Pasukan Arab Saudi Dituduh Bantai Ratusan Migran: Mereka Tembaki Kami seperti Hujan
Selasa, 22 Agustus 2023 - 00:25 WIB
HRW mengatakan telah menghubungi beberapa badan resmi Saudi tentang laporan mereka, termasuk Kementerian Pertahanan.
Dalam satu dugaan insiden, orang yang diwawancarai mengatakan pasukan penjaga perbatasan Saudi menembakkan senjata peledak ke sekelompok orang yang bersiap untuk masuk kembali ke Yaman yang baru saja dibebaskan dari penahanan Saudi.
Munira, seorang penyintas berusia 20 tahun, mengatakan hal itu terjadi setelah kelompok tersebut dinaikkan ke dalam minibus menuju kembali ke perbatasan.
"Ketika mereka melepaskan kami, mereka menciptakan semacam kekacauan; mereka berteriak pada kami untuk keluar dari mobil dan pergi," katanya.
“Ketika kami berada 1 km jauhnya, penjaga perbatasan dapat melihat kami. Kami sedang beristirahat bersama setelah banyak berlari...dan saat itulah mereka menembakkan mortir ke kelompok kami. Langsung ke arah kami."
"Ada 20 orang dalam kelompok kami dan hanya 10 yang selamat. Beberapa mortir menghantam batu dan kemudian [pecahan] batu menghantam kami... Senjatanya terlihat seperti peluncur roket, memiliki enam 'mulut', enam lubang dari mana mereka menembak dan ditembakkan dari bagian belakang kendaraan—itu menembak beberapa sekaligus. Mereka menembaki kami seperti hujan," papar Munira.
Pembunuhan dan serangan dilaporkan terjadi di rute antara al-Jawf dan Sadah di Yaman, wilayah yang dikuasai Houthi. Serangan juga terjadi di provinsi Jizan di Arab Saudi.
Perbatasan tersebut telah menjadi titik transit utama bagi orang-orang antara Tanduk Afrika dan Arab Saudi, terutama dari Ethiopia.
Banyak pengungsi dan migran mengandalkan jaringan pedagang untuk membantu mereka melakukan perjalanan di sepanjang rute, membuat mereka rentan terhadap kekerasan.
HRW mengatakan bahwa sementara serangan terhadap orang Ethiopia di sepanjang perbatasan bukanlah hal baru, kekerasan baru-baru ini tampaknya merupakan peningkatan yang disengaja baik dalam jumlah maupun cara pembunuhan yang ditargetkan.
Dalam satu dugaan insiden, orang yang diwawancarai mengatakan pasukan penjaga perbatasan Saudi menembakkan senjata peledak ke sekelompok orang yang bersiap untuk masuk kembali ke Yaman yang baru saja dibebaskan dari penahanan Saudi.
Munira, seorang penyintas berusia 20 tahun, mengatakan hal itu terjadi setelah kelompok tersebut dinaikkan ke dalam minibus menuju kembali ke perbatasan.
"Ketika mereka melepaskan kami, mereka menciptakan semacam kekacauan; mereka berteriak pada kami untuk keluar dari mobil dan pergi," katanya.
“Ketika kami berada 1 km jauhnya, penjaga perbatasan dapat melihat kami. Kami sedang beristirahat bersama setelah banyak berlari...dan saat itulah mereka menembakkan mortir ke kelompok kami. Langsung ke arah kami."
"Ada 20 orang dalam kelompok kami dan hanya 10 yang selamat. Beberapa mortir menghantam batu dan kemudian [pecahan] batu menghantam kami... Senjatanya terlihat seperti peluncur roket, memiliki enam 'mulut', enam lubang dari mana mereka menembak dan ditembakkan dari bagian belakang kendaraan—itu menembak beberapa sekaligus. Mereka menembaki kami seperti hujan," papar Munira.
Pembunuhan dan serangan dilaporkan terjadi di rute antara al-Jawf dan Sadah di Yaman, wilayah yang dikuasai Houthi. Serangan juga terjadi di provinsi Jizan di Arab Saudi.
Perbatasan tersebut telah menjadi titik transit utama bagi orang-orang antara Tanduk Afrika dan Arab Saudi, terutama dari Ethiopia.
Banyak pengungsi dan migran mengandalkan jaringan pedagang untuk membantu mereka melakukan perjalanan di sepanjang rute, membuat mereka rentan terhadap kekerasan.
HRW mengatakan bahwa sementara serangan terhadap orang Ethiopia di sepanjang perbatasan bukanlah hal baru, kekerasan baru-baru ini tampaknya merupakan peningkatan yang disengaja baik dalam jumlah maupun cara pembunuhan yang ditargetkan.
tulis komentar anda