Tragisnya Perempuan Manipur: Diarak Telanjang, Ayah dan Saudara Dibunuh, Rumahnya Pun Dibakar
Sabtu, 22 Juli 2023 - 09:16 WIB
NEW DELHI - Dua perempuan suku di Manipur, India, telah diarak telanjang dan salah satunya kemudian diperkosa beramai-ramai. Ibu dari salah satu perempuan itu sekarang angkat bicara tentang tragisnya nasib mereka.
Apa yang terjadi di Manipur adalah puncak konflik suku Meitei dengan suku Kuki-Zo. Dua perempuan yang diarak telanjang dan dilecehkan massa adalah bagian dari suku Kuki-Zo.
Ibu salah satu perempuan tersebut, yang masih sangat trauma dan tidak dapat berbicara lebih dari beberapa menit, menuduh pemerintah Manipur tidak berbuat cukup untuk menghentikan kekerasan atau melindungi orang-orang.
Suami dan putranya dibunuh oleh massa, sebelum putrinya ditelanjangi, diarak, dan diraba-raba oleh orang-orang di depan kamera pada 4 Mei--sehari setelah bentrokan pecah antara suku Meitei yang menghuni lembah dan suku Kuki-Zo yang menghuni pegunungan.
Empat orang telah ditangkap setelah video dua perempuan diarak telanjang viral di media sosial.
"Saya telah kehilangan putra bungsu saya, yang merupakan harapan saya. Saya berharap begitu dia menyelesaikan Kelas 12 dan dengan susah payah, saya mengirimnya ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak," kata ibu tersebut, yang identitasnya dilindungi, kepada NDTV, Sabtu (22/7/2023).
"Sekarang ayahnya juga tidak ada lagi. Putra sulung saya tidak memiliki pekerjaan. Jadi, ketika memikirkan masa depan keluarga kami, saya merasa tidak ada harapan. Selain mengatakan bahwa saya merasa putus asa dan tidak berdaya, tidak ada yang ada di pikiran saya," paparnya.
Merujuk pada hancurnya kepercayaan antar komunitas setelah kekerasan berskala besar yang telah merenggut lebih dari 120 nyawa, ibu itu mengatakan bahwa pemikiran untuk kembali ke desanya bahkan belum terlintas di benaknya.
"Tidak ada kemungkinan bagi kami untuk kembali ke desa kami. Pikiran itu bahkan belum terlintas di benak saya...Tidak, kami tidak bisa kembali. Saya tidak ingin kembali. Rumah kami telah dibakar, ladang kami hancur. Ke mana saya akan kembali? Desa saya terbakar. Saya tidak tahu bagaimana masa depan saya dan keluarga saya, tetapi saya tidak bisa kembali," katanya.
Dia menyalahkan pemerintah Manipur karena tidak mengendalikan kekerasan yang terjadi sejak dimulai pada 3 Mei.
"Saya sangat marah dan gelisah. Mereka secara brutal membunuh ayahnya dan saudara lelakinya dan bahkan dengannya, mereka telah melakukan tindakan memalukan ini...Saya sangat terluka," paparnya tentang nasib putrinya.
"Pemerintah Manipur tidak melakukan apa-apa. Konsultasi sekarang, tetapi saya tidak bisa berpikir tentang hal-hal yang baik, tetapi saya tidak bisa berpikir tentang hal-hal yang dilakukan oleh saya, oleh orang-orang, oleh orang-orang yang tidak bisa dilakukan," imbuh dia.
Menurut korban konflik suku kepada Indian Express, dua wanita yang diarak telanjang itu sebenarnya diserahkan kepada massa oleh polisi.
Laporan Informasi Pertama (FIR)—semacam laporan pengaduan ke polisi—diajukan 15 hari kemudian, tetapi penangkapan pertama baru dilakukan kemarin, setelah video insiden mengerikan itu menjadi viral di media sosial, memicu kemarahan besar-besaran di seluruh negeri.
Perdana Menteri (PM) Narendra Modi marah dengan ulah massa yang memuakkan di Manipur tersebut. Dia berjanji bahwa mereka yang bersalah tidak akan lolos dari jerat hukum.
"Saya ingin meyakinkan bangsa, tidak ada kesalahan yang akan lolos. Tindakan akan diambil sesuai hukum. Apa yang terjadi pada gadis Manipur tidak akan pernah bisa dimaafkan," kata PM Modi dalam sambutannya sebelum dimulainya sesi Parlemen.
"Saat saya berdiri di samping kuil demokrasi ini, hati saya dipenuhi rasa sakit dan amarah. Insiden Manipur memalukan bagi bangsa beradab mana pun. Seluruh negeri telah dipermalukan," lanjut Modi.
Apa yang terjadi di Manipur adalah puncak konflik suku Meitei dengan suku Kuki-Zo. Dua perempuan yang diarak telanjang dan dilecehkan massa adalah bagian dari suku Kuki-Zo.
Ibu salah satu perempuan tersebut, yang masih sangat trauma dan tidak dapat berbicara lebih dari beberapa menit, menuduh pemerintah Manipur tidak berbuat cukup untuk menghentikan kekerasan atau melindungi orang-orang.
Baca Juga
Suami dan putranya dibunuh oleh massa, sebelum putrinya ditelanjangi, diarak, dan diraba-raba oleh orang-orang di depan kamera pada 4 Mei--sehari setelah bentrokan pecah antara suku Meitei yang menghuni lembah dan suku Kuki-Zo yang menghuni pegunungan.
Empat orang telah ditangkap setelah video dua perempuan diarak telanjang viral di media sosial.
"Saya telah kehilangan putra bungsu saya, yang merupakan harapan saya. Saya berharap begitu dia menyelesaikan Kelas 12 dan dengan susah payah, saya mengirimnya ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak," kata ibu tersebut, yang identitasnya dilindungi, kepada NDTV, Sabtu (22/7/2023).
"Sekarang ayahnya juga tidak ada lagi. Putra sulung saya tidak memiliki pekerjaan. Jadi, ketika memikirkan masa depan keluarga kami, saya merasa tidak ada harapan. Selain mengatakan bahwa saya merasa putus asa dan tidak berdaya, tidak ada yang ada di pikiran saya," paparnya.
Merujuk pada hancurnya kepercayaan antar komunitas setelah kekerasan berskala besar yang telah merenggut lebih dari 120 nyawa, ibu itu mengatakan bahwa pemikiran untuk kembali ke desanya bahkan belum terlintas di benaknya.
"Tidak ada kemungkinan bagi kami untuk kembali ke desa kami. Pikiran itu bahkan belum terlintas di benak saya...Tidak, kami tidak bisa kembali. Saya tidak ingin kembali. Rumah kami telah dibakar, ladang kami hancur. Ke mana saya akan kembali? Desa saya terbakar. Saya tidak tahu bagaimana masa depan saya dan keluarga saya, tetapi saya tidak bisa kembali," katanya.
Dia menyalahkan pemerintah Manipur karena tidak mengendalikan kekerasan yang terjadi sejak dimulai pada 3 Mei.
"Saya sangat marah dan gelisah. Mereka secara brutal membunuh ayahnya dan saudara lelakinya dan bahkan dengannya, mereka telah melakukan tindakan memalukan ini...Saya sangat terluka," paparnya tentang nasib putrinya.
"Pemerintah Manipur tidak melakukan apa-apa. Konsultasi sekarang, tetapi saya tidak bisa berpikir tentang hal-hal yang baik, tetapi saya tidak bisa berpikir tentang hal-hal yang dilakukan oleh saya, oleh orang-orang, oleh orang-orang yang tidak bisa dilakukan," imbuh dia.
Menurut korban konflik suku kepada Indian Express, dua wanita yang diarak telanjang itu sebenarnya diserahkan kepada massa oleh polisi.
Laporan Informasi Pertama (FIR)—semacam laporan pengaduan ke polisi—diajukan 15 hari kemudian, tetapi penangkapan pertama baru dilakukan kemarin, setelah video insiden mengerikan itu menjadi viral di media sosial, memicu kemarahan besar-besaran di seluruh negeri.
Perdana Menteri (PM) Narendra Modi marah dengan ulah massa yang memuakkan di Manipur tersebut. Dia berjanji bahwa mereka yang bersalah tidak akan lolos dari jerat hukum.
"Saya ingin meyakinkan bangsa, tidak ada kesalahan yang akan lolos. Tindakan akan diambil sesuai hukum. Apa yang terjadi pada gadis Manipur tidak akan pernah bisa dimaafkan," kata PM Modi dalam sambutannya sebelum dimulainya sesi Parlemen.
"Saat saya berdiri di samping kuil demokrasi ini, hati saya dipenuhi rasa sakit dan amarah. Insiden Manipur memalukan bagi bangsa beradab mana pun. Seluruh negeri telah dipermalukan," lanjut Modi.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda