Bisa Perang Langsung dengan Rusia, UE Tolak Tentara NATO Dikerahkan ke Ukraina
Kamis, 15 Juni 2023 - 09:44 WIB
PARIS - Uni Eropa (UE) menolak gagasan pengerahan tentara NATO ke Ukraina. Alasannya, itu akan menjadi perang langsung antara aliansi Barat dengan Rusia.
"Mengirim pasukan darat ke Ukraina berarti menjadi pihak dalam perang, berperang dengan Rusia, dan tidak ada yang menginginkan itu, baik Uni Eropa, maupun NATO," kata Direktur Jenderal Staf Militer Uni Eropa Laksamana Madya Herve Blejean.
“Kami tidak berperang dengan Rusia. Kami mendukung negara yang diserang oleh Rusia," ujarnya, kepada saluran televisi Prancis, LCI, yang dilansir Kamis (15/6/2023).
Blejean menambahkan bahwa serangan balasan Ukraina yang sedang berlangsung bukanlah akhir dari perang, terlepas dari hasilnya.
Pernyataan Laksamana Prancis itu muncul setelah mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyarankan agar masing-masing anggota aliansi, seperti Polandia dan negara-negara Baltik, untuk mengerahkan tentara ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, bagaimanapun, mengatakan pekan lalu bahwa tidak akan ada pasukan asing di lapangan sebelum berakhirnya konflik bersenjata dengan Rusia.
Terlepas dari keengganan NATO mengerahkan pasukan ke Ukraina, para relawan dari beberapa negara aliansi sudah bertempur di pihak Kyiv, termasuk warga negara Polandia yang terlibat dalam serangan bersenjata ke Wilayah Belgorod, Rusia, awal bulan ini.
Moskow, sementara itu, telah lama menegaskan bahwa dengan memasok Ukraina dengan senjata berat dan berbagi intelijen, negara-negara NATO telah menjadikan diri mereka sendiri sebagai peserta langsung secara de facto dalam konflik tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa NATO melancarkan perang melawan Moskow dan konyol untuk mengeklaim sebaliknya.
Bulan lalu, Uni Eropa setuju untuk membeli peluru artileri dan rudal senilai €1 miliar (USD1,08 miliar) untuk Ukraina.
Amerika Serikat juga telah memberikan lebih dari USD100 miliar bantuan ke Kyiv sejak Rusia meluncurkan operasinya di negara tetangga pada Februari 2022.
"Mengirim pasukan darat ke Ukraina berarti menjadi pihak dalam perang, berperang dengan Rusia, dan tidak ada yang menginginkan itu, baik Uni Eropa, maupun NATO," kata Direktur Jenderal Staf Militer Uni Eropa Laksamana Madya Herve Blejean.
“Kami tidak berperang dengan Rusia. Kami mendukung negara yang diserang oleh Rusia," ujarnya, kepada saluran televisi Prancis, LCI, yang dilansir Kamis (15/6/2023).
Blejean menambahkan bahwa serangan balasan Ukraina yang sedang berlangsung bukanlah akhir dari perang, terlepas dari hasilnya.
Pernyataan Laksamana Prancis itu muncul setelah mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyarankan agar masing-masing anggota aliansi, seperti Polandia dan negara-negara Baltik, untuk mengerahkan tentara ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, bagaimanapun, mengatakan pekan lalu bahwa tidak akan ada pasukan asing di lapangan sebelum berakhirnya konflik bersenjata dengan Rusia.
Terlepas dari keengganan NATO mengerahkan pasukan ke Ukraina, para relawan dari beberapa negara aliansi sudah bertempur di pihak Kyiv, termasuk warga negara Polandia yang terlibat dalam serangan bersenjata ke Wilayah Belgorod, Rusia, awal bulan ini.
Moskow, sementara itu, telah lama menegaskan bahwa dengan memasok Ukraina dengan senjata berat dan berbagi intelijen, negara-negara NATO telah menjadikan diri mereka sendiri sebagai peserta langsung secara de facto dalam konflik tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa NATO melancarkan perang melawan Moskow dan konyol untuk mengeklaim sebaliknya.
Bulan lalu, Uni Eropa setuju untuk membeli peluru artileri dan rudal senilai €1 miliar (USD1,08 miliar) untuk Ukraina.
Amerika Serikat juga telah memberikan lebih dari USD100 miliar bantuan ke Kyiv sejak Rusia meluncurkan operasinya di negara tetangga pada Februari 2022.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda