Kontes Unik, Mahasiswa China Ditawari Rp12 Juta untuk Sumbangkan Sperma
Jum'at, 22 September 2023 - 14:58 WIB
BEIJING - Sebuah bank sperma di China mengadakan kontes unik bagi para mahasiswa untuk menemukan siapa yang memiliki kualitas sperma terbaik. Kontes ini digelar di tengah menurunnya angka kelahiran di negara tersebut.
Mengutip laporan South China Morning Post, Jumat (22/9/2023), para kontestan ditawari uang tunai masing-masing 6.100 yuan atau lebih dari Rp12 juta untuk menyumbangkan sperma mereka.
Kontes ini diselenggarakan oleh Henan Provincial Human Sperm Bank (Bank Sperma Manusia Provinsi Henan). Tujuannya untuk menemukan pria dengan jumlah sperma tertinggi dan sperma paling kuat.
Menurut laporan The Straits Times, kontestan memiliki waktu 50 hari untuk memberikan hingga 20 donasi. Mereka juga akan mendapat kompensasi atas biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya transportasi dan jumlah donasi sperma yang diberikan.
Kontestan harus berusia 20-45 tahun dan memiliki tinggi badan minimal 1,65 meter.
Selain itu, mereka tidak boleh perokok, pecandu alkohol, pengguna narkoba, atau memiliki riwayat hubungan seksual sesama jenis maupun pergaulan bebas.
Sampel sperma akan dievaluasi berdasarkan setidaknya empat kriteria, yakni konsentrasi, volume, struktur, dan motilitas sperma, atau seberapa cepat pergerakan sperma.
Kontes ini, yang diumumkan pada 10 September, dilakukan ketika negara tersebut bergulat dengan laporan penurunan jumlah sperma di kalangan pria, yang berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran.
"Karena pencemaran lingkungan dan tekanan kerja, kualitas sperma secara keseluruhan menurun. Hal ini menyebabkan kemandulan pada sejumlah pasangan suami istri, sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Ibarat darah, donor sperma merupakan kegiatan kemanusiaan. Hal ini bisa membawa kabar baik bagi pasangan infertil. Oleh karena itu, kami menyerukan kepada mahasiswa untuk mendonasikan spermanya agar dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat," kata Bank Sperma Provinsi Henan di Weibo.
China telah menghapus kebijakan satu anak yang telah berlaku selama puluhan tahun pada tahun 2015, sehingga semua pasangan dapat memiliki dua anak.
Pihak berwenang menaikkan batas tersebut menjadi tiga pada tahun 2021, namun bahkan selama masa pandemi Covid-19, banyak pasangan yang enggan untuk memiliki bayi.
China kini berusaha keras untuk meningkatkan penurunan jumlah kelahiran baru setelah tingkat kesuburan negara tersebut turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022.
Prihatin dengan hal ini dan populasinya yang menua dengan cepat, Beijing sedang mencoba serangkaian tindakan untuk meningkatkan angka kelahiran.
Namun, kaum muda menyebutkan tingginya biaya perawatan anak dan pendidikan, rendahnya pendapatan, lemahnya jaring pengaman sosial, dan ketidaksetaraan gender sebagai faktor-faktor yang melemahkan semangat mereka.
Mengutip laporan South China Morning Post, Jumat (22/9/2023), para kontestan ditawari uang tunai masing-masing 6.100 yuan atau lebih dari Rp12 juta untuk menyumbangkan sperma mereka.
Kontes ini diselenggarakan oleh Henan Provincial Human Sperm Bank (Bank Sperma Manusia Provinsi Henan). Tujuannya untuk menemukan pria dengan jumlah sperma tertinggi dan sperma paling kuat.
Menurut laporan The Straits Times, kontestan memiliki waktu 50 hari untuk memberikan hingga 20 donasi. Mereka juga akan mendapat kompensasi atas biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya transportasi dan jumlah donasi sperma yang diberikan.
Kontestan harus berusia 20-45 tahun dan memiliki tinggi badan minimal 1,65 meter.
Selain itu, mereka tidak boleh perokok, pecandu alkohol, pengguna narkoba, atau memiliki riwayat hubungan seksual sesama jenis maupun pergaulan bebas.
Sampel sperma akan dievaluasi berdasarkan setidaknya empat kriteria, yakni konsentrasi, volume, struktur, dan motilitas sperma, atau seberapa cepat pergerakan sperma.
Kontes ini, yang diumumkan pada 10 September, dilakukan ketika negara tersebut bergulat dengan laporan penurunan jumlah sperma di kalangan pria, yang berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran.
"Karena pencemaran lingkungan dan tekanan kerja, kualitas sperma secara keseluruhan menurun. Hal ini menyebabkan kemandulan pada sejumlah pasangan suami istri, sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Ibarat darah, donor sperma merupakan kegiatan kemanusiaan. Hal ini bisa membawa kabar baik bagi pasangan infertil. Oleh karena itu, kami menyerukan kepada mahasiswa untuk mendonasikan spermanya agar dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat," kata Bank Sperma Provinsi Henan di Weibo.
China telah menghapus kebijakan satu anak yang telah berlaku selama puluhan tahun pada tahun 2015, sehingga semua pasangan dapat memiliki dua anak.
Pihak berwenang menaikkan batas tersebut menjadi tiga pada tahun 2021, namun bahkan selama masa pandemi Covid-19, banyak pasangan yang enggan untuk memiliki bayi.
China kini berusaha keras untuk meningkatkan penurunan jumlah kelahiran baru setelah tingkat kesuburan negara tersebut turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022.
Prihatin dengan hal ini dan populasinya yang menua dengan cepat, Beijing sedang mencoba serangkaian tindakan untuk meningkatkan angka kelahiran.
Namun, kaum muda menyebutkan tingginya biaya perawatan anak dan pendidikan, rendahnya pendapatan, lemahnya jaring pengaman sosial, dan ketidaksetaraan gender sebagai faktor-faktor yang melemahkan semangat mereka.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda