Produksi dan Ketahanan Antibodi, Tantangan Besar Pengembang Vaksin Covid-19
Sabtu, 01 Agustus 2020 - 09:46 WIB
LONDON - Sejumlah peneliti mengatakan, bukti yang muncul bahwa pertahanan kekebalan tubuh terhadap Covid-19 mungkin berumur pendek. Ini menjadikan lebih sulit bagi pengembang vaksin untuk sepenuhnya mampu melindungi orang dalam gelombang infeksi di masa depan. Sejauh ini, belum ada vaksin yang sudah lolos tahap III, tahap terakhir sebelum diproduksi.
Studi pendahuluan di China, Jerman, Inggris dan di tempat lain telah menemukan bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 membuat antibodi sebagai bagian dari pertahanan sistem kekebalan tubuh mereka, tetapi ini tampaknya hanya berlangsung beberapa bulan.
"Kebanyakan orang membuat mereka (antibodi), tetapi seringkali mereka dapat berkurang dengan cepat, menunjukkan mungkin ada sedikit kekebalan," kata Daniel Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial College London, seperti dilansir Japan Today.
(Baca: Rusia Kejutkan Dunia, Gunakan Vaksin Covid-19 10 Agustus 2020 )
Hal itu menimbulkan masalah besar bagi pengembang vaksin Covid-19 yang potensial dan bagi otoritas kesehatan masyarakat yang berupaya menyebarkannya untuk melindungi populasi dari gelombang pandemi yang akan datang.
"Itu berarti bahwa ketergantungan yang berlebihan pada vaksin (untuk mengendalikan pandemi) tidak bijaksana," kata Stephen Griffin, seorang profesor kedokteran Universitas Leeds.
"Agar benar-benar efektif, vaksin Covid1-19 akan perlu menghasilkan perlindungan yang lebih kuat dan lebih tahan lama atau mungkin perlu diberikan secara teratur dan hal-hal itu tidak sepele," sambungnya.
Lebih dari 100 tim peneliti dan perusahaan di seluruh dunia berusaha mengembangkan vaksin melawan Covid-19 dan setidaknya 17 sudah dalam uji coba manusia untuk menguji kemanjuran vaksin tersebut.
Sebuah percobaan praklinis pada babi vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang dikenal sebagai AZD1222, menunjukkan bahwa dua dosis menghasilkan respons antibodi yang lebih besar daripada dosis tunggal. Namun sejauh ini, tidak ada data dari uji coba manusia yang menunjukkan apakah respons imun antibodi protektif akan cukup kuat dan tahan lama.
Studi pendahuluan di China, Jerman, Inggris dan di tempat lain telah menemukan bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 membuat antibodi sebagai bagian dari pertahanan sistem kekebalan tubuh mereka, tetapi ini tampaknya hanya berlangsung beberapa bulan.
"Kebanyakan orang membuat mereka (antibodi), tetapi seringkali mereka dapat berkurang dengan cepat, menunjukkan mungkin ada sedikit kekebalan," kata Daniel Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial College London, seperti dilansir Japan Today.
(Baca: Rusia Kejutkan Dunia, Gunakan Vaksin Covid-19 10 Agustus 2020 )
Hal itu menimbulkan masalah besar bagi pengembang vaksin Covid-19 yang potensial dan bagi otoritas kesehatan masyarakat yang berupaya menyebarkannya untuk melindungi populasi dari gelombang pandemi yang akan datang.
"Itu berarti bahwa ketergantungan yang berlebihan pada vaksin (untuk mengendalikan pandemi) tidak bijaksana," kata Stephen Griffin, seorang profesor kedokteran Universitas Leeds.
"Agar benar-benar efektif, vaksin Covid1-19 akan perlu menghasilkan perlindungan yang lebih kuat dan lebih tahan lama atau mungkin perlu diberikan secara teratur dan hal-hal itu tidak sepele," sambungnya.
Lebih dari 100 tim peneliti dan perusahaan di seluruh dunia berusaha mengembangkan vaksin melawan Covid-19 dan setidaknya 17 sudah dalam uji coba manusia untuk menguji kemanjuran vaksin tersebut.
Sebuah percobaan praklinis pada babi vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang dikenal sebagai AZD1222, menunjukkan bahwa dua dosis menghasilkan respons antibodi yang lebih besar daripada dosis tunggal. Namun sejauh ini, tidak ada data dari uji coba manusia yang menunjukkan apakah respons imun antibodi protektif akan cukup kuat dan tahan lama.
tulis komentar anda