Israel vs Hamas: Ketika Negara Bersenjata Nuklir dan F-35 Dipecundangi Milisi Gerilya
Selasa, 10 Oktober 2023 - 13:16 WIB
TEL AVIV - Militer Israel terkejut dengan Operasi Badai al-Aqsa yang diluncurkan Hamas sejak Sabtu lalu. Negara bersenjata nuklir dan jet tempur siluman F-35 ini menanggung kematian terbesar dalam sejarahnya, yakni lebih dari 800 orang tewas.
Operasi Badai al-Aqsa, serangan besar-besaran, mendadak, dan cepat gagal dicegah Mossad—badan intelijen Israel yang melegenda.
Serangan Hamas itu dimulai dengan tembakan ribuan roket dalam hitungan menit, yang sebagian besar gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel. Banyak bangunan dan instalasi militer hancur.
Sesaat kemudian, ratusan milisi Hamas sukses menjebol pertahanan militer Zionis. Mereka memasuki kota-kota di Israel selatan, mengumbar tembakan, dan menculik ratusan orang—tentara dan warga sipil.
Para pejabat Israel menggambarkan Operasi Badai al-Aqsa Hamas sebagai serangan terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada pula yang membandingkannya dengan serangan 11 September 2001 atau 9/11 di New York, Amerika Serikat.
Israel sejatinya mempunyai kekuatan militer yang lebih mumpuni dan modern, tapi telah dipecundangi Hamas yang mengandalkan roket dan gerilya.
Pakar militer Barat, Michael Clarke, mengatakan kepada Sky News bahwa militer Israel dilengkapi sejumlah besar tank dan kendaraan lapis baja—membuat “perbedaan nyata” ketika melintasi perbatasan ke wilayah lain di dekatnya.
Militer Zionis memiliki tank Merkava mirip dengan tank tempur Leopard 2 Jerman yang terkenal penggunaannya di Ukraina.
Dirancang dan sebagian besar diproduksi di Israel, tank ini memiliki lapis baja depan yang berat untuk memberikan perlindungan maksimal bagi empat awaknya dan dipersenjatai dengan meriam utama 120mm serta persenjataan sekunder.
Dalam hal kekuatan udara, militer Zionis menggunakan jet tempur Kfir miliknya sendiri—pesawat tempur multiperan yang didasarkan pada pesawat Mirage buatan Prancis.
Mereka juga memiliki sejumlah jet tempur siluman F-35 Lightning II yang diperoleh dari AS—satu-satunya negara di Timur Tengah yang mengoperasikan jet tempur generasi kelima tersebut.
"Militer Israel pada umumnya berteknologi tinggi dan sangat inovatif," kata Profesor Clarke, menambahkan bahwa mereka juga sering menggunakan teknologi drone.
Bahkan, kata Clarke, Israel memiliki senjata nuklir. “Mereka pasti memilikinya, 100%," ujarnya.
“Tidak ada orang Israel yang akan mengonfirmasi atau menyangkal.”
Clarke mengatakan doktrin militer Israel menjelaskan penggunaan senjata nuklir sebagai "pencegahan terakhir" dalam situasi di mana keberadaan negara Israel dianggap terancam oleh kekuatan asing.
“Mereka belum punya rencana untuk menggunakannya di Gaza...jaraknya terlalu dekat," katanya.
Hamas adalah salah satu organisasi gerilya dengan persenjataan yang perlahan terus berkembang.
Menurut Clarke, mereka tidak memiliki jenis kendaraan lapis baja yang sama dengan Israel karena berbagai alasan, termasuk bahwa mereka akan menjadi target serangan Israel.
“Mereka beroperasi dari kendaraan utilitas seperti Land Rover Discovery dan memasang senjata di belakang, seperti senapan mesin berat kaliber 30," ujarnya.
Ini bisa sangat mobile dan telah digunakan untuk menimbulkan dampak yang menghancurkan.
Meskipun Israel memiliki sistem pertahanan udara Iron Dome yang tangguh, Hamas mampu membanjiri Israel dengan sejumlah roket seperti yang mereka lakukan dalam beberapa hari terakhir.
Roket-roket tersebut menggunakan versi berbeda dari rudal balistik permukaan-ke-permukaan Fateh-110 buatan Iran yang dapat terbang di ketinggian rendah dan dapat membawa hulu ledak dengan berat hingga 500kg.
Hamas juga memiliki rudal anti-tank yang mirip dengan rudal Stinger milik Amerika Serikat.
“Hamas mempunyai perlengkapan yang sangat baik dalam hal-hal tertentu dan mereka dilatih untuk menggunakannya,” kata Profesor Clarke.
Ketika ditanya berapa banyak pejuang yang dimiliki Hamas, Clarke mengatakan mereka sebelumnya diperkirakan memiliki sekitar 10.000 pejuang."Ketika terjadi kekerasan, mereka dapat memobilisasi banyak orang," ujarnya.
“Jadi jumlah mereka bisa bertambah dari 10.000 orang yang berkomitmen pada Hamas menjadi 40.000, 50.000 orang,” imbuh dia.
Operasi Badai al-Aqsa, serangan besar-besaran, mendadak, dan cepat gagal dicegah Mossad—badan intelijen Israel yang melegenda.
Serangan Hamas itu dimulai dengan tembakan ribuan roket dalam hitungan menit, yang sebagian besar gagal dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel. Banyak bangunan dan instalasi militer hancur.
Sesaat kemudian, ratusan milisi Hamas sukses menjebol pertahanan militer Zionis. Mereka memasuki kota-kota di Israel selatan, mengumbar tembakan, dan menculik ratusan orang—tentara dan warga sipil.
Baca Juga
Para pejabat Israel menggambarkan Operasi Badai al-Aqsa Hamas sebagai serangan terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada pula yang membandingkannya dengan serangan 11 September 2001 atau 9/11 di New York, Amerika Serikat.
Israel sejatinya mempunyai kekuatan militer yang lebih mumpuni dan modern, tapi telah dipecundangi Hamas yang mengandalkan roket dan gerilya.
Senjata Militer yang Dimiliki Israel
Pakar militer Barat, Michael Clarke, mengatakan kepada Sky News bahwa militer Israel dilengkapi sejumlah besar tank dan kendaraan lapis baja—membuat “perbedaan nyata” ketika melintasi perbatasan ke wilayah lain di dekatnya.
Militer Zionis memiliki tank Merkava mirip dengan tank tempur Leopard 2 Jerman yang terkenal penggunaannya di Ukraina.
Dirancang dan sebagian besar diproduksi di Israel, tank ini memiliki lapis baja depan yang berat untuk memberikan perlindungan maksimal bagi empat awaknya dan dipersenjatai dengan meriam utama 120mm serta persenjataan sekunder.
Dalam hal kekuatan udara, militer Zionis menggunakan jet tempur Kfir miliknya sendiri—pesawat tempur multiperan yang didasarkan pada pesawat Mirage buatan Prancis.
Mereka juga memiliki sejumlah jet tempur siluman F-35 Lightning II yang diperoleh dari AS—satu-satunya negara di Timur Tengah yang mengoperasikan jet tempur generasi kelima tersebut.
"Militer Israel pada umumnya berteknologi tinggi dan sangat inovatif," kata Profesor Clarke, menambahkan bahwa mereka juga sering menggunakan teknologi drone.
Bahkan, kata Clarke, Israel memiliki senjata nuklir. “Mereka pasti memilikinya, 100%," ujarnya.
“Tidak ada orang Israel yang akan mengonfirmasi atau menyangkal.”
Clarke mengatakan doktrin militer Israel menjelaskan penggunaan senjata nuklir sebagai "pencegahan terakhir" dalam situasi di mana keberadaan negara Israel dianggap terancam oleh kekuatan asing.
“Mereka belum punya rencana untuk menggunakannya di Gaza...jaraknya terlalu dekat," katanya.
Bagaimana dengan Hamas?
Hamas adalah salah satu organisasi gerilya dengan persenjataan yang perlahan terus berkembang.
Menurut Clarke, mereka tidak memiliki jenis kendaraan lapis baja yang sama dengan Israel karena berbagai alasan, termasuk bahwa mereka akan menjadi target serangan Israel.
“Mereka beroperasi dari kendaraan utilitas seperti Land Rover Discovery dan memasang senjata di belakang, seperti senapan mesin berat kaliber 30," ujarnya.
Ini bisa sangat mobile dan telah digunakan untuk menimbulkan dampak yang menghancurkan.
Meskipun Israel memiliki sistem pertahanan udara Iron Dome yang tangguh, Hamas mampu membanjiri Israel dengan sejumlah roket seperti yang mereka lakukan dalam beberapa hari terakhir.
Roket-roket tersebut menggunakan versi berbeda dari rudal balistik permukaan-ke-permukaan Fateh-110 buatan Iran yang dapat terbang di ketinggian rendah dan dapat membawa hulu ledak dengan berat hingga 500kg.
Hamas juga memiliki rudal anti-tank yang mirip dengan rudal Stinger milik Amerika Serikat.
“Hamas mempunyai perlengkapan yang sangat baik dalam hal-hal tertentu dan mereka dilatih untuk menggunakannya,” kata Profesor Clarke.
Ketika ditanya berapa banyak pejuang yang dimiliki Hamas, Clarke mengatakan mereka sebelumnya diperkirakan memiliki sekitar 10.000 pejuang."Ketika terjadi kekerasan, mereka dapat memobilisasi banyak orang," ujarnya.
“Jadi jumlah mereka bisa bertambah dari 10.000 orang yang berkomitmen pada Hamas menjadi 40.000, 50.000 orang,” imbuh dia.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda