Mengenal Hamas dan Sejarah Berdirinya, Organisasi Politik dan Militer Palestina
Senin, 09 Oktober 2023 - 22:01 WIB
GAZA - Baru-baru ini, Hamas meluncurkan sejumlah serangan roket hebat ke wilayah Israel. Serangan besar-besaran tersebut diberi nama Operasi Badai al-Aqsa dan telah menewaskan lebih dari 700 orang di Israel, serta 100 orang lainnya diculik.
Akibat serangan tersebut banyak di antara militer dunia yang heran atas kekuatan dan kemampuan dari Hamas itu.
Lantas, siapa itu Hamas dan kapan berdiri menjadi organisasi militer besar? Berikut ulasannya.
Hamas atau Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah adalah sebuah organisasi politik dan militer yang berbasis di Jalur Gaza dan Tepi Barat, yang merupakan wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel. Organisasi ini dibentuk untuk menegakkan kedaulatan negara Palestina.
Dikutip dari laman Dni.gov, organisasi ini didirikan pada tahun 1987 sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam yang berpusat di Mesir.
Hamas muncul sebagai salah satu kelompok yang memimpin Intifada Pertama, yaitu pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.
Dalam sejarahnya, Hamas pernah menolak upaya pendekatan sekuler yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang menginginkan solusi dua negara dengan Israel.
Hamas menganggap Palestina adalah tanah air Islam yang tidak boleh diserahkan kepada non-Muslim.
Hamas sendiri mulai terlibat dalam kontestasi politik Palestina sejak tahun 1996, ketika mereka ikut serta dalam pemilihan umum untuk Dewan Legislatif Palestina.
Pada tahun 2006, Hamas berhasil memenangkan mayoritas kursi dalam pemilu tersebut, mengalahkan Fatah, partai utama dalam PLO.
Meski begitu, kemenangan ini tidak diakui oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sebagian besar negara dunia, yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Hal ini menyebabkan krisis politik dan ekonomi di wilayah Palestina.
Pada tahun 2007, konflik antara Hamas dan Fatah memuncak menjadi perang saudara di Jalur Gaza. Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas.
Sejak saat itu, Jalur Gaza menjadi terisolasi dari dunia luar dan mengalami blokade dari Israel dan Mesir. Sementara itu, Fatah tetap mengendalikan Tepi Barat dan mendapat dukungan dari komunitas internasional.
Terbaru pada bulan Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan skala besar ke wilayah Israel dengan menggunakan roket-roket buatan sendiri.
Serangan ini merupakan balasan atas aksi Israel yang menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Serangan Hamas ke Israel telah menewaskan lebih dari 700 orang dari pihak Israel dan melukai ribuan lainnya. Serangan ini juga telah merusak infrastruktur dan properti di berbagai kota Israel.
Israel pun membalas serangan ini dengan membombardir Jalur Gaza dengan jet-jet tempur dan artileri. Bom-bom Israel telah menghancurkan gedung-gedung tinggi dan lingkungan sipil di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 500 orang dari pihak Palestina.
Serangan terbaru antara Hamas dan Israel itu telah menunjukkan betapa sulitnya mencapai perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Namun, di tengah kekerasan dan penderitaan yang terjadi, masih ada harapan bahwa suatu hari nanti, rakyat Palestina dan Israel dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.
Akibat serangan tersebut banyak di antara militer dunia yang heran atas kekuatan dan kemampuan dari Hamas itu.
Lantas, siapa itu Hamas dan kapan berdiri menjadi organisasi militer besar? Berikut ulasannya.
Mengenal Hamas dan Sejarah Berdirinya
Hamas atau Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah adalah sebuah organisasi politik dan militer yang berbasis di Jalur Gaza dan Tepi Barat, yang merupakan wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel. Organisasi ini dibentuk untuk menegakkan kedaulatan negara Palestina.
Dikutip dari laman Dni.gov, organisasi ini didirikan pada tahun 1987 sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam yang berpusat di Mesir.
Hamas muncul sebagai salah satu kelompok yang memimpin Intifada Pertama, yaitu pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.
Dalam sejarahnya, Hamas pernah menolak upaya pendekatan sekuler yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang menginginkan solusi dua negara dengan Israel.
Hamas menganggap Palestina adalah tanah air Islam yang tidak boleh diserahkan kepada non-Muslim.
Hamas sendiri mulai terlibat dalam kontestasi politik Palestina sejak tahun 1996, ketika mereka ikut serta dalam pemilihan umum untuk Dewan Legislatif Palestina.
Pada tahun 2006, Hamas berhasil memenangkan mayoritas kursi dalam pemilu tersebut, mengalahkan Fatah, partai utama dalam PLO.
Meski begitu, kemenangan ini tidak diakui oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sebagian besar negara dunia, yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Hal ini menyebabkan krisis politik dan ekonomi di wilayah Palestina.
Pada tahun 2007, konflik antara Hamas dan Fatah memuncak menjadi perang saudara di Jalur Gaza. Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas.
Sejak saat itu, Jalur Gaza menjadi terisolasi dari dunia luar dan mengalami blokade dari Israel dan Mesir. Sementara itu, Fatah tetap mengendalikan Tepi Barat dan mendapat dukungan dari komunitas internasional.
Terbaru pada bulan Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan skala besar ke wilayah Israel dengan menggunakan roket-roket buatan sendiri.
Serangan ini merupakan balasan atas aksi Israel yang menyerbu Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Serangan Hamas ke Israel telah menewaskan lebih dari 700 orang dari pihak Israel dan melukai ribuan lainnya. Serangan ini juga telah merusak infrastruktur dan properti di berbagai kota Israel.
Israel pun membalas serangan ini dengan membombardir Jalur Gaza dengan jet-jet tempur dan artileri. Bom-bom Israel telah menghancurkan gedung-gedung tinggi dan lingkungan sipil di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 500 orang dari pihak Palestina.
Serangan terbaru antara Hamas dan Israel itu telah menunjukkan betapa sulitnya mencapai perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Namun, di tengah kekerasan dan penderitaan yang terjadi, masih ada harapan bahwa suatu hari nanti, rakyat Palestina dan Israel dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda