'Operasi Kompleks' Pulangkan Tentara AS yang Menyeberang ke Korea Utara
Kamis, 28 September 2023 - 00:07 WIB
WASHINGTON - Seorang tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang secara tidak terduga menyeberang ke Korea Utara (Korut) dua bulan lalu kini telah berada dalam tahanan Amerika. Hal itu diungkapkan pejabat senior pemerintahan Biden.
Korut sebelumnya mengatakan akan mengusir Travis King, yang berlari melintasi perbatasan menuju negara tersebut pada tanggal 18 Juli saat melakukan tur sipil di Kawasan Keamanan Bersama, bagian dari zona demiliterisasi yang memisahkan negara itu dan Korea Selatan (Korsel).
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (27/9/2023) pagi waktu setempat bahwa para pejabat AS telah “mengamankan kembalinya” King. Seorang pejabat senior pemerintah mengkonfirmasi bahwa King telah meninggalkan wilayah udara China dan sedang dalam perjalanan menuju pangkalan militer AS yang tidak diketahui lokasinya.
Para pejabat senior pemerintah AS merinci upaya berbulan-bulan untuk mengeluarkan King dari Korea Utara, yang menurut mereka merupakan sebuah "operasi kompleks" yang melibatkan banyak lembaga pemerintah AS dan dua negara eksternal: Swedia, negara mitra, dan China, yang menjalin hubungan dingin dengan Washington.
Para pejabat mengatakan proses tersebut dimulai karena keprihatinan terhadap keselamatan King dan keinginan untuk menyatukan kembali dia dengan keluarganya.
"Setelah King berlari melintasi perbatasan menuju Korut dan kemudian ditahan oleh pihak berwenang di sana, AS mulai terlibat dalam “diplomasi intensif” dan menggunakan berbagai saluran untuk mendesak Korea Utara agar mengizinkannya pergi," kata seorang pejabat seperti dikutip dari Insider, Kamis (28/9/2023).
Para pejabat mengatakan AS mengetahui melalui Swedia, yang pernah membantu menengahi pembicaraan dengan Pyongyang, bahwa Korut ingin membebaskan King awal bulan ini. Pada tanggal yang tidak ditentukan, kata mereka, tentara Amerika tersebut dipindahkan dari Korut dan melintasi perbatasan bersama dengan China, tempat AS menerimanya dan kemudian memulai proses pemindahannya pulang.
“Kompleksitas operasional” dari situasi ini melibatkan beberapa faktor, kata seorang pejabat, termasuk fakta bahwa pemerintah Swedia harus transit ke Korut dan Amerika harus siap menerima King di China. AS tidak memberikan konsesi apa pun kepada Korut sebagai imbalan atas King.
Korut sebelumnya mengatakan akan mengusir Travis King, yang berlari melintasi perbatasan menuju negara tersebut pada tanggal 18 Juli saat melakukan tur sipil di Kawasan Keamanan Bersama, bagian dari zona demiliterisasi yang memisahkan negara itu dan Korea Selatan (Korsel).
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (27/9/2023) pagi waktu setempat bahwa para pejabat AS telah “mengamankan kembalinya” King. Seorang pejabat senior pemerintah mengkonfirmasi bahwa King telah meninggalkan wilayah udara China dan sedang dalam perjalanan menuju pangkalan militer AS yang tidak diketahui lokasinya.
Para pejabat senior pemerintah AS merinci upaya berbulan-bulan untuk mengeluarkan King dari Korea Utara, yang menurut mereka merupakan sebuah "operasi kompleks" yang melibatkan banyak lembaga pemerintah AS dan dua negara eksternal: Swedia, negara mitra, dan China, yang menjalin hubungan dingin dengan Washington.
Para pejabat mengatakan proses tersebut dimulai karena keprihatinan terhadap keselamatan King dan keinginan untuk menyatukan kembali dia dengan keluarganya.
"Setelah King berlari melintasi perbatasan menuju Korut dan kemudian ditahan oleh pihak berwenang di sana, AS mulai terlibat dalam “diplomasi intensif” dan menggunakan berbagai saluran untuk mendesak Korea Utara agar mengizinkannya pergi," kata seorang pejabat seperti dikutip dari Insider, Kamis (28/9/2023).
Para pejabat mengatakan AS mengetahui melalui Swedia, yang pernah membantu menengahi pembicaraan dengan Pyongyang, bahwa Korut ingin membebaskan King awal bulan ini. Pada tanggal yang tidak ditentukan, kata mereka, tentara Amerika tersebut dipindahkan dari Korut dan melintasi perbatasan bersama dengan China, tempat AS menerimanya dan kemudian memulai proses pemindahannya pulang.
“Kompleksitas operasional” dari situasi ini melibatkan beberapa faktor, kata seorang pejabat, termasuk fakta bahwa pemerintah Swedia harus transit ke Korut dan Amerika harus siap menerima King di China. AS tidak memberikan konsesi apa pun kepada Korut sebagai imbalan atas King.
tulis komentar anda