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan," paparnya.
Sebagian besar area di Beirut, Ibu Kota Lebanon, hancur. Hari ini, Rabu (5/8/2020), pemerintah Lebanon menyatakan sebagai hari berkabung nasional. (Baca: Ledakan Beirut Membunuh 73 Orang, Trump: Itu Serangan Bom )
"Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa mengambil langkah-langkah pencegahan," katanya dalam pertemuan dewan pertahanan, yang disampaikan seorang juru bicaranya pada konferensi pers, Rabu (5/8/2020) dini hari.
"Itu tidak bisa diterima dan kita tidak bisa diam tentang masalah ini," katanya lagi, seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump menyebut ledakan di Beirut adalah serangan bom. Keyakinannya itu berdasarkan analisis para petinggi militer Amerika. (Baca: Bak Kiamat, Ledakan di Beirut Tewaskan 10 Orang dan Ratusan Terluka )
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia mengirim simpati terdalam Amerika kepada rakyat Lebanon setelah ledakan di Pelabuhan Beirut. "Doa kami ditujukan kepada semua korban dan keluarga mereka," kata Trump.
"AS siap membantu. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat Lebanon dan kami akan berada di sana untuk membantu," katanya lagi.
"Sepertinya itu serangan yang mengerikan," ujarnya, ktika seorang jurnalis meminta klarifikasi atas pernyataannya. Trump kemudian berkata, "itu semacam bom." (Baca juga: Israel dan Lebanon Saling Bantah Jadi Biang Ledakan Beirut )
"Itu akan terlihat seperti (serangan) yang didasarkan pada ledakan. Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasakan itu. Ini bukan semacam peristiwa ledakan manufaktur. Ini sepertinya (serangan), menurut mereka, mereka akan tahu lebih baik daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan," paparnya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda