Hagia Sophia Gelar Shalat Jumat, Gereja Seluruh Yunani Bunyikan Lonceng
Jum'at, 24 Juli 2020 - 22:26 WIB
ATHENA - Gereja di seluruh Yunani berbunyi sebagai tanda berduka bertepatan dengan digelarnya shalat Jumat pertama di Hagia Sophia dalam sembilan dekade di Turki , menandai berubahnya museum tersebut menjadi masjid.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bergabung dengan kerumunan besar umat Islam di Istanbul untuk shalat di Hagia Sophia, menyegel ambisinya untuk memulihkan ibadat Muslim di situs kuno yang oleh sebagian besar orang Yunani anggap sebagai pusat agama Kristen Ortodoks.(Baca: Mengenal Imam dan Muazin Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia )
"Kami mengira seseorang telah meninggal, tetapi kami diberitahu itu untuk Hagia Sophia. Sangat menyedihkan, sangat sedih," kata Katerina, 40, seorang pemilik toko di pulau Astypalea seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/7/2020).
Sementara dalam sebuah pesan yang menandai peringatan ke-46 tahun Yunani dari pemulihan demokrasi, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut Turki sebagai 'pembuat onar' dan konversi Hagia Sophia sebagai penghinaan terhadap peradaban abad ke-21.
"Apa yang sedang terjadi di Konstantinopel hari ini bukanlah demonstrasi kekuatan, tetapi bukti kelemahan," kata Mitsotakis, merujuk pada Istanbul, nama lama kota itu yang digunakan oleh orang Yunani.(Baca: Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat Jumat di Hagia Sophia )
Kritik Yunani terhadap konversi Hagia Sophia sangat pedas, menggarisbawahi hubungan kedua negara yang sering bersitegang.
Yunani dan Turki tidak sepakat tentang berbagai masalah mulai dari wilayah udara hingga zona maritim dan memecah etnis Siprus. Ketegangan meningkat satu takik minggu ini dengan perebutan kata-kata lisan mengenai batas-batas landas kontinen mereka di Mediterania timur, suatu daerah yang dianggap kaya akan sumber daya alam.
Dari Kreta ke pulau-pulau kecil Yunani yang terletak tak jauh dari pantai Turki, lonceng gereja berdentang dan di beberapa daerah bendera-bendera dikibarkan setengah tiang.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bergabung dengan kerumunan besar umat Islam di Istanbul untuk shalat di Hagia Sophia, menyegel ambisinya untuk memulihkan ibadat Muslim di situs kuno yang oleh sebagian besar orang Yunani anggap sebagai pusat agama Kristen Ortodoks.(Baca: Mengenal Imam dan Muazin Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia )
"Kami mengira seseorang telah meninggal, tetapi kami diberitahu itu untuk Hagia Sophia. Sangat menyedihkan, sangat sedih," kata Katerina, 40, seorang pemilik toko di pulau Astypalea seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/7/2020).
Sementara dalam sebuah pesan yang menandai peringatan ke-46 tahun Yunani dari pemulihan demokrasi, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut Turki sebagai 'pembuat onar' dan konversi Hagia Sophia sebagai penghinaan terhadap peradaban abad ke-21.
"Apa yang sedang terjadi di Konstantinopel hari ini bukanlah demonstrasi kekuatan, tetapi bukti kelemahan," kata Mitsotakis, merujuk pada Istanbul, nama lama kota itu yang digunakan oleh orang Yunani.(Baca: Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat Jumat di Hagia Sophia )
Kritik Yunani terhadap konversi Hagia Sophia sangat pedas, menggarisbawahi hubungan kedua negara yang sering bersitegang.
Yunani dan Turki tidak sepakat tentang berbagai masalah mulai dari wilayah udara hingga zona maritim dan memecah etnis Siprus. Ketegangan meningkat satu takik minggu ini dengan perebutan kata-kata lisan mengenai batas-batas landas kontinen mereka di Mediterania timur, suatu daerah yang dianggap kaya akan sumber daya alam.
Dari Kreta ke pulau-pulau kecil Yunani yang terletak tak jauh dari pantai Turki, lonceng gereja berdentang dan di beberapa daerah bendera-bendera dikibarkan setengah tiang.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda