Buaya Perawan Ini Miliki Anak Tanpa Dikawini Pejantan, Ilmuwan Terkejut
Jum'at, 09 Juni 2023 - 23:16 WIB
SAN JOSE - Seekor buaya betina perawan telah hidup dalam isolasi selama 16 tahun di kebun binatang Kosta Rika. Ajaibnya, hewan berumur 18 tahun ini bertelur dan memiliki anak tanpa dikawini buaya pejantan.
Temuan ini mengejutkan para ilmuwan, yang menyebutnya sebagai kasus "kelahiran perawan" pertama yang diketahui dari seekor buaya. Meski demikian, bayi buaya yang masih berada di dalam telur itu ditemukan mati.
Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Biology Letters yang diterbitkan Rabu lalu.
Buaya betinatersebut telah hidup dalam isolasi selama 16 tahun di kebun binatang Kosta Rika. Pada tahun 2018, reptilitubertelur, praktik umum di antara reptil penangkaran, bahkan yang tidak memiliki pasangan.
"Setelah tiga bulan inkubasi, satu telur mengandung bayi buaya yang lahir mati sepenuhnya," tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.
Studi tersebut mencatat bahwa para ilmuwan memeriksa susunan genetik janin buaya. Selama penelitian ini, para ahli menemukan urutan DNA pada janin yang dihasilkan dari reproduksi tanpa bantuan buaya jantan.
Ini bukan pertama kalinya ada kelahiran perawan—juga dikenal sebagai partenogenetik, kelahiran tanpa pembuahan—di dunia hewan. Para ilmuwan juga mengutip situasi serupa dengan ikan, burung, kadal, dan ular. Namun, ini adalah contoh buaya pertama yang diketahui.
Berdasarkan studi baru ini, para ilmuwan memeriksa ulang reproduksi buaya dan hewan terkait. Warren Booth, seorang penulis studi di Virginia Polytechnic Institute and State University, mengungkapkan kepada Newsweek tentang wawasan tersebut, Jumat (9/6/2023).
"Hal ini juga memberitahu kita bahwa karena buaya dan burung menggunakan mekanisme yang sama, kerabat mereka yang telah punah—dinosaurus dan pterosaurus—juga mungkin mampu melakukan produksi partenogenetik. Gagasan bahwa kehidupan menemukan jalan—seperti di Jurassic Park—adalah bukan fiksi ilmiah sama sekali," kata Booth.
"Kami memiliki banyak catatan tentang burung, ular, dan kadal yang mencatat kelahiran dan kelangsungan hidup partenogenetik. Oleh karena itu, dengan catatan baru ini, kami baru mulai memahami pentingnya ekologi dan evolusi jangka panjang dari sifat ini," paparnya.
Temuan ini mengejutkan para ilmuwan, yang menyebutnya sebagai kasus "kelahiran perawan" pertama yang diketahui dari seekor buaya. Meski demikian, bayi buaya yang masih berada di dalam telur itu ditemukan mati.
Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Biology Letters yang diterbitkan Rabu lalu.
Buaya betinatersebut telah hidup dalam isolasi selama 16 tahun di kebun binatang Kosta Rika. Pada tahun 2018, reptilitubertelur, praktik umum di antara reptil penangkaran, bahkan yang tidak memiliki pasangan.
"Setelah tiga bulan inkubasi, satu telur mengandung bayi buaya yang lahir mati sepenuhnya," tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut.
Studi tersebut mencatat bahwa para ilmuwan memeriksa susunan genetik janin buaya. Selama penelitian ini, para ahli menemukan urutan DNA pada janin yang dihasilkan dari reproduksi tanpa bantuan buaya jantan.
Ini bukan pertama kalinya ada kelahiran perawan—juga dikenal sebagai partenogenetik, kelahiran tanpa pembuahan—di dunia hewan. Para ilmuwan juga mengutip situasi serupa dengan ikan, burung, kadal, dan ular. Namun, ini adalah contoh buaya pertama yang diketahui.
Berdasarkan studi baru ini, para ilmuwan memeriksa ulang reproduksi buaya dan hewan terkait. Warren Booth, seorang penulis studi di Virginia Polytechnic Institute and State University, mengungkapkan kepada Newsweek tentang wawasan tersebut, Jumat (9/6/2023).
"Hal ini juga memberitahu kita bahwa karena buaya dan burung menggunakan mekanisme yang sama, kerabat mereka yang telah punah—dinosaurus dan pterosaurus—juga mungkin mampu melakukan produksi partenogenetik. Gagasan bahwa kehidupan menemukan jalan—seperti di Jurassic Park—adalah bukan fiksi ilmiah sama sekali," kata Booth.
"Kami memiliki banyak catatan tentang burung, ular, dan kadal yang mencatat kelahiran dan kelangsungan hidup partenogenetik. Oleh karena itu, dengan catatan baru ini, kami baru mulai memahami pentingnya ekologi dan evolusi jangka panjang dari sifat ini," paparnya.
(mas)
tulis komentar anda