Armenia: Azerbaijan Lancarkan Agresi Besar-besaran
Rabu, 20 September 2023 - 01:54 WIB
YEREVAN - Kementerian Luar Negeri Armenia menuduh Azerbaijan melancarkan agresi besar-besaran terhadap rakyat Nagorno-Karabakh . Pernyataan itu muncul setelah Baku mengumumkan langkah-langkah kontra-terorisme lokal di wilayah yang disengketakan.
Armenia mengutuk rivalnya atas perkembangan terbaru dan “kejahatan massal” yang diklaim dilakukan Azerbaijan selama permusuhan tiga tahun lalu. Pernyataan Kementerian Luar Negeri mencatat eskalasi di kawasan pada tahun 2020 juga terjadi pada bulan September.
"Azerbaijan telah melakukan pembersihan etnis terhadap orang-orang Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh," menurut pernyataan kementerian tersebut, dan mengklaim bahwa Baku merasa impunitas karena pengakuan terbuka atas tindakannya seperti dikutip dari RT, Rabu (20/9/2023).
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengumumkan telah melancarkan operasi terhadap apa yang diklaimnya sebagai aset militer Armenia yang dikerahkan di Nagorno-Karabakh. Yerevan menyangkal kehadiran unit tersebut di wilayah yang diperebutkan.
Baku telah berjanji untuk hanya menyerang sasaran militer dan mengklaim bahwa mereka berusaha untuk menggagalkan provokasi skala besar yang dilakukan pihak Armenia.
Nagorno-Karabakh berpisah dari Azerbaijan pada hari-hari terakhir Uni Soviet. Penduduk yang sebagian besar beretnis Armenia di kawasan ini berperang besar-besaran demi kemerdekaannya pada tahun 1990-an dan mempertahankan hubungan dekat dengan Yerevan.
Konflik tahun 2020 adalah bentrokan besar kedua terkait Nagorno-Karabakh, dan berakhir dengan Azerbaijan menguasai sebagian besar wilayah yang sebelumnya hilang. Gencatan senjata yang dimediasi Moskow, yang mengakhiri permusuhan, membuka jalan bagi penempatan pasukan penjaga perdamaian Rusia ke wilayah yang disengketakan.
Baku mengklaim pihaknya saat ini berusaha untuk menegakkan ketentuan perjanjian trilateral dengan Yerevan dan Moskow mengenai misi penjaga perdamaian dan bahwa komandan pasukan Rusia yang ditempatkan di wilayah tersebut telah diberitahu tentang niat tersebut.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan peringatan itu datang beberapa menit sebelum aksi militer dimulai.
Armenia mengutuk rivalnya atas perkembangan terbaru dan “kejahatan massal” yang diklaim dilakukan Azerbaijan selama permusuhan tiga tahun lalu. Pernyataan Kementerian Luar Negeri mencatat eskalasi di kawasan pada tahun 2020 juga terjadi pada bulan September.
"Azerbaijan telah melakukan pembersihan etnis terhadap orang-orang Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh," menurut pernyataan kementerian tersebut, dan mengklaim bahwa Baku merasa impunitas karena pengakuan terbuka atas tindakannya seperti dikutip dari RT, Rabu (20/9/2023).
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengumumkan telah melancarkan operasi terhadap apa yang diklaimnya sebagai aset militer Armenia yang dikerahkan di Nagorno-Karabakh. Yerevan menyangkal kehadiran unit tersebut di wilayah yang diperebutkan.
Baku telah berjanji untuk hanya menyerang sasaran militer dan mengklaim bahwa mereka berusaha untuk menggagalkan provokasi skala besar yang dilakukan pihak Armenia.
Nagorno-Karabakh berpisah dari Azerbaijan pada hari-hari terakhir Uni Soviet. Penduduk yang sebagian besar beretnis Armenia di kawasan ini berperang besar-besaran demi kemerdekaannya pada tahun 1990-an dan mempertahankan hubungan dekat dengan Yerevan.
Konflik tahun 2020 adalah bentrokan besar kedua terkait Nagorno-Karabakh, dan berakhir dengan Azerbaijan menguasai sebagian besar wilayah yang sebelumnya hilang. Gencatan senjata yang dimediasi Moskow, yang mengakhiri permusuhan, membuka jalan bagi penempatan pasukan penjaga perdamaian Rusia ke wilayah yang disengketakan.
Baku mengklaim pihaknya saat ini berusaha untuk menegakkan ketentuan perjanjian trilateral dengan Yerevan dan Moskow mengenai misi penjaga perdamaian dan bahwa komandan pasukan Rusia yang ditempatkan di wilayah tersebut telah diberitahu tentang niat tersebut.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan peringatan itu datang beberapa menit sebelum aksi militer dimulai.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda